Kalau ada tanda ⭐ itu berarti POV Syafina ya guys!
✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
⭐Hari ini kami main di rumah Lia, sebelumnya kami sudah berencana akan masak-masakkan. Tidak ada yang bisa memasak di antara kami, tapi Lia bersikeras mengaku bahwa masakannya itu enak, dan Alek juga bersikeras tidak setuju.
Aku dan Lia mulai memasak di dapur sementara Alek Rio dan Syafin menunggu di meja makan yang terpisah oleh lemari dapur, mereka mengemil coklat yang dibawa Syafin.
Menu makanan yang akan dimasak hari ini adalah SEBLAK! Aku yang mengulek semua rempah-rempahnya, sedangkan Lia yang merendam kerupuk terlebih dahulu agar tidak keras.
"Cabenya berapa?" tanyaku berteriak.
"Satu ahhh." jawab Lia.
"Delapan." Jawab Alek.
"Sepuluh deh sepuluh digenapkan." Sahut Syafin.
"Gilaaaa, aku satu aja!" Rio memperingatkan.
"Yaudah, karena ada bocah, satu aja ya." Aku pun memasukkan 3 buah cabe rawit.
Bumbu ulek dan kerupuk langsung kumasukkan ke wajan panas, lalu diberi air. Sambil menunggu kerupuknya mendidih, aku dan Lia bergabung bersama mereka ke meja makan setelah Alek bilang coklatnya hampir habis dimakan Rio.
Beberapa menit kemudian aku kembali ke dapur untuk mengecek, ternyata sudah mendidih. Aku panggil Lia menyuruhnya segera memasukkan penyedap rasa. Lia datang dan langsung menaburkan bumbu tabur. Seblak pun dioseng-oseng.
Aku masukkan dua butir telur setelahnya, lalu dibiarkan mendidih lagi. Setelah mendidih, Lia mencicipi. "Wlek! Asin!" dengan raut wajah ngeri.
Dengan cepat aku tuangkan air lagi ke wajan. "Kenapa gak pake gula aja ya? Haha." Baru sadar.
Lia terkikik. "Yaudahlah tanggung."
Tak lama seblaknya mendidih lagi, kini aku yang mencicipi. Sebelum aku mengatakan rasanya, wajahku sudah mengatakannya. Ya. "Ga ada rasanya."
Lia memasukkan garam dan penyedap rasa lagi, lalu kembali dioseng. Aku cicipi lagi kuahnya, rasanya malah jadi asin lagi. Lia buru-buru mengambil gula pasir dalam lemari dan menaburkannya satu sendok. Setelah dicicipi lagi, rasanya masih asin. Lia menaburkan banyak gula lagi ke dalam wajan.
Karena terlalu lama, air dalam wajan habis terserap kerupuk membuat kerupuk menjadi sangat lembek.
"Gimana nih? Jadi ga ada airnya?" Lia terlihat berpikir keras. Tanpa ba bi bu, Lia menuangkan air lagi ke dalam wajan.
Setelah mendidih kami berdua tertawa karena kerupuknya semakin lembek tak berbentuk. Kami menyerah.
Lia mengambil mangkuk besar dan aku matikan kompor gasnya. Seblak pun dituangkan ke dalam mangkuk. Aku duluan membawa mangkuk besarnya ke meja makan, sementara Lia mengambil 5 buah piring dan 5 buah sendok.
"Silahkan dimakaannn.." kataku saat menaruhnya di tengah meja memotong percakapan mereka bertiga.
Lia pun datang menyusul lalu membagikan piring dan sendok satu orang satu.
Aku duluan yang menyiuk seblaknya ke piringku. Yang lain mengikuti.
"Wlek! Ga enakkkk!" teriak Rio setelah melahap satu sendok. Aku dan Lia saling melirik menahan tawa.
"Sumpah ga enak banget." Susul Syafin setelah mencicipi sedikit.
"Kaya bubur lagi." Ledek Alek melihat teksturnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLASTING LOVE (SUDAH TERBIT)
Teen FictionKalau kita suka sama orang tuh, kita emang suka 'dianya' secara keseluruhan gak, sih? Kaya misal, aku suka cowo humoris, tapi aku suka humorisnya dia, aku suka cowo pinter, ya aku suka pinternya dia. Gimana cara pembawaannya. Itulah yang dirasakan S...