12. Malam Sebelum Perang

17 1 0
                                    

Kaoru tersenyum manis ke arah 'teman' Avery, lebih tepatnya ia kini lagi di pesta yang diadakan teman Avery, sialan. Padahal besok dia harus bersiap-siap menghadapi ancaman mendatang, andai aja hari ini ia tidak bertemu Avery.

Sekarang ia benar-benar terjebak dalam situasi menyebalkan, lihat saja tatapan pria-pria tua mesum itu, kalau saja ia tidak berada disisi Avery mungkin ia sudah di Grepe-Grepe.

"membawa pasangan baru lagi Avery? bagaimana dengan anak yang kau kencani beberapa waktu lalu?" seorang pria kurus mendekati Kaoru dan Avery.

Kaoru menatap jijik pria itu , bau alkohol dan parfum berlebihan, kemudian Kaoru menatap Avery, ia sedikit terkejut melihat ekspresi Avery, menarik. Kaoru tanpa sadar tersenyum.

Kaoru meraih sapu tangan dari saku bajunya, 'banyak hal yang perlu ku kuak lebih lanjut dari mu Avery,' batin Kaoru, ia membawa sapu tangannya ke wajah Avery.

Ia mengelap bibir bawah Avery yang berdarah akibat Avery sendiri yang mengigit nya, sontak perlakuan Kaoru itu membuat semua orang disana tercengang termasuk Avery.

"tuan... Avery hari ini datang bersama saya, bagaimana bisa anda menanyakan pasangan nya sebelumnya. Anda menghina saya? Saya tak tahu perkumpulan ini punya seseorang seperti anda yang tidak tahu etika, ah! Kalau benar begitu, maaf saya benar-benar tidak tahu!" ucap Kaoru dengan senyum lebar di wajahnya membuat pria kurus itu berdecak kemudian meminta maaf kepada Avery begitu semua orang berbisik tentangnya.

Tangan Avery menyelinap ke pinggul Kaoru, "Baby, tadi itu.. Bagus sekali, kamu pintar juga," Avery memuji Kaoru, ia menunduk dan mengecup rambut Kaoru.

Ah... Wangi Kaoru entah kenapa membuat Avery sedikit tenang, wangi berry yang manis, "Ah.  Musiknya sudah main ya," Avery bergumam ia mengulurkan tangan kepada Kaoru, dan Kaoru meraih tangan Avery keduanya mulai berdansa.
.

Kaoru menikmati malam bersama Avery, sedangkan Koga, ia mempersiapkan senjata nya untuk besok, Eden yang duduk di dekat perapian sembari membaca sesekali melirik ke arah Koga, ia menghela nafas panjang.

"Koga," panggil Eden namun tidak digubris Koga, 3x, tiga kali Eden memanggil tetap tak ada jawaban, kesal Eden beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati Koga.

Tangannya meraih senjata Koga yang akhirnya berhasil mencuri perhatian sang supreme Alpha. "E-eden kamu ngapain?" tanya Koga.

"Aku memanggil mu berkali-kali, kau mengabaikan ku," ucap Eden dengan nada kesal, "Oh MA-maaf.. Ka-kamu mau minta jatah ya? Bentar lagi ya. Sudah mau siap in-"

"Koga!" Eden memotong perkataan Koga membuat Koga sedikit terkejut, "Tenang lah sedikit, pada yang menggangu pikiran mu? Cerita kan padaku," Eden meletakkan senjata Koga ke samping dan duduk di sisinya.

"..." Koga termenung sejenak, "Eden... Aku.." Koga mengigit bibir bawahnya.

Ini pertama kali nya Koga merasakan perasaan ini, perasaan apa ini? Cemas? Takut? Semua perasaan negatif bercampur aduk menajdi satu, itulah yang Koga rasakan saat ini.

Koga mengistirahatkan kepalanya di bahu Eden, Eden merangkul bahu Koga dengan satu tangan.

"Aku mencintaimu," Koga menyatakan perasaan nya, Eden menghela nafas tangan nya satu lari meraih wajah Koga, mengangkat dagunya dna menatap mata Koga lekat-lekat.

"Koga.. Kamu, benar benar..  Menyebalkan," Eden bergumam lalu menghantam kan keningnya ke Koga dengan pelan namun tetap memperoleh "aduh" dari Koga.

"Eden! Kamu ngapain sih sakit-"

Sekali lagi perkataan Koga terpotong namun kali ini dengan ciuman lembut dari Eden, ciuman lembut itu berubah menajdi sedikit agresif, Eden mengigit lembut bibir bawah Koga yang kenyal itu, membuat mulut Koga terbuka dan Eden memasukkan lidahnya kedalam, menjelajahi seluruh rongga mulut Koga, tangan Eden pun tak mau kalah, perlahan merayap ke balik baju Koga memainkan dada rata tersebut, sembari sesekali mencubit kedua puting merah kecokelatan itu.

Deep In The Forest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang