Haechan membelalakkan matanya, tangannya yang sedang menyuap sarapannya terhenti begitu saja di udara, dia terperangah,
"Apa?"
"Itu Jeno..." Mamanya masih memasang ekspresi takjub yang sama, "Dia menelepon sendiri tadi dan..." lalu mamanya seolah tersadar, "Cepat Haechan, selesaikan sarapanmu, kita berangkat sekarang."
Lalu tanpa menunggunya, mamanya bangkit dari kursi, merapikan riasannya, meraih tas dan kunci mobil. Setelah sampai di pintu, mamanya menoleh dan mengernyit melihat Haechan yang masih bengong melihat tingkah sang mama.
"Kenapa kau masih di situ Haechan? Ayo cepat kita berangkat."
Haechan hanya mengangkat bahu, meletakkan makanannya dan meneguk susu cokelat di depannya. Matanya melirik sayang kepada sarapannya itu...
yah padahal masih banyak. gumamnya dalam hati, mengutuk Jeno yang menelepon pagi-pagi.
Tetapi baru kali ini mamanya bersikap terburu-buru dan panik seperti itu. Sepertinya terpilihnya Haechan menjadi murid khusus Jeno benar-benar berarti baginya. Tiba-tiba saja Haechan teringat akan papanya, papanya adalah pemain biola, mungkin jauh di dalam hatinya, sang mama ingin agar Haechan mengikuti jejak ayahnya.
***
Mereka sampai di halaman parkiran akademi musik itu, setelah sang mama memarkir mobil di area khusus pengajar, dia berjalan bersama Haechan melalui koridor, menuju ruangan direktur tempat janji temu mereka.
"Ini kesempatan besar, Haechan, dan mama tidak mau kau menyia-nyiakannya. Jeno tidak pernah mengambil murid khusus sebelumnya, jadi kau adalah pertama dan yang terbaik."
Haechan cuma mangut-mangut, meskipun dalam benaknya dia kebingungan. Kenapa Jeno memilihnya?
Sekarang hal itu baru terpikir olehnya, bukankah di audisi kemarin banyak sekali anak-anak dengan teknik dan kemampuan yang lebih tinggi darinya? Apa yang istimewa dari Haechan yang hanya memiliki kemampuan musik standar?
Dan juga, Mark pasti akan terkejut dengan berita ini..... ah Mark! Tiba-tiba saja Haechan merasa bersalah. harusnya Mark yang mendapatkan kesempatan ini. Kemampuan teknik bermain biola Mark tentu saja ada di atas Haechan, dan juga hasrat Mark bermain biola lebih besar darinya, juga kekaguman Mark terhadap Jeno.
Haechan menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa melakukan ini kepada Mark. Lelaki itu begitu baik hati, dan begitu mendengar kabar ini dia pasti akan menyalami Haechan dan mengucapkan selamat. tetapi Haechan tahu Mark pasti menyimpan kekecewaan yang disembunyikan.
"Aku tidak bisa menerimanya, mama." Haechan bergumam keras, berusaha menarik perhatian mamanya yang berjalan terburu-buru di depannya.
Langkah mamanya terhenti, pria asal Thailand itu menoleh dan menatap Haechan terkejut,
"Apa? Apa maksud perkataanmu itu?"
Haechan menggelengkan kepalanya sekali lagi, "Entah apa pertimbangan Jeno memintaku menjadi murid khususnya, tetapi aku tidak bisa menerimanya mama, karena ini tidak adil terhadap mereka yang mempunyai hasrat bermain biola yang lebih murni dariku... aku... aku..."
"Kau memikirkan Mark?" sang mama mengangkat alisnya, "Dia pasti akan mengerti, dia pemuda yang baik dan berjiwa besar, jadi dia akan mendukungmu dan ikut senang denganmu. Jangan sampai itu menghalangimu untuk maju, Chan." Mamanya menggandeng Haechan lalu mengajaknya berjalan lebih cepat menuju ruangan itu.
Mereka sampai di depan pintu ruang temu, dan mama Haechan mengetuknya,. dalam sekejap pintu terbuka dan Mr. Kim yang membukakan pintu.
"Silahkan masuk." Lelaki itu membuka pintunya lebar, mempersilahkan Mama Haechan dan Haechan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of Life [ Nohyuck ]
FanfictionJeno tidak pernah mempercayai perempuan maupun submisif. Baginya mereka itu racun, sama seperti ibunya yang jahat dan hanya mengejar harta. Baginya cinta tidak pernah ada. Cinta hanyalah untuk pasangan lain, karena dia selalu menutup hatinya. Samp...