Penyesalan memang selalu datang di akhir. Buliran air bening terus mengalir membasahi wajahnya dengan deras. Teriakan amarah tidak henti-hentinya terdengar memenuhi ruangan. Tubuh yang lemas perlahan berusaha untuk bangkit. Terseok-seok kakinya mengesot menghampiri kedua manusia yang tengah tergantung di sana.
Tangannya berusaha meraih kursi tersebut, dan usahanya pula untuk berdiri. Kakinya kini perlahan naik di kursi itu, kemudian tangannya dengan lemas mencoba untuk melepas ikatan tali di leher adik dan ibunya. Hingga, satu ikatan terlepas yang membuat sang ibu terjatuh kapar di lantai. Lalu, tangannya kini beralih dimana tali melilit leher adiknya. Dan akibat usahanya, lilitan pun kini terlepas dari leher si adik.
Dua manusia tengah terkapar di lantai. Fana menatap miris dan bingung harus apa yang dia lakukan sekarang. Mengingat tubuhnya yang lemah membuat dia tidak bisa bergerak dengan sergap. Dia menangis, dia merintih, dan sekali lagi, dia menyesal.
Satu lantai dengan orang yang tersayang, tetapi dengan dua alam yang berbeda. Fana perlahan membaringkan dirinya diantara kedua mayat ibu dan juga adiknya. Kepala dia tolehkan ke arah Rachel, kemudian dia tolehkan ke arah Daffa. Jujur saja, meski dia menginginkan ini terjadi, tetapi dia tidak ingin benar-benar seperti ini. Hatinya yang hancur berbaur dengan erat bersama penyesalan.
Detik demi detik, menit demi menit, air matanya mulai terhenti. Kedua netra yang Fana miliki pun kini perlahan tertutup. Tangisan yang sendu kini sudah tidak terdengar lagi. Semuanya perlahan menjadi sunyi dan sepi. Fana kini terpejam.
Di dalam penglihatan Fana sekarang terdapat sebuah lingkaran yang terus memutar. Lingkaran tersebut bermula kecil, tetapi perlahan semakin dia memutar maka semakin membesar lingkaran itu. Fana merasa takut, perlahan tubuhnya seakan ditarik oleh lingkaran yang ada di hadapannya sekarang. Dan seketika, penglihatannya kini berada di sebuah rumah neneknya dahulu.
Terlihat seorang Rachel yang tengah bersanding dengan ayahnya, yaitu, Bangsa Laksajaya. Kedua insan itu tengah menikmati pesta pernikahannya. Banyak tamu undangan yang berdatangan, banyak pula senyuman yang terpancar. Tidak luput pula senyuman dari orang tua Fana. Mereka terlihat sangat bahagia. Fana yang melihat pun juga merasa senang, meski dia masih bingung dengan apa yang terjadi.
Setelah itu, tiba-tiba lingkarang tersebut muncul kembali. Kini membawanya ke dimensi waktu yang berbeda. Karena sekarang, dia tengah berada di sebuah rumah sakit.
Dari kejauhan, dia mendengar suara tangisan bayi yang begitu kencang. Perlahan, kakinya pun melangkah mendekati suara tersebut. Hingga sampailah dia berada dimana Rachel tengah menyusui seorang bayi. Benar, bayi itu adalah Fana.
Terlihat dengan jelas lekukan wajah yang penuh kebahagiaan. Entah itu Bangsa, ataupun Rachel. Mereka sama-sama antusias menyambut serta menggendong bayi tersebut. Tidak lupa pula, sang nenek yang terus menemani bayi itu yang kini menjadi cucunya.
Melihat kebahagiaan tersebut, lingkaran yang tadi membawanya pergi, kini datang kembali. Sekarang, dia dibawa tepat dimana dia berulang tahun yang ke tujuh. Sama seperti sebelumnya, senyuman selalu menyertai mereka. Terlihat nampak dengan jelas bahwa keluarga yang mereka bangun adalah keluarga yang sangat harmonis. Tidak ada drama, tidak ada luka, tidak ada duka. Karena sekarang, yang ada hanyalah kasih sayang dan cinta.
Masa demi masa telah dia jumpai. Kini, lingkaran tersebut kembali menariknya menuju masa lanjut. Netra Fana melihat perut Rachel tengah membesar. Sementara Fana sedang berada di dalam kamar sedang belajar dengan pintu yang terbuka.
Rachel berada di ruang tamu menunggu sang suami pulang. Tapi entah kenapa, sudah larut malam suaminya tidak kunjung pulang. Terlihat dari raut wajah Rachel sekarang, bahwa ada rasa kekhawatiran pada sang suami. Mengingat dirinya yang hamil besar, pasti juga membutuhkan sosok suami untuk siaga ketika dirinya hendak melahirkan secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ON AIR 1
Kinh dịKehilangan bukan hal yang asing dalam hidup manusia. Ia bisa datang kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja. Karena yang hadir akan pergi, dan yang ada akan hilang. Semuanya. Perempuan bernama Fana Laksajaya yang bekerja sebagai penyiar radio...