29. Melepas Rindu (21+)

391 19 0
                                    

Disclaimer: Naruto©Masashi Kishimoto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disclaimer: Naruto©Masashi Kishimoto

Pairing: SasuSaku
Warning: Bahasa Jepang (Romaji), Typo, OOC, Berisi Bahasa dan Konten Kekerasan, dll.
Rated: M
Genre: Action, Mystery, Vampire, Romance.

Happy Reading! (^_^)

∞∞∞∞∞

Note: masih sambungan part sebelumnya. Dimohon bijak dalam menanggapi :)

∞∞∞∞∞

Sai melancarkan aksi tempurnya. Pinggangnya bergerak sesuai ritme. Ia merasakan kenikmatan yang tidak bisa dijelaskan lagi.

Sama halnya dengan Ino. Namun, ia juga merasa sedikit kesakitan saat pertama kali benda milik Sai itu menerobos masuk lubangnya. Karena lawan tempurnya saat ini bergerak dengan lembut, rasa sakitnya perlahan menghilang dan tergantikan dengan kenikmatan yang susah untuk diungkapkan.

"Aku akan sedikit lebih kasar." Sai memberikan aba-aba.

Langsung saja pria bersurai hitam itu menghentakkan gerakannya. Pergerakan benda miliknya semakin cepat keluar masuk. Desahan lirihnya sesekali terdengar.

Ino pasrah dengan kondisi. Tubuhnya semakin menegang. Tangan ramping Sai kembali meremas lembut payudaranya. Sesekali jarinya menggesek dan memelintirkan putingnya yang berwarna merah muda.

Bahu Ino ditekan agar wajahnya bisa berhadapan dengan Sai. Kecupan lembut berhasil Ino terima. Lidah sang lawan mulai menerobos masuk.

"Hisaplah," perintah Sai lembut.

Ino merespon dengan instruksi yang diberikan. Tidak hanya lidah, sesekali ia juga menghisap bibir Sai yang tipis tanpa dikomando. Tidak memakan waktu lama, Sai melepaskan ciumanannya. Ia juga mencabut benda miliknya dari lubang Ino.

Sai memberi isyarat agar Ino merebahkan dirinya di atas sofa. Bantal kecil yang di dekat mereka menjadi penyangga pinggang Ino agar posisinya bisa sedikit lebih naik. Sai mengangkat salah satu kaki Ino dan disandarkan pada bahunya. Langsung saja Sai memasukkan benda miliknya ke lubang sang lawan.

Kali ini desahan Ino mulai mengeras. Hal itu berhasil membuat Sai semakin cepat menggerakkan pinggulnya. Desahan dan erangan lirih kembali terdengar.

"Ah, Sai," desah Ino dengan nada yang sengau.

"Panggil namaku lagi." Sai menyukai cara Ino memanggilnya. Rupanya sang empunya nama merasa lebih bergairah saat namanya diucapkan.

Ino kembali memanggil namanya di sela-sela desahannya. Suaranya semakin liar saat jari milik Sai mulai menggesek clit Ino.

"Berhenti. Aku merasa seperti ingin kencing." Ino meremas sofa dengan kencang.

"Ah, sial. Lubangmu menjepit." Sai terlihat semakin menggila.

[✔] The Guardian ― [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang