1

5.5K 82 1
                                    

"Innalilahi wa innailaihi rojiun"

Semua orang mengumandangkan kalimat itu, runtuh sudah kehidupan angga mulai hari ini, istri yang selama ini dia cintai harus pergi meninggalkan dunia, keluarga dan para kerabatnya. Dwi Ratnasari perempuan berusia 36 tahun itu harus menutup usia setelah melahirkan anak ke 3.nya perjuangan sebagai seorang ibu yang akan dikenang sepanjang masanya.

Seharian ini setelah pemakaman istri Angga, dirumahnya diadakan acara tahlilan. Dia berencana akan mengadakan sampai 7hari kedepan. Tamu tahlilan pada malam hari ini cukup banyak mengingat mertua angga adalah mantan kades dan menjadi orang yang sangat dihormati di kampung maka dari itu banyak yang segan dan datang untuk menyampaikan bela sungkawa.

Pukul 10.00 rumah angga hanya menyisakan keluarga besar saja semua tamu sudah pulang kerumah masing2. Hanya ada ke 3 anak angga, ayah ibu mertua, orangtua angga sendiri, kakak ipar, adik ipar dan adiknya angga.

Angga Rahmantyo seorang Bapak 3 anak dengan usia 39 tahun. Pekerjaan sehari2 menjadi pedagang bakso yang sudah mempunyai 2 cabang, sedangkan istrinya kemarin membuka usaha catering box, kehidupannya cukup mapan untuk ukuran tinggal di kampung modern, maksud modern yang disini bukan yang terlalu plosok dan tertinggal. Tetapi lebih maju akses jalan maupun lainnya.

Anak pertama bernama Narendra Bagus Rahmantyo usia 17 tahun sudah kelas 2 smk, anak keduanya bernama Gibran Aldian Rahmantyo berusia 15 tahun dan memasuki kelas 3 smp dan anak terakhirnya Amanda Fenandita Rahmantyo bayi mungil dan cantik berusia 3hari, tidak sempat merasakan Asi dari sang ibu dikarenakan setelah melahirkan sang ibu koma selama 2 hari dan dihari ke 3 sang ibu telah berpulang ke Rahmatullah.

"Ndra besok tolong pinjamkan tikar ditempat pak arif 20 biji tadi kita sudah sediakan 30 biji ternyata masih kurang, buat jaga² sampe acara 7harian besok" ucap pak Ismail selaku mertua Angga,    "oh oke siap mbah kung, tak pikir tadi sudah cukup juga ternyata masih kurang, Alhamdulillah tadi acaranya ibuk berjalan lancar dan banyak yang datang buat mendoakan" sahutan dari Anak pertama angga. "Laiya Alhamdulillah tadi banyak yang hadir, makanya besok buat jaga2 lagi tambah tikar lagi juga boleh besok ambilo sama Gibran biar enteng naik motor".

"Angga dah malam ini kita semua bakalan tidur disini jangan kuatir sendiri, ikhlaskan nduk Dwi biar disana juga tenang" ibu mertua angga yang bernama Ibu Laksmi. Saat ini dia menemani bayi yang berusia 3 hari itu,  "nggeh bu, saya juga sudah ikhlas buat Dek Dwi semoga kuburnya lapang dan tenang"

Aamiin ucap serentak dirumah itu, Gibran yang selama ini masih ketergantungan terhadap ibunya masih saja menangis dipelukan Ayahnya. "Udah bran ndak usah sedih² terus biar ibukmu juga tenang, besok kalo acara udah selesai kita refreshing biar bisa mengurangi kesedihan kita setelah ditinggal ibuk ya"  ucap angga yang saat ini masih bersandar di dinding dan memeluk gibran sambil mengusap kepalanya, "nggih pak" jawaban dari gibran.

Setelahnya semua masuk kamar masing2 Gibran tidur bareng bapak dan kakaknya, kamarnya dipakai buat kakek neneknya, sedangkan kamar Endra dipakai kakek neneknya juga beserta box bayi si kecil. Sedangkan saudara ipar dan saudara Angga dikamar khusus Tamu, untung saja semua kamar dirumah ini memiliki dipan kasur yang cukup besar, bahkan yang dikamar utama dan ditempati pemilik rumah kasurnya bisa muat untuk 4 orang dewasa. "Hah ibuk cepat sekali yo pak ninggalin kita semua, tapi takdir sudah berkehendak kita juga bisa apa" Endra saat ini masih menatap langit2 plafon di atasnya, "Bapak aslinya juga masih tidak percaya le, ibukmu pergi secepat ini, tapi yo gimana lagi kita tidak bisa melawan takdir Tuhan, memang sudah garis waktunya cuma segini, ndak isoh di nego" balas Angga yang saat ini sedang melepas baju koko.nya dan menyisakan Singlet putih dan sarung yang di dalamnya tidak memakai apapun lagi, hawa panas dimalam hari beberapa minggu ini memang sangat menyiksa penduduk kampung sini, gibran yang tidur dipinggir sudah mendengkur halus, ditengah ada Endra dan dipinggir lagi ada bapaknya, endra pun sama hanya menggunakan singlet putih dan celana boxer hitam yang dia kenakan.

Kedua tangannya dia simpan di bawah kepalanya menunjukan bulu ketiak yang tumbuh lumayan lebat, tubuh yang dihiasi bulu2 halus dan otot2 yang menonjol menunjukan kejantanan sosok Endra, "maka itu pak, sebenarnya aku juga belum nyangka, kehidupan setelah ini masih panjang dan bakal tanpa ibuk lagi, tapi aku mencoba ikhlas pak semoga ibuk juga tenang disana"
"wes ndra gak usah dipikirkan lagi, dah tidur wae ayo".

Setelah beberapa saat mereka mengobrol dan tidur nyenyak.


~~~~~~~~~~~~~~
Well halo gaes ini cerita pertama ku mohon maaf jika alurnya masih berantakan dan kurang menarik, dimohon untuk masukan dan saran kritiknya.

Salam hangat untuk semua.

Cerita ini akan mengandung sex bagi yang kurang suka bisa skip cerita ini dan terimakasih sudah mampir.

Benang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang