HALAMAN 14

2 2 0
                                    

Di malam hari, disaat mereka tengah sibuk dengan ponselnya masing-masing. Tiba-tiba tanpa sengaja Fana mendapatkan kabar terbaru tentang Bu Sasha. Dia membaca kabar singkat tersebut dengan terkejut.

"Anjir. Bu Sasha katanya masuk rumah sakit jiwa!" seru Fana usai membaca kabar tersebut yang dikirim melalui aplikasi Whatsapp dari teman yang masih kerja di sana.

Mendengar hal itu, Rara membulatkan kedua matanya. Ternyata bukan hanya Fana saja yang terkejut, tetapi reaksi Rara sekarang hampir sama dengan reaksi Fana tadi. "Serius? Kok bisa? Anjir. Masa sih? Gak yakin gue. Padahal waktu itu fine-fine aja deh," sahut Rara melontarkan banyak pertanyaan. Dia merasa tidak yakin dengan kebenaran berita tersebut. Bagaimana tidak? Tempo lalu dia mengirim surat pengunduran diri pada Sasha, tetapi sekarang dia mendapat kabar yang sungguh di luar dugaan.

"Kata Raka, belakangan ini tingkah Bu Sasha emang aneh. Gongnya tuh pas dia ketawa sendiri di kantornya. Padahal di situ posisinya dia gak pegang apapun. Handphone lagi gak dia pegang, laptop juga lagi mati. Bukan cuma ketawa doang, tapi nangis juga katanya." Fana menjelaskan apa yang telah dijelaskan mengenai keadaan Bu Sasha dari temannya, Raka.

"Mereka yang liat tuh dikiranya Bu Sasha kesurupan. Akhirnya manggil Ustaz Ledan tuh. Udah dibacain doa-doa juga tetep gak sadar. Pada bingung kan tuh anak studio, manahan Bu Sasha tinggal sendiri. Akhirnya si Rossa nyuruh buat dibawa ke rumah sakit," lanjut Fana bercerita sesuai dengan apa yang dia lihat di ponselnya.

"Keadaan jadi keos tuh. Apalagi rumah sakit, pasti mereka pada bingung pas pada dateng bawa Bu Sasha ketawa sambil sedih gitu. Gak lama ditanganin, Bu Sasha dibawa rujuk ke RSJ. Di situ langsung pada kaget katanya. Yaudah, karna gak mau lama-lama mereka bawa tuh si Sasha. Dan bener aja, pas diperiksa katanya dia kena gangguan jiwa," katanya.

Cerita yang baru saja diucapkan Fana membuat Rara masih menyimpan rasa penasarannya. Apa yang membuat seorang Sasha yang dikenal akan kekayaan dan kepelitannya itu menjadi gila seperti sekarang. "Sumpah, gue beneran kaget banget. Maksud gue, selama ini kita tau kalau Bu Sasha tuh punya duit banyak walaupun pelit. Tapi, mungkin karna pelit itu dia jadinya kaya raya. Tapi sekarang, anjir beneran gak abis thinking gue. Apa jangan-jangan jadi begitu karna jauh dari keluarga kali, ya? Selama ini, 'kan dia tinggal sendiri. Jadi, kayak gak ada tempat dia buat cerita gitu." Rara dengan segala asumsinya mengenai penyebab kegilaan itu terjadi pada Sasha.

Fana menaik turunkan kedua bahunya. "Ya ... mungkin aja sih. Tapi, ada keluarga pun kalau keluarganya juga cuek tetep aja masalah yang dipunya bakal dipendem sendiri. Apalagi kalau keluarganya kayak gue, ancur lebur banget udah kayak bubur dikecapin abis itu tumpah ke lantai sama mangkok beling. Mampus gak lo," balasnya dengan sedikit keluhan mengenai keluarga yang dia anggap sebagai bubur tumpah.

Perempuan di samping Fana itu tertawa. "Berlebihan lo. Lagian kita juga gak tau apa masalah yang dihadapin sama Bu Sasha. Jujur ya, semenjak gue kenal sama dia tuh, gue pernah dibisikin sama dia kayak gini, kalau kamu ingin apa yang kamu inginkan itu terwujud, nomor telepon saya akan selalu ada buat kamu," ungkap Rara yang pernah dibisiki oleh Sasha seperti itu.

Seketika Fana terdiam, dia mengingat ucapan yang pernah Sasha ucapkan padanya kala itu. Persis dengan apa yang sekarang Rara ceritakan. "Di situ gue ngerasa kayak ada sesuatu yang aneh, tapi ya ... gue biarin aja sih. Sebatas yaudah aja gitu," lanjut Rara bercerita.

Melihat Fana yang tiba-tiba saja berdiam seperti itu, dengan sigap tangan Rara menggoyangkan tubuh Fana. "Heh! Kok lo diem? Lo gak dengerin cerita gue, ya?" tanya Rara dengan kesal sebab dia merasa bahwa sahabatnya itu tidak mendengarkan cerita yang baru saja dia ceritakan.

"A-ah, gak anjir. Gue denger cerita lo kok. Cuma gue kepikiran aja sih, kok bisa orang sekaya Bu Sasha punya masalah. Bukannya banyak orang yang bilang bahwa uang itu sumber kebahagiaan? Tapi kenapa banyak orang kaya yang gak bahagia? Dunia tuh lucu, ya. Maksud gue, definisi kebahagiaan aja bisa serumit ini. Kalau misal ditanya apa lo bahagia? Mungkin lo bisa jawab iya, tapi hati lo bisa aja bilang gak. Jujur, makin lama gue makin muak hidup di dunia. Rasanya pengen banget ada UFO turun terus bawa gue ke planet lain. Dibanding harus terus-terusan bersosialisasi sama makhluk bumi yang gak tau diri, mending sekalian sama alien yang jelas-jelas gue gak tau apa sebenernya mereka itu," ucap Fana bergumam sebal.

Dia merasa bahwa hidup di dunia adalah satu hal yang rumit. Dia tidak bisa merasakan kebahagiaan, tapi tidak juga merasakan kesedihan. Semenjak dia pergi dari rumah, ada rasa lega tetapi datar. Hidup beneran terasa biasa saja dan tidak ada tantangannya. Namun bukan berarti dia menginginkan ada masalah dalam hidupnya, hanya saja itu yang sedang dia rasakan sekarang.

"Dibawa simpel aja. Yang punya masalah, 'kan bukan lo. Lagian, lo sendiri juga gak tau, 'kan? Kemana keluarga gue sekarang," kata Rara dibarengi dengan pertanyaan.

Hal itu membuat Fana terbingung. "Maksud lo? Bukannya lo bilang mereka ada liburan? Makanya sekarang lo sendiri di sini," jawabnya. Namun, jawaban tersebut rupanya tidak gubris sama sekali oleh Rara. Sebab, Rara sekarang lebih memilih untuk pergi keluar kamar meninggalkan Fana di dalam daripada dia membalas jawaban tersebut yang baginya tidak sesuai dengan fakta.

"Ra! Mau kemana lo? Bener, 'kan? Kalau keluarga lo sekarang lagi liburan." Sekali lagi Fana berusaha mendapatkan kepastian dari jawabannya tersebut.

"Udahlah, gue mau ke kamar mandi," ucap Rara yang berada di ambang pintu kamar. Melihat kejadian tersebut membuat Fana merasa kesal. Bagaimana tidak? Rasanya dia sangat digantung oleh rasa penasaran yang dia miliki sekarang. Dengan mudahnya Rara pergi begitu saja.

Kemudian, Rara berjalan dengan santai ke arah kamar mandi melewati ruang tamu. Di ruang tamu tersebut, sejenak Rara berhenti. Kepalanya menoleh ke arah dimana foto keluarga itu berada. Secara perlahan mata yang menatap foto tersebut rupanya menghasilkan senyuman smirk dari bibirnya. Dan lama-kelamaan, senyuman tersebut berubah menjadi tawaan yang menyeramkan.

"Hidup itu sederhana. Terkadang manusianya yang memaksa untuk hidup dengan sempurna dan dengan dengan apa yang diinginkannya."
ON AIR 1

___________________

#BERSAMBUNG
#ONAIR1

20 Juli 2024, Polin.

ON AIR 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang