Leanza berjalan mengelilingi taman disekitar tempat dirinya menginap, bayangan demi bayangan masa lalu melintas di pikirannya.
Langkahnya terhenti didepan sebuah ayunan yang menjulang dibawah pohon, "Putra mahkota, bukan ini?" Tian ikut berhenti tepat dibelakang tubuh Leanza.
"Disini tempat pertama kali aku berteman dengan Beliver, sudah lama sekali, saat itu umur kami baru 7 tahun."
"Apakah kamu calon putra mahkota dimasa depan?" Beliver kecil menghampiri Leanza kecil yang sedang duduk dihalaman depan.
Leanza berbalik, dia menatap wajah Beliver yang terhalang cahaya matahari, "Kamu adalah.."
Beliver menghampiri Leanza lalu duduk disampingnya, pandangan Leanza terpaku pada wajah kecil Beliver.
"Aku tuan putri pertama Verta, Beliver, nama pangeran siapa?"
"Aku Leanza, pangeran ke empat Nazian."
"Ah ternyata kamu benar-benar calon putra mahkota dimasa depan, aku pikir pangeran tidak akan menghadiri perjamuan yang diadakan ayahanda."
"Ayahanda ku ingin aku ikut, aku tidak bisa menolak."
"Karena kita sudah bertemu, bagaimana jika kita berteman? Pangeran bisa mengunjungi istana putri pertama untuk menemuiku!"
Leanza terkekeh kecil, Beliver dulu sangat ceria dan aktif, selalu bermain keluar istana untuk membeli permen dan makanan manis.
Sekarang, Beliver sudah menjadi tuan putri pertama yang dewasa, tidak ada lagi Beliver yang ceria seperti dulu.
"Leanza, apakah itu kamu?" Leanza dan Tian berbalik ketika suara Beliver terdengar dari arah belakang.
Tian membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada Beliver, "Putra mahkota, Tian izin pamit."
Setelah Tian berlalu pergi, Beliver berjalan menuju ayunan dan duduk disana, "Kamu menepati janjimu."
"Aku tidak pernah ingkar janji." Leanza berkata dengan lugas.
Leanza berjalan kebelakang dan mengayunkan ayunan tersebut dengan pelan, "Apa yang kamu bicarakan dengan ayahanda?"
"Tidak banyak, hanya mengenai masalah yang sedang terjadi."
"Apakah tidak ada yang lain?" Kepala Beliver tertongak keatas.
"Kaisar juga mengatakan jika kamu akan menikahi laki-laki bangsawan Verta."
Suasana menjadi hening, Jeya sudah menduga sejak awal jika kaisar akan memberitahukan hal tersebut kepada Leanza.
"Menurutmu bagaimana?" Jeya bertanya dengan suara pelan.
"Tentu saja aku tidak mengizinkannya, kita adalah kekasih masa kecil, aku tidak akan membiarkan pria manapun yang berani merebutmu dariku!"
"Leanza, apakah kamu menyadari sesuatu?"
"Apa?"
"Kamu menyeramkan."
***
Jeya berjalan menelusuri hutan dihadapan nya, gadis itu tak henti-hentinya tersenyum, "Kakak, kenapa kita kesini?" Balvier menatap ngeri hutan itu.
"Aku ingin mencari sesuatu." Jeya terus berjalan semakin memasuki kedalam hutan, diiringi Balvier dibelakang nya.
"Apa yang kakak cari?"
"Mungkin keberuntungan?"
Didalam novel, diceritakan jika didalam hutan yang berada tak jauh dari kerajaan Verta, terdapat tanaman spritual.
Seumur hidup Jeya, dia sama sekali tidak percaya dengan adanya kekuatan, sekarang dia memasuki novel bertema Fantasy, kebetulan sekali dirinya sangat penasaran dengan wujud asli tanaman spritual itu.
"Keberuntungan?"
"Eh Vier, apakah kamu memiliki kekuatan spiritual?"
Balvier memandang kakaknya dengan aneh, "Kak, kekuatan spiritual hanya dimiliki oleh dewa dan siluman, aku hanya manusia biasa."
"Kakak tiba-tiba menanyakan kekuatan spiritual, jangan-jangan kakak datang kesini untuk mencari kekuatan itu?!"
"Benar! Aku ingin melihat seperti apa wujud kekuatan spiritual, biasanya aku hanya bisa melihat di film dan novel saja.."
"Apa itu film dan novel?"
"Sebutan untuk sebuah cerita, jika film itu pertunjukan yang nyata, sedangkan novel hanya cerita tulisan."
Balvier mengangguk mengerti, walaupun bahasa yang di gunakan Jeya sangat aneh didengar, tetapi artinya mudah dipahami.
"Didalam hutan berbahaya, apalagi kita tidak membawa prajurit, jika bertemu dewa kita termasuk beruntung, bagaimana jika yang kita temui itu siluman?"
Jeya berbalik, dan mencekal kedua bahu adik laki-laki nya dengan erat, mata gadis itu memicing tajam, "Kamu laki-laki, tetapi takut dengan siluman?"
"Kak, kita manusia, sedangkan dia siluman, bahkan algojo pun akan takut.."
"Ah benar juga, tetapi kamu tenang saja, aku tidak datang dengan tangan kosong."
"Kakak membawa apa? Pedang? Atau sesuatu yang ajaib?"
Dengan ekspresi wajah yang sok misterius, Jeya mengeluarkan sesuatu didalam tas nya, "Tada!"
"Makanan?"
Pffttt!!
Tiba-tiba suara tawa tertahan terdengar dari atas kepala Jeya dan Balvier, kedua kakak beradik itu menatap keatas.
Terdapat seorang pria berbaju merah sedang duduk disana dengan satu kaki menjulang kebawah, "Siapa kamu?!" Balvier bergerak melindungi Jeya kebelakang tubuhnya.
Pria itu turun dari pohon dengan santai, dengan tampang bodoh pria tersebut menghampiri Jeya yang berada dibalik tubuh Balvier.
"Jangan mendekat!"
"Tenanglah anak muda, aku hanya penasaran dengan makanan yang dibawa nona itu."
"Kamu menginginkan nya?" Jeya mengangkat wadah makanan nya.
Pria berbaju merah mendekatkan wajahnya lalu mencium aroma yang berada didalam wadah tersebut, "Apa nama makanan ini?"
"Kak jangan mendekat, dia seorang siluman!"
Jeya menatap Balvier, dan mengedipkan sebelah matanya, "Tidak apa-apa adik, kakak siluman ini sepertinya tidak berniat jahat?"
"Oh? Untuk pertama kalinya mendengar ada seseorang mengatakan jika aku siluman yang baik?"
"Kakak siluman, aku mengatakan kamu tidak berniat jahat, bukan siluman yang baik."
Pria itu tertawa pelan, lalu tangannya mengusap rambutnya sendiri, "Siapa namamu?"
"Aku Beliver, dan ini adikku Balvier, dan siapa nama kakak siluman?"
"Aku tidak memiliki nama, orang-orang yang melihatku akan memanggilku sebagai Siluman naga hitam."
Trang!
Suara pedang yang keluar dari sarungnya terdengar, Balvier mengacungkan pedang kearah siluman naga didepannya.
"Kamu adalah siluman naga hitam?!"
"Benar, kenapa? Kamu takut?"
"Adik, bersikaplah lebih sopan!" Jeya memandang tajam kearah Balvier.
"Kak, dia orang ja-"
"Tuan naga, aku maaf atas perilaku tidak sopan adik laki-lakiku.."
"Nona mengapa tidak memanggilku kakak lagi?"
"Aku tidak pantas memanggil tuan naga sebagai kakak."
"Kamu tidak pantas, atau kamu takut memanggilku dengan sebutan kakak?"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU FOREVER
Fantasy'Bersamamu selamanya' bukan hanya sekedar janji manis yang terucap dibibir lalu dilupakan, mereka berjanji untuk sehidup dan semati bersama. Entah itu didunia atau di akhirat Pangeran Leanza akan terus menemani putri yang sangat dia cintai, Beliver...