6.

61 8 0
                                    

Sebelum baca vote dulu...

Happy reading





Tevin&Juna

"anjir! Ini buku dosa apa buku pelajaran sih?!"

Juna memandang buku tebal dari Tevin itu kesal, ia tak sanggup lagi membuka buku setebal dosanya itu. Penuh rumus dan sebagainya membuat Juna rasanya ingin muntah saja.

"Tu orang gak ngotak apa kalo ngasih tugas?" Gerutu Juna.

Kekesalan nya pun seakan sirna bersamaan dering telepon terdengar jelas, melirik layar ponsel nya tertanda nama teman laknat nya tertera jelas.

Mengangkat telepon dari teman nya.

"Hallo-"

"anjing! Lo kenapa kagak masuk cok?!"

Juna memejamkan matanya kala telinga nya merasa berdenging akibat suara yang nyaris melebihi toa mesjid masuk kedalam indra pendengaran nya.

"Bisa gak sih lo gausah teriak-teriak?!"

"ahh, akhirnya lo jawab. Kemana aja baru buka hp?"

"Kepo, kek wartawan aja lo sat."

"ini serius temen gue? Gak nyari masalah kan?"

"Maksud lo apa nyari masalah? Kek preman pasar aja."

"kenapa Lo kagak masuk cok?"

Juna terdiam memikirkan cara untuk mencari alasan.

"Kepo, bukan urusan lo."

"tapi lo kan-"

Tut

Sambungan telepon pun terputus dari sepihak. Juna memandang ponsel nya itu kesal.

"Punya temen kagak ada yang normal," gumam Juna, lantas alihannya kembali pada buku tebal di hadapannya. Memandang buku itu lamat-lamat.

"Apa yang harus gue pelajari lagi?"

Mau mengeluh seberapa banyak pun tak akan mengubah nasibnya dan takdirnya. Mungkin ini jalan yang benar untuk Juna agar pemuda itu lebih giat belajar, tak sekali-kali ia selalu di tegur saat kelas berjalan.

Paksaan serta aturan yang di beri oleh kedua orangtuanya membuat Juna begitu tertekan dan tak nyaman.

Dan, Juna membenci orang seperti itu, kekangan orang tuanya terkesan kasar dan memaksanya lebih baik di mata keduanya.

*****

Pagi harinya, Tevin sudah setia di perpustakaan dengan tatapan kentara fokus pada layar laptop yang nyaris setiap hari ia bawa.

Tangannya sesekali menulis sesuatu pada catatan hingga penuh dengan tulisan.

Kedatangan seseorang tiba-tiba berdiri di sela-sela rak-rak buku dengan tatapan tertuju pada sosok Tevin yang masih fokus dengan dunia nya.

"Ekhem."

Deheman seseorang mampu membuat Tevin mengalihkan pandangannya, terdapat Gara yang berdiri di sampingnya.

"Rajin amat bapak Tevin udah setia aja di perpus," ucap Gara lantas duduk di sampingnya.

Tevin melirik sekilas "emang nya lo? Pemalas," celetuk Tevin.

Gara terkekeh kecil "gue kagak pemalas, gue belajar sesuai mood aja," balas Gara.

Tevin memandang Gara sekilas tak lupa dengan tatapan maut yang di tunjukkan pada pemuda tampan di hadapannya ini.

Hate Or Love? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang