Kalau ada tanda ⭐ itu berarti POV Syafina ya guys!
✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
⭐Hari Minggu adalah waktu yang tepat untuk bersantai dari pelajaran sekolah. Dengan memakai kaos oversize dan celana pendek bersaku di kanan kiri – setelan yang selalu aku pakai bila di rumah, aku turun dari kamarku berencana untuk lari pagi. Di dapur, aku melihat bu Sulis sedang pak pik pek, padahal umurnya sudah tua, tapi masih sehat bugar.
"Selamat pagi Nyonyaa!" aku menyapanya, lalu duduk di balik meja makan.
"Mau olahraga Neng?" menebak setelah melihat sepatu olahraga baru yang aku pakai. Kemudian beliau menyeduhkanku susu coklat.
"Iyaa!" aku semangat. "Bapak belum bangun?"
"Bapak kalau hari Minggu baru keluar kamarnya suka siang."
"Bu? Di komplek sini gak ada anak yang seumuran aku ya?" tanyaku sambil mengayun-ngayun kedua kakiku yang menggantung.
"Oh ada kok Neng, banyak pisan malah. Tapi yang Ibu kenal mah cuman Neng Lia aja. Anaknya pinter sama cantik pisan hayoh Neng. Neng juga kalah cantik," bu Sulis tertawa lalu menyuguhkan satu gelas susu coklat hangat dan roti selai dihadapanku. Beliau pun duduk di sampingku untuk beristirahat sejenak.
"Apah? Siapa orang yang ngalahin kecantikan aku Bu?"
"Hahaha si Neng teh nya. Tapi rumahnya lumayan jauh, di blok U. Ibu teh sering ketemu di masjid kalau tarawehan. Sok cepet habisin. Siapa tau ketemu di jalan."
"Habis!" aku meneguk susu tegukan terakhir dan menelan selembar rotinya sampai habis. "Neneng geulis berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum!" aku meninggalkan dapur menuju keluar rumah. Langit sudah mulai terang, karena waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi.
Melewati pintu rumah, aku berpapasan dengan pak Joko, supirnya pak Suryo. Aku menyapa beliau yang sedang berjalan ke arah rumah. "Bapaaak.." menyapa sambil melemparkan senyum centil ceria padanya.
"Mau kemana ndok?" tanya pak Joko dengan logat jawanya.
"Mau jogging Paak.."
Sejenak kami menghentikan langkah kami untuk percakapan singkat. "Joging? Joging itu apa?"
Aku mengembangkan kedua lubang hidungku. "Lari santai Paak.."
"Ohehe, ya maklum masih muda, gatau istilah-istilah begitu. Padahal ada sepedah loh di garasi, tapi lumayan tinggi sepedahnya."
"Ohh ada sepedah. Yaudah atuh ya, Neng Syafina cantik pergi dulu. Assalamua'laikum.." aku berbelok arah untuk ke garasi.
Rupanya sepeda keranjang sodara-sodara. Aku mengayuh sepedanya keluar garasi. Di depan gerbang aku bertemu dengan pak Asep yang sedang duduk di dalam pos. Beliau bertugas menjaga gerbang. Ketika melihatku, pak Asep beranjak dan buru-buru membukakan gerbang.
"Makasih Pak!" ucapku lalu meluncur keluar gerbang dan mulai berkeliling komplek.
Sekeliling sangatlah sepi, udara juga cukup dingin, banyak sekali yang memelihara anjing besar di rumah-rumah yang aku lewati, sesekali aku ketakutan ketika anjing-anjing itu menggonggong saat aku lewat. Setelah lama mengayuh, pukul 8 pagi, aku memutuskan untuk pulang ke rumah pak Suryo – yang sekarang aku tahu berada di blok C. Aku parkirkan kembali sepeda ini di dalam garasi, lalu kembali keluar rumah tanpa sepeda karena ingin lebih menikmati suasana pagi di tempat baru. Aku berjalan kaki ke warung yang jaraknya tak jauh dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLASTING LOVE (SUDAH TERBIT)
Teen FictionKalau kita suka sama orang tuh, kita emang suka 'dianya' secara keseluruhan gak, sih? Kaya misal, aku suka cowo humoris, tapi aku suka humorisnya dia, aku suka cowo pinter, ya aku suka pinternya dia. Gimana cara pembawaannya. Itulah yang dirasakan S...