9. The Dead

818 138 33
                                        

Sev turun dari mobil dan menghabiskan sisa rokok di tangan sambil mengamati rumah yang ada di depannya.

Tidak banyak yang berubah dari rumah masa kecilnya. Pintu merah dengan handle berwarna keemasan. Cat berwarna putih dengan pot bunga tersusun rapi di bagian depan. Sev bahkan bisa membayangkan bagian dalam rumahnya tanpa ia perlu masuk. Lantai hitam dan putih di dapur, tangga berlapis kayu dengan lampu chandelier panjang yang indah. Meja makan di dekat dapur di mana ayahnya biasa duduk untuk membaca koran dan minum kopi di pagi hari.

Setelah isapan terakhir, Sev membuang putung rokok yang ada di tangannya ke trotoar sebelum membungkuk ke dalam mobil dan meraih buket bunga tulip yang barusan dibelinya.

Sev memang jarang berkunjung ke rumah ibunya. Alasannya sederhana. Ia selalu merasa layaknya sebuah kekecewaan setiap melangkahkan kakinya ke rumah itu.

Sev mendorong pintu pagar dan berjalan melintasi halaman rumahnya yang tertata rapi.

Tukang kebun ibunya menyapa ketika melihatnya.

"Selamat pagi, Tuan Muda Black," pria tua itu memanggil sambil tersenyum.

Tuan Muda Black. Sev selalu tertawa mendengar sapaan pria itu untuknya.

"Hai, George," Sev menyapa balik. "Bagaimana kabarmu?"

"Seperti biasa, Tuan Muda Black. Sedih karena musim panas sudah berakhir."

"Ah... sama, George. Begitu juga denganku."

Sev melambai sebelum menarik gagang pintu rumahnya dan melangkah masuk.

Ibunya yang sedang ada di dapur langsung melongokkan kepalanya ketika mendengar pintu depan ditutup.

"My Baby!" wanita itu menyapa.

"Hei, mom," Sev menyapa balik, mencoba menahan suaranya agar tidak menunjukkan perasaannya.

"Aku sedang membuat sarapan untukmu. Blueberry pancake kesukaanmu. Duduklah dengan ayahmu sebelum kau berangkat sekolah, hm?"

Suara ceria wanita itu mengeratkan cengkeraman di tenggorokan Sev.

Alzheimer. Itulah yang dikatakan oleh dokter yang merawat ibunya. Mereka mengatakan rokok, alkohol, depresi, dan bertahun-tahun kecanduan obat penenang sebagai penyebabnya. Di hari baik, ibunya akan terlihat normal dan semua berjalan seperti biasa, tapi di hari ketika episode menyerang, seperti pagi ini, ibunya akan bertingkah seakan suaminya masih hidup.

"Tuan Black. Lama tidak melihatmu berkunjung."

Sapaan lain mengalihkan perhatian Sev.

"Hei, Annie," Sev menyapa sambil memberi wanita setengah baya itu sebuah pelukan. "Hari ini hari yang buruk, huh?"

Annie melepaskan pelukannya dan memundurkan tubuhnya.

"Sayangnya, ya, tuan Black," wanita itu berkata sambil menghela napas. "Tapi ia akan senang kau berkunjung."

Annie adalah wanita yang merawat ibunya. Seorang wanita berbadan pendek dan gemuk dengan wajah bulat yang ceria. 

Annie dulu bekerja di keluarganya sebagai baby sitter ketika ia dan Zade masih kecil. Bisa dibilang, wanita itu tidak pernah sungkan mengingatkannya –dan Zade— bahwa ia sering mengelap pantat mereka ketika kecil.

"Well, aku bawakan ibu tulip," Sev berkata sambil menyerahkan bunga di tangannya ke arah Annie.

Wanita itu meraih buket dari Sev dan tersenyum.

"Aku akan meletakkannya di kamar ibumu. Duduklah. Ia sedang membuat blueberry pancake."

Kepala ibunya menyembul lagi dari dinding dapur.

Savage [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang