Di Titik Tempat yang Sama

162 73 12
                                    

"Dek? Ayo pulang. Ayah udah jemput." Ibunya Syafina memanggil anaknya yang sedang melempar-lempar potongan roti ke kolam ikan di pekarangan rumah sakit. "Ehh, bandel yah, udah dibilangin gak boleh ngasih makan ikannyaaa."

Syafina bergegas berdiri dari jongkoknya sambil cekikikan karena ketahuan. Ia pun pamit pada bu Sulis dan bu Fitri yang menjadi teman bermainnya selama di rumah sakit. "Buu, Syafina pulang dulu ya." Berpamitan sambil mencium tangan mereka bergantian.

"Iyaa, besok main lagi yaa.." bu Fitri yang terduduk di kursi roda mencubit pipinya.

"Dadaah semoga cepet sembuuh.." teriak Syafina sambil berlari menghampiri ibunya yang menunggu di depan lorong. Ibunya kemudian tersenyum ke arah pasiennya itu – Bu Fitri yang sudah dirawat selama 2 minggu di rumah sakit tersebut, ditemani bu Sulis yang merupakan perawat pribadi sekaligus asisten rumah tangganya. Ia dirawat karena baru mengandung anak pertama di usia 60 tahun. Sementara ibu Syafina merupakan perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut dan selalu membawa Syafina – anak satu-satunya ke tempatnya bekerja semenjak kakeknya yang biasa menjaga Syafina meninggal. Karena, tidak memungkinkan untuk meninggalkan anaknya sendiri di rumah sementara umur anaknya masih 5 tahun. Ia juga tidak mau menitipkan anaknya ke kerabat dekat karena tidak ingin merepotkan mereka.

Awalnya ibu Syafina tidak diperbolehkan membawa anaknya ke rumah sakit karena khawatir akan menganggu kesehatannya, namun akhirnya diperbolehkan dengan syarat hanya boleh berada di sekitar pekarangan dan kantin, ia pun dibiarkan bermain di sana dan sering menjadi teman dari pasien-pasien di rumah sakit tersebut.

~*~

Esok paginya di bawah cahaya matahari yang memancar halus, Syafina, bu Fitri dan bu Sulis menonton dari jauh acara pelepasan & pentas seni yang digelar di halaman taman kanak-kanak sebelah rumah sakit, diajak oleh pak Suryo – suaminya bu Fitri.

Saat itu sedang tampil di atas panggung seorang anak laki-laki – murid dari TK tersebut yang dengan lucunya memetik gitar tanpa peduli permainannya benar atau tidak, membuat semua yang menonton tertawa gemas melihatnya. Syafina melirik bu Fitri, ia memperhatikan air muka bu Fitri memancar bahagia, lalu sesekali mengelus-elus perutnya sendiri tak sabar ingin anaknya segera lahir. Beberapa jam kemudian, pak Suryo dan bu Sulis kelabakan mencari Syafina yang tiba-tiba hilang dan tidak ada satu pun yang melihat, setelah berkeliling mencari, akhirnya dia muncul membawa anak TK yang baru saja tadi tampil bermain gitar, untuk dipertemukan dengan bu Fitri.

Sembilan bulan kemudian, Syafina dikejutkan dengan kabar bahwa bu Fitri meninggal dunia di hari saat ia melahirkan kandungannya, tetapi bayinya pun tidak dapat diselamatkan. Sontak itu membuat suami dan perawat pribadinya berduka cukup dalam, tak terkecuali Syafina, ia menangis tak terkendali di depan bu Sulis dan pak Suryo.

~*~

EVERLASTING LOVE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang