Chapter 16

188 43 19
                                    

Haloo, cerita Zev / Gilang udah terbit dan bisa dipesan di Shopee ya. Link-nya ada di bioku💗🙌

>2500 kata.

***

Langkah kaki itu semakin lebar menyusuri koridor utama mansion keluarga Alpheus. Wajahnya tertekuk masam dengan tangan yang mengepal kuat, besiap-siap untuk meluapkan emosinya pada pemuda yang tengah terlelap di alam mimpi.

Brak!

Pintu itu terbuka kasar, namun tak mampu membangunkan pemuda yang masih terjaga di alam mimpi. Langit sudah gelap dengan bulan yang menerangi bumi.

Pemuda yang terlelap itu— Envy, terkejut saat merasakan kerah baju tidurnya ditarik paksa. Matanya membola melihat wajah sang Ayah yang terlihat sedang menahan amarah.

"Ada apa—"

Belum sempat Envy menyelesaikan ucapannya, Azven langsung menyeret paksa tubuh Envy menuju keluar kamar pemuda itu. Envy kewalahan karena hampir saja tersandung kakinya sendiri.

Namun, ia tak banyak memberontak. Menatap punggung ayahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Kali ini, apa yang membuat pria itu begitu marah?

Tubuh Envy menegang saat langkah mereka berhenti di depan pintu kayu berukuran kecil. Ingatan yang tidak ingin ia ingat, kembali terngiang, menghantam kepalanya untuk merasakan kembali luka yang kembali terbuka.

Ruangan itu adalah ruangan hukuman. Envy pernah mendekam di sana selama sebulan penuh karena dituduh meletakkan racun pada makanan Alta. Padahal itu bukanlah ulahnya.

Tapi, kali ini, apa yang membuat ayahnya memasukkan dirinya kembali ke dalam ruangan ini?

"Masuk."

Tubuh Envy masih bergeming. Tangannya gemetar, dadanya terasa sesak. "Kali ini... Apa yang membuatmu memasukkan aku ke dalam ruangan ini, ayah?"

Wajah Azven masih sama, datar. "Kau akan tahu setelah masuk ke dalam."

Melihat Envy yang masih diam di tempat, Azven mengambil tindakan dengan mendorong pemuda itu ke dalam sana. Envy ambruk ke lantai, ruangan gelap dengan pencahayaan minim menyambutnya pertama kali. Terlebih suara pintu yang tertutup terdengar.

Envy menelan ludahnya melihat ayahnya mengambil kain hitam. Azven segera mengikat tangan Envy dengan kain hitam itu.

"Kenapa kau mengikatku?" tanya Envy dengan suara bergetar. Dia takut gelap, ingatan waktu kecil kembali terngiang-ngiang. Keadaannya sama persis seperti ini. Dengan tangan terikat, ayahnya akan menyiksanya.

"Ini semua karenamu, brengsek."

Deg.

"Karena kau..." Setelah mengikat tangan Envy, Azven beralih mengambil tali. Ia melecutkan tali itu ke kaki Envy, membuat Envy terlonjak.

Plak!

"Bisnis keluarga Alpheus ditolak oleh Duke Kendrix."

Plak!

"Karena kau berteman dengan anak sialan itu!"

Plak!

"Karena kau mengatakan keadaan keluarga ini pada anak itu!"

Plak!

Envy memejamkan mata saat kakinya terluka mengeluarkan darah. Ia menggigit bibir menahan perih, matanya memerah menahan air mata yang hendak tumpah. Bibirnya hanya mampu menggumamkan kata 'sialan'.

Setelah puas, Azven membuang asal tali di tangannya. Ia menghela napas gusar. "Kau tidak boleh keluar dari ruangan ini selama satu minggu."

Apa?

I'm Not a HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang