Your first boy (part 2)

117 5 0
                                    

Kuya POV

Anak yang bodoh, tapi aku menyukainya.

Aku tidak melihat keanehan dari anak ini, ya mungkin hanya badannya saja. Dadanya lebih besar dan lebar, membuatku ingin meremasnya.

"Mhh..."

Dia memerhatikan tatapanku ternyata.

"Oke, sekian untuk hari ini dan untuk Olivene aku ingin kau tinggal di kelas dulu. Semua orang boleh pergi"

Setelah semua orang keluar dia menurut pada ucapanku dan tinggal di kelas. Aku mengunci kelas dan menutup semua tirai.

"Jadi kau memerhatikan bahwa mataku tertuju padamu?" Aku mendekatinya dan berbisik di telinganya.

Dia terlihat memerah dan aku ingin menciumnya.

"Sensei aku juga menyukai anda..."

Aku melihatnya dengan wajah terkejut, serius dia menyukai ku?

"Jadi kenapa kita tidak melakukannya? Maksudku kau mau jadi pacarku?"

Aku sih tidak serius dengan ucapan ku, hanya saja menghilangkan kesempatan bagus itu bukan gayaku. Jadi kenapa tidak?

"Baiklah..."

"Kau tidak peduli walau aku sudah menikah?"

"Aku tidak apa-apa dengan itu"

Serius? Dia benar-benar bodoh dan naif.

"Baiklah jangan sampai menyesal dan jangan mempercayai ku, oke?"

Dia mencium ku dan aku membalasnya, dia cukup agresif walau naif dan terlihat polos.

Cinta yang aneh dan palsu, dia mendambakan cinta apa sebenarnya?

Aku tidak peduli.

Aku menarik Olivene dan menidurkannya diatas meja, membuka sabuk dan celananya.

Dia tidak memprotes dan hanya menerimanya. Sungguh bocah yang lucu, tapi aku harus lembut padanya dan membuatnya percaya bahwa aku adalah orang yang baik.

Baik dengan tidak membuatnya merasakan rasa sakit.

"Tidak sakit kan?"

"Tolong lakukan dengan perlahan, jangan terlalu cepat aku ingin bersama mu lebih lama lagi"

....

Sebulan kemudian kami hanya melakukan hal-hal kecil dan untuk itu aku merasakan dia menginginkan hal yang lebih.

Dia memintaku berhenti setelah semua murid pergi. Menahan lengan bajuku dengan erat.

"Sensei"

Aku angsung menoleh pada anak malang yang memanggil ku.

"Hari ini..."

Dia terlihat malu dan enggan melirik padaku dan hanya memegang lengan bajuku.

"Aku tahu, disini? Atau kita harus pergi ke UKS?"

Wajahnya langsung memerah, dan dia pun menganggukkan kepala dan mengikuti ku.

Dia berjalan mengikuti ku seperti anak ayam, menyusuri lorong yang kosong ini.

Beruntung dokter sialan itu sudah pulang, dan tidak mencermahiku.

Aku menarik tirai dan mendudukkan Oliver disana. Tanganku melepas kancing bajunya perlahan dan Olivene terdiam menggigit bibirnya.

Tanpa ku sadari dia meraih kacamata ku.

"Kuya sensei..."

Dia mencium ku dengan bibir tebalnya itu. Aku membalasnya dan membuka mulutku, kami bercumbu untuk waktu yang lama dan aku mendorongnya ke tempat tidur.

Nafas kami tersenggal karena ciuman panjang itu. Aku meraih jemarinya dan  mencium pergelangan tangannya, aroma lotion yang dia gunakan membuatku gila.

Aku menaruh tangannya di pipi ku. "Aku mencintaimu... "

"Sensei aku ingin kau memasukkannya sekarang"

Barani juga...

Anak malang yang menyedihkan ini mungkin sedang berfikir bahwa dia terlihat bodoh dan terlalu mencintaimu sampai tidak bisa berpikir jernih.

Tapi aku menyukainya karena dia tampak seperti anjing kecil, mudah menurut tidak banyak bicara dan suka berani mencium pemiliknya.

Aku mencium dadanya dan menghisapnya setelah berhasil memasukkan milik ku. Aku masih menggunakan ritme yang tergolong lambat tapi penuh semangat. Akan ku buat seolah surga mendatanginya.

"Hari ini sangat ketat, kau sangat merindukan milikku?"

Aku tetap mendorong milikku lebih dalam, dia terlihat menahan seranganku dengan meremas sprei putih ini.

"Iya... Aku merindukannya, ahh.. Di sana"

Sial, suara manisnya membuatku bersemangat. Aku memutuskan untuk menyerang titik sensitifnya, dia sangat membuatku ingin menyiksa orang.

Teruskan.

Keluarkan suara mu itu.

Akak ku buat bahwa seolah aku adalah mumpimu yang jadi nyata.

Kau tidak akan bisa melarikan diri.

Handphone ku bergetar, stopwatch nya pasti telah berhenti.

"Ahh.. Sudah lima belas menit"

Aku mencium keningnya dan beranjak dari tempat tidur, membenarkan kemeja dan memasang sabukku.

"Sensei... Bolehkah aku memelukmu?"

Aku mengerlingkan mataku dan membalas pelukan dengan eratnya. Dia membenamkan wajahnya di leherku.

Ku harap dia akan tetap patuh dan ku berharap seseorang tidak menanyakan apapun saat aku pulang terlambat.

"Anjing kecil yang lucu ini membuatku tidak bisa pergi..."




END

NU Carnival X Reader oneshoot 🔞🔞🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang