Our Promise!

83 42 47
                                    

Kalau ada tanda ⭐ itu berarti POV Syafina ya guys!

✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦

⭐"Ia? Aku mens!" bisikku dalam telepon, aku berbisik karena aku merasa ini kabar yang memalukan. Lia tak bisa mendengar jelas suaraku. Aku mengulang kembali tanpa menaikkan volume suara, dia tetap tidak dapat mendengarnya dengan jelas. Akhirnya dia mengatakan akan ke rumahku, lalu ditutuplah panggilan olehnya.

Aku berlari turun dari kamar dan segera berlari ke gerbang rumah. Tak lama menunggu, bel pun berbunyi, aku membuka gerbangnya seorang diri, menyambutnya dengan wajah murung.

"Kenapa, Finay?" tanyanya panik, ia masih memakai baju tidur.

"Aku mens." Jawabku membuatnya mendongak.

"Hah? Mens pertama?"

Aku mengangguk sambil nyengir ragu.

Lalu senyuman merekah terbit di wajah kami, kami pun jingkrak-jingkrak senang karena ini pertanda aku sudah dewasa.

"Mumpung kamu ke sini, kita ke atap kamar aku yuk! Udah kering!" ajakku girang.

Kami pun naik lewat halaman belakang menggunakan tangga tambang, dan naik lagi ke lantai tiga dengan tangga tambang juga yang sudah dipasang.

Lia takjub melihat keadaan rooftop kamarku, karena di sini banyak sekali bunga-bunga dalam pot yang disusun rapih di setiap pinggir – Lia sangat suka bunga. Ada 2 kursi berendengan yang menghadap Timur, dan di sisi lain tergantung jaring hammock yang keempat ujungnya diikat ke empat tiang.

Tiba-tiba Lia terkesiap teringat sesuatu. "Oh iya Fin! Aku ada ramuan masker lagi, susu plus jeruk nipis plus backing soda buat telapak tangan," serunya.

"Dapet ramuan dari mana itu?"

"Ngasal," dia terkekeh. "Kita praktek sekarang yuk di rumah aku. Soalnya kalau kita nongkrong di sini jam segini nanti gosong."

Aku mengangguk dengan senyuman lebar, lalu kami turun dari lantai tiga itu. Berlarilah kami keluar gerbang menuju rumah Lia.

Saat melewati jalan setapak dari pagar rumah, kulihat mamah Lia sedang menyapu di sana, membersihkan dedaunan kering yang menutupi permukaan rumput. Aku menghampiri beliau dan mencium tangannya. "Tanteee! Si Abah lagi ngapain, Tan?" tanyaku, basa basi yang basi.

"Si Abah gak ada, lagi ada acara sama murid kelasnya, cantik. Silahkan masuk Neng Syafina, Tante nyapu dulu." Lalu melanjutkan menyapu lagi. Abah memang wali kelas yang asik.

Kami berlalu masuk dan pergi ke dapur untuk mengambil alat dan bahan, dan bergegas naik ke atas dengan membawa semua alat dan bahan itu, duduklah kami di lantai balkon saling berhadapan.

Dengan santai, Lia menjadikan bahan-bahan utuh itu menjadi campuran ramuan, aku mengikutinya, mencampurkan ke dalam satu mangkuk. Setelah selesai, kami mulai melumuri telapak tangan kami dengan ramuan buatan kami.

"Enak yaa, kaya disikat," seruku sambil menggosok telapak tanganku, Lia tertawa kecil.

Tunggu! Pikirku. Spontan aku langsung mencium bau telapak tanganku, dan kembali menggosok dengan masih mengernyitkan halisku ngeri. "Uh! Baunya gak enak!"

Lia tertawa. "Kan ada backing sodanya.."

Hening seketika. "Ia, aku mau cerita!" aku berteriak padahal jarak kami hanya 5 jengkal. "Sekarang aku ngerti! Gebetan aku di sekolah kan banyak, tapi kenapa coba aku suka bangetnya ke Thomas? Itu karena kita kenal dan deket. Jadi dia ada di posisi teratas!"

EVERLASTING LOVE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang