5

3.2K 85 15
                                    

1 bulan kemudian.

Hubungan antara Endra dan Angga agak renggang, bukan berarti mereka musuhan tetapi memang jarang berbicara. Berbeda dengan sifatnya pas sebelum ada adegan perkentotan itu.

"Pak, endra sama gibran pamit sekolah dulu. Nanti endra ada latihan basket jadi pulang agak telat pulangnya, nanti gibran biar bawa motorku, endra nanti nebeng bayu saja" pamit endra kepada bapaknya.

Endra dan Gibran duduk dimeja makan, dan menikmati sarapan dipagi hari ini. Sedangkan Angga bapaknya berada di dapur sedang cuci piring bekas semalam.

"Oh ya nggapapa. Atau nanti biar gibran bapak yang jemput" sautan dari angga dari wastafel.

"Nggak usah pak nanti Gibran mau tugas kelompok sekalian dirumah Asgar, nanti kalo mas endra udah selesai telfon aja siapa tau gibran belum selesai nugas" balasan gibran yang sangat sopan. Dia tau Bapak dan masnya sedang agak irit bicara dia tidak tau permasalahan apa yang membuat mereka diam.

Yang dia tau setelah dia melihat masnya keluar dari kamar bapaknya pagi hari sejak hari itu hubungan bapak dan masnya mulai tidak akur. Bahkan gibran sempat beberapa kali bertanya kepada masnya tapi jawabannya selalu sama "bapak dan mas nggak apa2 nggak usah dipikirkan"
Selalu saja jawabannya seperti itu. Dia tidak mau bertanya kepada bapaknya dia takut dengan bapaknya.

Setelah sarapan selesai mereka berangkat bersama menuju sekolahan. Beruntung sekali smp dan smk mereka satu gerbang jadi tidak susah untuk berangkat.

Motor nmax hitam itu melaju dengan rata2 kecepatan. Karena waktu tempuhnya juga tidak terlalu jauh. Dan mereka juga berangkat tidak terlalu mepet jam masuk supaya lebih santai dijalan.

Setelah sampai di parkiran sekolah gibran salim tangan dengan masnya. Tak lupa endra juga mengelus singkat kepala adiknya itu. Sungguh persaudaraan yang sangat terjalin erat.


Sementara itu dirumah Angga.

"Hah sampai kapan perasaan aneh ini akan hilang, gara2 kejadian malam itu harga diriku sebagai seorang bapak hancur dibawah kangkangan anakku sendiri. Mau sampai kapan ini perasaan yang tidak jelas ini berakhir"
Monolog Angga sendiri dirumah.

Dia kemudian mulai ngadon bakso yang sudah dari subuh tadi dia gilingkan untuk berjualan hari ini.

Yudi juga belum pindah kesini, tawaran untuk mengambil alih catering sudah disetujui. Dengan harga jual 200jt . Yudi juga sudah mulai dengan usaha catering itu. Bahkan sudah mendapat pesanan dalam partai besar. Dan sudah kontrak dengan perusahaan ternama untuk mengirimkan katering setiap hari kesana.

Angga pun juga sudah mendapat karyawan, Anton pemuda berusia 22 tahun itu menjadi karyawannya.

Anton pun juga sudah menikah setahun yang lalu akibat kecelakaan kontolnya yang haus lubang jadi  mengharuskan dia menikah muda.

Setelah hari menjelang siang adonan bakso itu siap untuk diperdagangkan.

Angga sudah melihat Anton yang masuk kerumahnya mengambil kunci warung untuk membukanya

"Mas kuncinya, mau buka warung biar tak bersihkan dulu warungnya".

"Oh oke bentar tak ambilin ton, kamu bawa bakso itu sekalian ke warung, mas mau mandi dulu kamu letakkan seperti biasa ya" ucap Angga ke Anton, setelahnya dia ambil kunci ke kamar dan bantu bantu anton mengangkat kuah serta bakso ke warung.

Setelah dirasa cukup dia masuk kembali dan melakukan ritual mandinya. Sedangkan Anton mulai memanaskan kuah kwali ke grobak dan membersihkan warung.

Tak lama kemudian sudah Angga datang "udah selesai semua ton" dia masuk  warung dan melihat Anton sedang membungkus saos kedalam plastik kecil

"udah beres semua mas. Stok saosnya tinggal 2 botol itu didalam sama yang di meja mas" balasnya.

Benang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang