Apapun..
Tiba-tiba saja Haechan merasa menyesal sudah menjanjikan sesuatu yang sepertinya bisa digunakan Jeno untuk memanfaatkannya. Tetapi sudah terlanjur, lagipula, melihat perban di tangan Jeno itu membuat Haechan merasa sangat bersalah. Tangan kanan merupakan tangan yang vital bagi seorang pemain biola, tangan itu berguna untuk memainkan busur penggesek biola, dan sangat penting dalam menciptakan suara. Tangan kanan bagi seorang pemain biola bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme, dinamik, artikulasi dan timbre, tetapi sekarang Jeno terluka di tangan kanannya, kata Mark, lelaki itu bahkan kesulitan menggerakkan jari-jarinya.
Haechan menatap Jeno dengan tatapan was-was sementara mata lelaki itu tampak berkilat penuh rencana.
Apa yang ada di benak lelaki ini?
Tiba-tiba saja Jeno menatap Haechan tajam dan tersenyum mencurigakan, "Oke, sudah kuputuskan."
"Sudah diputuskan apa?" Haechan bertanya, penasaran dengan sikap Jeno yang penuh misteri.
Senyum Jeno melebar, "Kau akan menjadi pengganti tangan kananku, selama tangan kananku tidak bisa digunakan, sampai aku sembuh."
Mata Haechan membelalak, masih berharap kalau dia salah duga karena tidak menyangka bahwa lelaki itu akan meminta hal yang begitu konyol dan egois kepadanya.
"Menjadi pengganti tangan kananmu? apa maksudmu?"
Jeno memasang wajah datar yang menjengkelkan, "Karena kau aku jadi invalid, aku tidak bisa menggunakan tangan kananku, bukan hanya untuk bermain biola tetapi juga kegiatan-kegiatan lainnya, seperti menulis, menyuapkan makanan, menyisir rambutku." Lelaki itu tampak geli sendiri dengan kata-katanya, tetapi matanya bersinar menantang ketika menatap Haechan, "Apalagi setelah operasi lusa, aku akan semakin tak bisa menggerakkan tanganku karena masih dalam proses penyembuhan. Jadi Kau bertugas menggantikan tangan kananku."
Mata Haechan melirik dirinya sendiri yang memakai kruk dengan kaki dibebat, "Aku sendiri terluka di bagian kaki dan membutuhkan orang lain untuk menopangku, aku tidak bisa menjadi tangan kananmu." gumamnya jengkel.
Jeno memasang wajah datar, "Kalau begitu biarkan aku menjadi kakimu, aku akan menopangmu." gumamnya tak peduli, lalu melemparkan tatapan menuduh kepada Haechan, "Kau bilang kau mau melakukan 'apapun' untukku."
Haechan terdiam, teringat janjinya lagi, lalu memandang Jeno lama, kemudian menghela napas panjang. Ya ampun, sepertinya dia terperangkap dalam jebakan Jeno yang licik.
💗💗💗
"Kenapa?" Mark duduk di pinggir ranjang, menatap Haechan lembut, pemuda itu tadi memaksa untuk menengok Jeno di kamarnya, tetapi setelah kembali wajah Haechan bukannya lega, malahan lebih kusut dari biasanya.
Haechan menatap Mark dan mencoba tersenyum.
"Tidak apa-apa." sebaiknya Mark tidak tahu kalau Haechan sudah bersedia menjadi pengganti tangan kanan Jeno. Lelaki itu pasti akan marah dan merasa bahwa Jeno memanfaatkan Haechan.
Tetapi tentu saja Mark tidak mau menyerah, "Dia marah padamu ya?"
Haechan meringis, mungkin lebih baik kalau Jeno marah kepadanya, mungkin membentak, mencaci dan menyalahkannya. Tetapi tidak, Jeno begitu dingin dan penuh perhitungan sehingga Haechan tidak bisa menebak apa yang ada di dalam kepalanya. Lelaki itu tampak misterius dan Haechan tiba-tiba merasa takut dan tidak nyaman, karena dia tidak bisa mengetahui apa rencana Jeno selanjutnya.
Haechan menggelengkan kepalanya, mengetahui bahwa Mark masih menantikan jawabannya.
"Tidak, dia tidak marah kepadaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of Life [ Nohyuck ]
FanfictionJeno tidak pernah mempercayai perempuan maupun submisif. Baginya mereka itu racun, sama seperti ibunya yang jahat dan hanya mengejar harta. Baginya cinta tidak pernah ada. Cinta hanyalah untuk pasangan lain, karena dia selalu menutup hatinya. Samp...