"Kelas Jeno akan dimulai lusa." Mark yang datang pagi-pagi ke rumah Haechan untuk menumpang sarapan —seperti yang biasa dilakukannya hampir setiap hari - menatap Haechan dengan pandangan penuh ingin tahu, "Jadi kau belum berubah pikiran tentang tawaran Jeno?"
Haechan menelan susu cokelatnya dengan susah payah ketika topik itu diangkat. Sebenarnya, semalaman dia memikirkan keputusannya, dan kemudian bertanya-tanya dalam hati, apakah dia telah bertindak terlalu dangkal dan bodoh? Apakah sebetulnya Mark benar-benar tidak apa-apa kalau Haechan mengambil kesempatan yang ditawarkan Jeno kepadanya itu?
Mark sendiri tampaknya tidak memperhatikan pikiran yang berkecamuk di benak Haechan, dia sibuk mengunyah wafel enak buatan mama Haechan, dan kemudian lelaki itu seolah teringat sesuatu, dan mendongakkan kepalanya,
"Biasanya sebelum kelas Jeno akan ada pesta perayaan, sejenis pesta dansa dan diadakan di akademi dengan mengundang semua murid, sekaligus sebagai pesta tutup tahun. Para guru akan datang, dan orang-orang penting di dunia musik akan datang."
"Oh ya, pesta itu." Haechan tahu tentang pesta itu, biasanya dihadiri oleh para murid senior, guru dan orang-orang penting di bidang musik. Pesta itu juga menjadi ajang pertemuan antara para siswa yang sedang menapaki karier di bidang musik dengan orang-orang penting yang telah lebih dahulu menanjak. Tetapi sampai sekarang, Haechan belum pernah sekalipun ikut ke pesta itu, selain karena dulu dia masih kelas yunior, mama Haechan melarang Haechan mengikuti pesta di malam hari ketika usianya masih tujuh belas tahun atau di bawahnya.
Tetapi sekarang Haechan sudah delapan belas tahun. Mamanya mungkin akan mengizinkannya mengikuti pesta itu.
Diam-diam Haechan melirik ke arah Mark, lelaki itu tampak tampan sekali dengan bibir tipis dan hidung mancung yang terpadu sempurna. Mungkin... mungkin kalau Mark menemaninya ke pesta itu, mamanya akan lebih setuju lagi untuk membiarkannya datang ke pesta itu.
Haechan langsung membayangkan, itu adalah pesta dansa. Jadi kalau dia datang berpasangan dengan Mark, ada kemungkinan dia akan berdansa dengan Mark, diiringi musik waltz yang romantis, dalam balutan busana yang seperti pangeran.... ya ampun... rasanya mimpi itu indah sekali.
"Maukah kau datang ke pesta itu bersamaku? setahuku pestanya akan diadakan besok malam." tiba-tiba Mark bergumam, membuat Haechan tertegun dengan mulut menganga, tidak percaya akan pendengarannya.
"Apa??"
Mark meneguk susu cokelatnya dengan santai, "Sebenarnya aku ada janji dengan Nana, tetapi dia akan datang dengan ayahnya, kau tahu ayahnya sangat menjaganya jadi tidak mengizinkannya datang ke pesta dengan orang lain, apalagi pestanya di malam hari... Ayahku juga sama, dia terus menerus menyuruhku melakukan riset tentang permainan biola setiap malam dan pasti akan melarangku mendatangi pesta, nah kupikir-pikir aku akan mengajakmu datang ke sana saja kita berangkat dari sini berbarengan, jadi. aku bisa beralasan bahwa aku mengantarmu untuk berkompromi dengan Jeno."
Perasaan Haechan yang melambung langsung merosot jatuh dengan kerasnya, benaknya terasa sakit dan beku, seperti diguyur oleh air es. Rasa sakit langsung menyeruak di dada Haechan, semua impiannya untuk berdansa bersama dengan Mark, melewatkan malam romantis dengan hubungan lebih dari kakak adik ataupun sahabat dekat langsung musnah begitu saja.
"Chanie?" Mark bertanya ketika Haechan hanya terpaku dan tidak memberikan tanggapan apa-apa, "Jadi bagaimana? Kau akan pergi denganku atau tidak? kau mau membantuku bukan Chan?" Mark melemparkan tatapan mata penuh permohonan, "Aku mohon, karena pertemuan dengan Nana amat sangat berarti untukku."
Haechan tergeragap, lalu dengan pedih menganggukkan kepalanya, "Tentu saja aku akan pergi denganmu, Mark."
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of Life [ Nohyuck ]
FanfictionJeno tidak pernah mempercayai perempuan maupun submisif. Baginya mereka itu racun, sama seperti ibunya yang jahat dan hanya mengejar harta. Baginya cinta tidak pernah ada. Cinta hanyalah untuk pasangan lain, karena dia selalu menutup hatinya. Samp...