21

427 24 0
                                    

Fellino pun menuju ke kamar nya untuk mengambil buku yang tidak berjudul itu.

Saat Lino mengambil buku di dekat komputernya. Tiba tiba saja kamuputer tersebut menyala dan menpilkan huruf demi huruf.

[apa kau ingin tau satu rahasaia lagi?]

Lino melihat itu pun menelan ludah nya dengan kasar.

Lino pun mengetik untuk membalas pesan tersebut.

[apa itu?]

Lalu tiba tiba huruf demi huruf muncul sangat banyak dan ada sebuah vidio yang di ambil dari cctv.

Kata demi kata Lino baca dia masih tidak percaya dengan apa yang ia baca, terlebih lagi vidio yang terkirim.

Sebuah vidio yang memperliatan adengan pembantaian, lalu Lino melihat seseorang yang sama seperti di foto yang dia temuka saat membantai kemarin.

Namun mereka di bunuh oleh...... Ayah nya?

[Mereka adalah keluarga dari ibu mu]

Deg

Lalu muncul satu vidio lagi.

Lino pun langsung melihatnya

Tes
Tes
Tes

Air mata Lino jatuh melihat seseorang yang dia sayang telah menumukan ajalnya, dan terlihat ada orang yang dia percayai selama ini hanya diam melihat adegan tersebut.

"kenapa? Hiks ga ini ngga mungkin kan?"

[sialan! Apa ini editan! Katakan pada ku ini semua bohong!]

[sayang nya itu fakta]

Sial badan Lino terasa lemas saat melihat itu.

[mau kah kau kerja sama?]
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Fellino sudah kembali lagi ke kediaman ayah nya.

Saat dia masuk ke dalam dia bertemu dengan Diana, Lino menatap Dianan dengan mata senduh dengan pikiran yang melayang.

Diana pun yang melihat lino seperti itu pun menyamperinya.

"hey sayang kenapa bengong di tengah jalan?" ucap Diana sambil menepuk pundak Lino

Lino pun tersadar dari lamunannya.

"ah mah, ituu maaf..." Ucap Lino menunduk sambil mengusap lehernya.

"?"Diana pun memiringkan kepalannya, lalu mata nya beralih ke paper bag yang berisi buku

"kamu ngomong apa sih? Kamu abis beli buku?" Tanya Dianan

"ah ini..."

"mah aku boleh ngomong sesuatu ngga?" Ucap Lino mengalihkan pembicaraan

"boleh, kamu mau ngomong apa? Mau sambil ngeteh?" tawar Dianan

"eh, ngga usah mah" tolah Lino

"hmm jadi?"

"ee ituuu...mamah....emmm" pikir Lino sabil melihat kesana kemari ke bawah

"apa mama benar benar mencintai ayah?" Ucap Lino langsung menatap Dianan

"tentu saja, kenapa kamu nanya kaya gitu?"

"bahkan... Jika ayah membenci mama?" Ucap Lino dengan ekspresi yang sudah kecewa

Diana tidak bisa menjawab saat milihat eksperesi Lino.

Tap
Tap
Tap

Suara langkah kaki terdengar di arah tangga.

Ken sedang menuruni tangga, dan dia melihat Lino bersama Dianda.

Ken sedang menuruni tangga, dan dia melihat Lino bersama Dianda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg! -Ken berhenti melangkah

'tatapan itu' batin Ken saat melihat tatapan yang begitu familiar

Lino menyamperi ayah nya dengan ekspresi yang sama.

"saya ingin bicara dengan anda.... Ayah?" suara senduh terdengar di telingan Ken

"tunggu di ruangan ku" balas Ken, Lino pun pergi dulu

"aku ke ruang kerja dulu ya" Ucap Ken, dan langsung pergi.

Diana pun hanya diam saja menatap punggung Ken lalu beralih ke Paper bag yg Lino bawa.

Cklek

Ken membuka pintu ruangannya, dia melihat pemudah yang membelakanginya, dia melihat punggung pemuda itu yang begitu kokoh, atau akan rubuh?

Ken pun duduk di bangku nya, dan berhadapan dengan Lino yang masih berdiri.

"jadi?" tanya Ken

Lino pun memberi paper bag yang dia bawa dari tadi.

"aku harap anda bisa membacanya" Ucap Lino menatap Ken

Ken pun tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Sebuah dairy mantan istrinya.

"bagaimana kau bisa mendapatkannya?" tanya Ken

"hah...ha entah lah, aku pun masih tidak menyangka dengan apa yang aku temukan" ucap Lino sedikit terkekeh

Ken pun melihat itu pun terbungkam.

Dia mulai membaca buku buku tersebut.

Lino melihat ekspresi yang tak pernah ayahnya buat selama ini. ekspersi yang terpancarkan suatu kerinduan, penyesalan?

Lalu Ken pun membaca buku tanpa judul tersebut, awal nya Ken bingung lalu Ken pun terfikirkan suatu hal.

Dia mengambil pensil di lacinya, lalu mengosok kertas tersebut dengan pensil secara perlahan, dan kata demi kata pun terlihat.

Lino pun melihat itu berfikir ternyata benar kata orang itu, ayah nya bisa membacanya.

Cklek

Tiba tiba Tristan masuk

"Permisi tuan ini ada berkas yang harus anda tanda tangani" ucap Tristan

"taruh saja di sana" balas Ken

Tristan pun menaruh berkas berkas itu di meja Ken, dan Tristan pun melihat tulisan yang ada di buku tersebut.

Dia membulatkan matanya. 'sial!'

Dia melihat Ken mulai marah dengan apa yang dia baca.

Tristan pun langsung mengambil pistol dan menembakannya ke Ken.

Dor

'sialan bocah ingusan!'

"LINO!" Teriak Ken


FELLINO☆ -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang