[12]

891 159 18
                                    

"Haechan?"

Suara itu terdengar samar-samar dan lembut, membangunkan Haechan dari kegelapan yang melingkupinya. Dia membuka matanya pelan-pelan, merasa silau oleh cahaya putih lampu yang langsung menerpa matanya.

"Sayang? Haechan? kau sudah sadar nak?"

Itu suara mamanya. Mamanya sedang duduk di tepi ranjang, wajahnya pucat pasi, tampak begitu cemas. Haechan bingung, dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.

Apakah dia ada di rumah sakit?

Haechan mencoba bergerak, tetapi rasa nyeri yang menyengat langsung terasa di kakinya.

"Jangan bergerak dulu sayang, kakimu terkilir..." mamanya bergumam lembut, mendorong Haechan untuk terbaring kembali.

Haechan mengernyitkan keningnya, berusaha meredakan rasa nyeri yang menyakitkan itu, kemudian dia teringat— darah itu... darah dari tangan Jeno!

"Jeno!" Haechan kali ini langsung terduduk panik, tidak mempedulikan rasa sakit di kakinya yang terasa semakin parah.

Pada saat yang sama pintu kamarnya terbuka dan Mark masuk, wajahnya tampak muram. Haechan langsung menatap Mark dengan penuh harap.

"Mark? Apakah kau tahu kondisi Jeno? bagaimana keadaannya? dia menyelamatkanku dari penjahat itu dan aku lihat tangannya terluka, bagaimana kondisi Jeno?"

Mark terdiam, melempar pandang ke arah mama Haechan yang membalas tatapannya dengan bingung, pada akhirnya Mark kembali menatap Haechan.

"Kami masih belum tahu Chan, yang kami tahu, Jeno terluka parah di tangannya."

Wajah Haechan memucat, "Apakah... apakah dia bisa bermain biola lagi?"

Kesedihan langsung menggurat di wajah Mark, lelaki itu tidak perlu berkata apapun, mereka semua pasti punya pikiran yang sama. Ya. Seorang pemain biola yang handal membutuhkan tangan yang sempurna, terutama tangan utama untuk menggesek biola dan memetiknya.

Kalau Jeno tidak bisa bermain biola lagi, maka Haechan akan menjadi orang yang paling bersalah di dunia ini.

***

Jeno menatap tangannya yang dibalut perban, merenung sendirian di kamar.

Dia tahu bahwa Haechan tidak sadarkan diri setelah insiden itu, dan kemudian dirawat di kamar sebelahnya. Dari salah satu perawat, dia tahu bahwa Haechan belum bisa berjalan karena kakinya terkilir. Insiden ini sungguh tidak disangkanya akan terjadi malam ini, malam dimana dia akan berduet sekaligus memperkenalkan Haechan secara resmi sebagai murid khusus bimbingannya.

Dan dari seluruh bagian tubuhnya yang bisa terluka, kenapa dia terluka di bagian tangan? Tangan yang paling vital untuk bermain biola pula.

Seorang dokter memasuki ruangan, kebetulan Jeno mengenalnya karena dokter itu adalah dokter keluarganya, Jeno sedikit menganggukkan kepalanya, menatap dokter itu dengan tatapan tajam penuh arti.

"Dokter. Anda sudah setuju untuk melakukan apa yang saya minta."

***

Demi Haechan yang begitu cemas, Mark menemui dokter yang merawat Jeno, dia harus mendapatkan informasi tentang Jeno, kalau tidak Haechan akan selalu dilanda perasaan bingung tanpa tahu arah.

Kebetulan dia berpapasan dengan dokter itu, yang baru keluar dari kamar Jeno,

"Bagaimana kondisi Jeno, dokter?" Mark langsung mendekati dokter itu dan berjalan di sebelahnya.

Dokter itu menatap Mark dan mengenalinya sebagai teman Haechan, kebetulan Haechan juga berada di bawah pengawasannya.

"Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya."

Echoes of Life [ Nohyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang