3. The Hunter

1.1K 150 79
                                        

Mandi, ganti baju, lalu scrolling daftar kontak di ponselnya untuk mencari kencan malam ini. Itulah yang dilakukan Sev setelah membunuh seseorang.

Ass Too Small

Ass Too Big

Big Eyes

Big Butt

Blonde Big Boobs.

Hm... Blonde Big Boobs.

Kalau tidak salah itu adalah wanita yang ditemuinya di club seminggu yang lalu. Sev mungkin tidak ingat nama wanita itu tapi ia ingat dadanya yang besar. Dan untuk udara malam ini yang dingin, dada besar adalah yang dibutuhkannya.

Sev mengirimkan pesan singkatnya ke wanita itu.

Sev: [Hei, baby. Kebetulan aku ada waktu senggang malam ini. Temani aku makan malam?]

Sev sudah hampir meletakkan ponselnya untuk mengenakan sepatu ketika ponselnya berdenting.

Blonde Big Boobs: [OMG, YES! Tentu saja, Sev. Aku sebenarnya sedang dalam perjalanan ke toko buku baru yang ada di Grand Avenue untuk mencari kado. Ugh, keponakanku yang bodoh berulah tahun besok dan ia ingin aku membelikannya buku novel. Tapi aku bisa putar balik. Jam berapa kau akan menjemputku?]

Sev: [That's ok. Grand Avenue penuh dengan deretan restoran. Aku bisa bertemu denganmu di toko buku itu. Apa namanya?]

Blonde Big Boobs: [The Last Bookstore.]

Sev: [Great! Cu there, baby. 😉]

Sev memasukkan ponselnya ke saku dan memasang sepatu

Jam masih menunjukkan pukul 6:30 malam, tapi langit sudah terlihat seperti sudah pukul 10 malam.

Untung ia tinggal di tengah kota. Tidak perlu pergi terlalu jauh untuk mencapai lokasi yang ditujunya.

Sev membelokkan mobilnya ke Grand Avenue dan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Setelah mematikan mesin, ia pun keluar dari Aston Martinnya dan berjalan menuju deretan pertokoan untuk mencari toko buku yang disebutkan oleh Blonde Big Boobs.

Zade pernah bertanya mengapa ia menamai wanita-wanita di ponselnya dengan sebutan dan bukannya nama. Sev mengatakan ia melakukannya untuk melindungi identitas wanita-wanta itu jika sampai sesuatu terjadi padanya, tapi jujur, ia sebenarnya melakukannya karena ia tidak peduli untuk mengingat nama-nama wanita itu. Untuk apa? Masih banyak ikan di luar sana untuk dicicipi.

Sev memasukkan tangannya ke saku dan berjalan menyusuri trotoar sambil bersiul menyenandungkan nada tidak jelas yang kebetulan muncul dalam kepala. Di antara deretan toko yang dilewatinya, Sev akhirnya melihat yang dicari.

Lampu neonnya yang menyala membayang ke trotoar dan mengundang orang untuk masuk ke dalam. Bertuliskan The Last Bookstone, Sev tahu ia sampai di tempat yang dituju.

Sementara mendekat, Sev menolehkan kepalanya melewati kaca jendelanya yang bening.

Ia sebenarnya hanya berniat untuk melirik sekilas sebelum menghubungi Blonde Big Boobs dan meminta wanita itu agar keluar. Ia tidak berniat untuk masuk ke dalam. Ia tidak peduli akan buku. Sejak kecil ia menemukan buku terlalu membosankan.

Zade mungkin adalah murid idaman, tapi bukan Sev. Itu jugalah alasan mengapa nilainya di sekolah selalu buruk dan guru-guru membencinya.

Sev sudah hendak mengeluarkan ponselnya dari saku untuk menghubungi Blonde Big Boobs ketika matanya menangkap sosok seorang wanita yang sedang berdiri di depan rak buku.

Savage [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang