Chapter 8

236 48 9
                                    

>2000 kata.

***

Lonceng berbunyi, Elion sudah ada di dalam kelas bersama Envy. Satu-persatu murid-murid masuk ke dalam kelas. Elion menyadari banyak tatapan yang mengarah padanya. Merasa risih, Elion menelungkupkan kepalanya ke dalam lipatan tangan.

Envy yang duduk di samping Elion, menopang dagu, menatap Elion dan murid-murid di kelas secara bergantian. "Sepertinya ada sesuatu yang menyebar tentangmu. Apa yang kau lakukan tadi?" tanya Envy penasaran.

Kedua orang itu bisa mendengar suara bisik-bisik yang tentunya dituju untuk Elion. Elion terdiam beberapa saat, pendengarannya mulai menajam, menguping pembicaraan mereka.

"Apa dia yang dirumorkan oleh anak kelas dua itu?"

"Dia yang memukul kepala Arion."

"Siapa dia berani memukul kepala si jenius? Aku menyapanya saja tidak berani."

"Katanya, Arion menghabisi orang yang memukul anak itu. Apa anak itu sepenting itu dalam hidup Arion?"

"Apa dia juga bisa masuk ke kelas tiga karena pengaruh ayahnya?"

Deg.

Elion segera menegapkan tubuhnya. Tepat saat itu juga, kelas mendadak hening. Di sampingnya, Envy tertawa pelan. "Sepertinya kau baru saja melakukan hal yang menggemparkan akademi, huh?"

Elion menelan ludahnya kasar. Padahal baru beberapa jam kejadian dimana dirinya memukul kepala Arion, tapi beritanya sudah menyebar sampai ke kelas tiga.

Gila, apa Arion se terkenal itu?!

Elion menggeurutu kesal. Dibanding marah, ia lebih kesal karena Arion terkenal. Kan, dia juga ingin terkenal.

"Kenapa wajahmu tertekuk masam?" tanya Envy. Meski tanpa bertanya, ia sudah tahu kenapa pemuda itu kesal.

"Pikir saja sendiri."

"Aku tidak bisa membaca pikiran."

Elion tak menggubris, ia melirik sekitar dengan pipi yang menggembung kesal. Lebih baik dirinya menghentikan drama menjadi anak polos yang tidak tahu apa-apa. Elion tahu sekarang dia akan mulai ditindas karena pengaruh ayahnya.

Dikira aku tidak bisa melakukan apa-apa, huh?

Elion diam-diam menyeringai, menjilat bibirnya untuk melembabkan bibir keringnya. Aku akan membuat kegaduhan sampai Arion kewalahan. Hahahaha!

***

Saat ini adalah jam pelajaran Professor Renka. Mata pelajaran pria itu adalah dasar-dasar sihir. Professor Renka menyuruh semua muridnya berdiri dan berbaris rapi. Elion kebagian di barisan paling depan, mendongak, mengamati Professor Renka yang menjelaskan di atas podium kelas.

"Sejatinya, sihir diciptakan melalui mana. Mana adalah aliran energi yang mengalir di pembuluh darah. Pastinya kalian sudah belajar tentang ini saat kelas enam."

Semua orang mengangguk bersamaan, kecuali Elion. Melihat Elion, Professor Renka menunjuk pemuda itu dengan tongkat sihir. "Kau, anak baru."

Elion menunjuk dirinya sendiri dengan wajah cengo. "Saya?"

"Siapa lagi yang mempunyai rambut pirang di kelas ini?"

Refleks Elion melirik kanan, kiri dan belakangnya. Ternyata memang benar hanya dirinya yang mempunyai rambut pirang. "Kenapa dengan saya, professor?"

"Aku dengar dari ayahmu, ini pertama kali kau belajar sihir?"

Elion menggaruk bagian belakang kepalanya. Kalau boleh jujur, dia akan mengatakan sudah belajar sihir dari umur tiga tahun. Tapi, kalau berkata seperti itu, maka pihak akademi akan mengadukannya pada ayahnya.

I'm Not a HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang