Pembagian Rapot

69 37 31
                                    

Kalau ada tanda ⭐ itu berarti POV Syafina ya guys!

✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦

⭐"Kyaaaaa Mytaaa! Aku ranking tigaaaa!" teriakku saat bertemu Myta dan Farhan di kantin. Mereka berdua terkesiap dan langsung merebut rapot yang kubawa. Lalu dilihatnya rapot itu, mereka histeris, Myta langsung menggabrukku dan memelukku erat sambil jingkrak-jingkrak gembira.

Vera menghampiri kami. "Selamat ya Fin, keren banget kamu." Seulas senyum muncul di wajahnya. Aku berterimakasih dengan girang. Vera tak berlama-lama, ia langsung pamit pulang, "Sampai ketemu lagi di kelas tigaa.." ucapnya sambil berlalu.

Kami bertiga pun duduk di kursi kantin berhadapan yang kosong dan memesan es piscok.

"Sst." Myta berdesis sambil mendongakkan kepalanya ke arah tangga kantin yang agak jauh. Serentak aku dan Farhan menoleh ke belakang, kudapati Thomas sedang mengobrol berdua dengan pacarnya di sana. Setelah melihatnya, aku mendesah lalu tersenyum tak acuh. "Ah, udah gak peduli."

"Songong banget tuh cowo! Pas udah punya cewe, dia jadi beda ke kamu ya Fin?" ucap Farhan menatap sebal Thomas dari jauh.

Aku tersenyum miring. "Padahal awalnya kita sebangku, tapi pas dia punya pacar, tiba-tiba diemin aku kaya yang gak kenal. Padahal salah aku apa coba?"

Myta bergidik dan berkata tidak ingin mempunyai cowo seperti Thomas.

"Aku gak kaya gitu ya." Gumam Farhan.

Aku mendengarnya! Aku menoleh cepat padanya. "Han?" panggilku memastikan sambil menunjukkan seluruh gigiku dan isi lubang hidungku.

"Kedengeran?" bisiknya agak panik.

Aku mengangguk cepat lalu tertawa geli. "Menurut lo kuping gue sekecil kuping ayam?" sentakku di sampingnya lalu tertawa tergelak-gelak.

Myta merengut. "Hah? Ada apa ih? Kalian ngomongin apa?"

Farhan menyenggol kakiku pelan. Aku menggelengkan kepala pada Myta sambil nyengir mencurigakan.

Ternyata yang aku curigakan tentang Farhan benar. Myta tidak mempedulikannya, dan langsung memainkan ponsel milikku, karena mungkin ia pikir masih membicarakan Thomas.

Piscok pun datang diantar ibu kantin menggunakan plastik. Akulah yang membayar semua piscok itu sodara-sodara.

"Ciee orang pinter baru, nraktir niyeh.." sindir Myta lalu terkekeh.

Aku nyengir sok imut, lalu melahap piscoknya.

"Dek Syafina!" suara itu terdengar jengkel, aku kenal suara itu, aku pun menoleh ke sumber suara. "Ibu nyariin!" lalu ibu menghampiri kami.

Aku menepak dahiku, ya ampun, aku lupa. Aku lupa bilang kalau aku akan ke kantin. Myta dan Farhan mencium tangan ibu bergantian. Aku pun pamit dan berlalu pulang bersama ibu.

Sesampainya di rumah, aku berteriak memanggil ayah yang kebetulan sedang di rumah. Ayah cepat menghampiriku. Betapa gembiranya beliau saat mendengar anaknya yang paling rajin alias kebalikannya ini mendapat ranking 3 besar. Aku menoleh pada ayah. "Mau ngasih hadiah apa?" menatap dalam ayahku dengan mata berbinar.

"Pulsa!"

Aku mengerut, tapi yasudahlah, aku akan menerima hadiah dari ayah dengan hati dan penuh syukur.⭐

~*~

⭐"Halo Syaa? Kamu lagi di rumah kandung yaa?" tanya Syafin saat aku baru menekan tombol 'terima'.

Aku terbahak mendengarnya. Kami pun mengobrol asik. Ia mengatakan bahwa ia berhasil mendapat ranking satu lagi, ia jadi dibelikan motor oleh papahnya, dan ia mau, orang pertama yang ia bonceng itu adalah aku. Aku tanya kenapa, dia malah menjawab "mau ngetes kekuatan motornya ngebawa beban berat." Sialan!

Rio dan Lia juga mendapat ranking 1, sementara Alek naik ke ranking 9. Aku sangat berterimakasih, karena berkat bantuan mereka, aku mendapat ranking 3 di semester ini.

"Udah terimakasih ke Tuhan kita belum?" tanyanya di seberang telepon.

Aku tersenyum. "Udah doong! Nomer satu itu mah. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillaah!"

Ia terkekeh. Kami pun kembali mengobrol.

Batre ponselku sudah terasa panas, sudah hampir 2 jam kami mengobrol. "Syapinx? Kamu lagi di dalem atau di luar?" tanyaku.

"Di balkon Sya, kenapa?"

"Aku lagi di atap nih, bisa liat langit gak? Keren loh bintangnya lagi keliatan," kataku menengadah ke langit sambil mengayunkan santai ayunan yang aku duduki.

Kemudian hening, aku mengira bahwa ia sedang berusaha melihat apa yang aku tunjukkan. "Iya, keren ya, bulannya juga bagus, bersinar kaya mata kamu." Lalu terkikik.

Aku berteriak heboh dan nyaris menelan ponselku. "OH MY GOD! Geliii!"

Ia tertawa terbahak-bahak.

Aku pun teringat sesuatu. "Eh iya Syapinx, nanti libur 2 minggu, kita mantai yuk!"

Ia setuju dan mengusulkan untuk pergi mengajak orangtua masing-masing. Aku semangat mengiyakan. "Yeee, kaya family gathering!"

"Tanggal berapa nih maunya?" tanyanya.

"Gatau, tanya para ortu aja, liburnya hari kapan. Ortu kamu liburnya kapan?"

"Aku juga gak tau, gak nentu. Mending tentuin dulu tanggal berapanya, jadi mereka bisa ngusahain buat cuti."

"Pinter juga kamu, Syapinx!" pujiku dengan nada meledek.

Ia membalas ledekkanku. Kami jadi perang mulut saling mengejek, tali perdamaian kami rupanya hanya ter-erat sebentar. Akhirnya akulah yang kalah, ia girang dan menertawakanku yang kalah tempur. Aku tak dapat berkutik karena ia mengungkit masalah porsi makan. Karena itulah kelemahanku.

"Ahhh yaudah! HP aku udah panas nih," kataku yang akan mengakhiri teleponnya.

"Hahaha, okee, cepet ke pulang ke sini ya bulet," sahutnya. Aku mengiyakan dan bilang akan pulang nanti lusa. "Miss youu.." ia langsung menutup sambungan teleponnya. Aku kesal karena aku belum sempat menjawab.

"Miss you too! Assalamua'laikum!" aku membentak ponselku.⭐

✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦


EVERLASTING LOVE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang