Evie bisa merasakan tangan-tangan kasar itu menariknya ke arah mobil. Ia mencoba menjerit, tapi tangan yang membekap dari belakang menahan teriakannya menjadi gumaman tidak jelas. Belum lagi jambakan di rambut yang terasa ingin menarik kulit kepalanya hingga lepas. Panik dan rasa tidak berdaya mulai membuat wajah Evie panas dan matanya berair.
Evie memejamkan mata untuk menahan buliran air matanya agar tidak jatuh.
Padahal hari ini seharusnya menjadi hari bahagia. Hari ini adalah ulang tahunnya, hari kebebasannya. Tapi seperti biasa, kenyataaan sekali lagi menghantam dan menyeretnya ke bawah. Semua ini mengingatkan Evie bahwa ia hanyalah mangsa dan orang-orang ini adalah predator. Dan sekali lagi ia menemukan dirinya kembali tenggelam ke dalam kegelapan.
Evie bisa merasakan dunianya tergelincir ke lubang gelap yang dalam ketika tiba-tiba, ia mendengar suara pukulan benda tumpul di sekitarnya, yang disusul oleh suara teriakan kesakitan dan lepasnya tangan-tangan yang mencengkeram.
Evie membuka mata, dan sebelum otaknya memproses apa yang terjadi, Evie melihat...
Pria itu! Sev!
Berdiri memunggunginya dengan tongkat bisbol di tangan, tubuh Sev terlihat kaku dan tegang, penuh oleh kemarahan. Gabe dan yang lain, sementara itu, bergulingan di aspal sambil mengerang dan memegangi bagian tubuh seakan habis kena hantam.
What? Apa yang barusan terjadi?
Pria itu menyeringai sebelum membuka suara.
"Kuberi kalian waktu lima detik untuk bangun dan pergi dari sini," suara itu menggeram rendah. "Atau aku akan mulai menggunakan sesuatu yang lebih mematikan dari tongkat bisbol. Satu...," Sev mulai menghitung.
Gabe dan yang lain menatap pria itu dengan pandangan penuh keraguan. Evie bisa melihat keempatnya sedang mempertimbangkan peluang mereka untuk menang. Connor terlihat hendak membalas sebelum tiba-tiba membelalak dan membisikkan sesuatu ke arah yang lain yang akhirnya membuat keempatnya terlihat pucat.
"Dua..."
Apapun yang diucapkan oleh Connor sepertinya sangat mengerikan hingga membuat keempatnya langsung berubah menjadi seperti anak kecil yang ketahuan orang tuanya mencuri sesuatu.
"Tiga...."
Sebelum Sev selesai dengan hitungannya, keempatnya memaksakan tubuh mereka berdiri dan berlarian pontang panting masuk ke dalam mobil.
Evie mendengar Sev tertawa kasar sebelum menggumam di bawah napasnya yang rendah, "Fucking pussies."
Pria itu membalik dan Evie bisa melihat seringaian mengerikan itu sepersekian detik sebelum berubah menjadi senyuman berlesung pipi yang dikenalinya ketika pertama bertemu dengan pria itu di toko buku.
"Apakah kau tidak apa-apa?" Sev bertanya dengan suara yang terdengar khawatir.
Evie berdiri tidak bergerak di bawah pandangan mata hijau itu. Jantungnya masih berdebar dengan keras, tapi karena alasan yang berbeda dari sebelumnya. Kehadiran Sev yang muncul tiba-tiba bukan hanya mengejutkannya tapi juga membuat wajahnya terasa panas.
Di toko buku, ia hanya mengamati wajah pria itu sambil lalu. Bahkan ketika itu Evie mengira pria itu adalah pria paling tampan yang pernah dilihatnya.
Namun, sekarang di bawah sinar matahari yang terang, Evie akhirnya bisa melihat betapa menghancurkannya ketampanan pria itu.
Mata hijau itu terlihat berkilauan layaknya emerald di bawah terik matahari. Dan rambut hitam dibelah tengah yang membuat Evie ingin menyisirkan jarinya melintas. Ditambah hidung mancung dan rahang kokoh yang bisa menjadikan pria itu sebagai model runway, untuk kedua kalinya Evie menemukan dirinya membeku di depan pesona pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage [TAMAT]
RomanceBuku ke 3 dari serian Black|| Mafia Story|| Dewasa, sadis, 18+|| Savage 'Sev' Black. Termuda dari ketiga Black bersaudara, semua mengatakan bahwa Sev adalah yang paling tidak terkontrol dari ketiganya. Paling impulsif, paling sulit ditebak, dan be...