2.

72 11 0
                                    

Happy reading!!!
Semoga suka dengan cerita ini♥️




Suasana pagi hari ini nampak sekali begitu cerah, kicauan burung kenari bernyanyi dengan begitu merdu. Cahaya masuk kedalam sela-sela jendela mampu membuat seorang pemuda yang tengah bergelut dengan selimut nya terbangun.

Manik indah nya terbuka secara perlahan dengan ekspresi bantalnya, kedua tangannya mengucek matanya. Melirik jam sekilas lantas beranjak dari tempat tidur nya.

Tak selang lama Tevin sudah rapi memandang pantulan dirinya dalam kaca full body.

"Di liat-liat gue ganteng juga ya?" Gumamnya tersenyum bangga.

"TEVIN ARKANAN! BANGUN!"

Terdengar suara teriakan yang begitu melengking berasal dari bawah. Mengambil tasnya lantas menghampiri ibunya yang tak pernah berhenti memanggilnya.

"TEVIN! YA AMPUN!"

Tepat sekali Tevin membuka pintu nya ibunya sudah berdiri di depan kamar seraya berkacak pinggang.

"Mama kira kamu belum bangun," ucap ibunya, Renata. Memandang Tevin di depannya seksama.

"Mama kira aku pemalas? Kan udah terbiasa aku bangun pagi," balas Tevin, kedua netranya melirik arlojinya sekilas.

"Bagus, ayo sarapan. Mama udah masak, oh ya? Mama mau bicara sama kamu, serius." Usai mengucapkan kata itu. Renata membalikkan tubuhnya meninggalkan Tevin yang terdiam di tempat.

Di dapur, Tevin memandang setiap detik Renata yang tengah menata berbagai makanan di atas meja.

"Makan yang banyak biar semangat sekolah nya," ujar Renata tengah meletakan nasi serta lauk pauk nya kedalam piring.

"Iya ma." Tevin mulai memasukan nasi kedalam mulut nya.

"Enak ya?" Renata mengamati Tevin seksama, senyuman Renata tak pernah luntur kala di depan Tevin. Senyuman itu mampu membuat Tevin merasa tenang dan senang.

Tevin mengangguk "masakan mama always enak." Renata tersenyum mendengar nya.

"Oh ya, mama mau ngomong apa sama aku?" Tanya Tevin.

Renata tersenyum tipis "nanti pulang sekolah kamu libur dulu  lesnya ya?"

Mengerutkan keningnya "tumben, kenapa ma?"

"Nanti kita jiarah ke makam papa," ucap Renata yang mampu membuat pergerakan Tevin terhenti. Melihat ekspresi Renata yang nampak sekali merindukan ayahnya Tevin hanya mampu mengangguk sebagai jawaban nya.

'mata mama gak pernah bohong' batinnya.

*****
Tevin tengah berjalan di koridor sekolah sesekali bertegur sapa dengan murid yang berlalu lalang. Senyuman nya tak pernah luntur, bilah bibirnya terbentuk senyuman yang begitu sempurna siapa saja yang melihatnya terpukau.

"Pagi kak Tevin," sapa salah satu dari mereka yang berlalu lalang. Tevin hanya tersenyum.

"WIDIH! KELIATAN BANGET LAGI SENENG!"

Hate Or Love? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang