11.

50 7 0
                                    

Seperti biasa sebelum baca vote dulu ya gess🤗 Satu vote dari kalian itu sangat berarti 🫵

Happy reading!





Tevin&Juna

Sore itu, langit jingga yang terukir indah di atas sana. Kehadiran senja di sore hari membuat alam nampak indah dengan cahaya jingganya. Sinaran jingga begitu menyinari indah, bayang-bayang jendela serta pepohonan dan tumbuhan lain menambahkan kesan keindahan alam di sore hari.

Hanya satu tatap saja mampu menyejukkan hati.

Kini Tevin serta Juna tengah berada di toko buku yang setia buka 24 jam. Tevin yang di paksa oleh Juna untuk pergi dengan nya, padahal ia memiliki janji dengan Gara.

"Bang? Lo mau beli apa aja?" Tanya Juna mendekat.

Tevin tak mengalihkan perhatian nya, ia masih sibuk menimbang-nimbang apa yang harus ia beli. Sungguh Tevin bingung.

"Buku Pelajaran apa yang lo beli?"

"Sains sama ekobis."

Juna mengangguk mengerti lantas melanjutkan melihat-lihat isi rak buku. Tak ada cerita fiksi kah? disini nyaris semua buku pelajaran.

Sungguh memuakkan.

"Bang, ini Mata pelajaran Mulu, gak ada niatan beli novel kah?"

"Gak," ucap nya cepat.

"Monoton amat idup lo bang," nyinyir Juna, ia ikut membaca deskripsi buku paket dengan tak minat.

"Daripada lo, idupnya kelimpungan gak jelas," sahut Tevin tak mau kalah.

"Nyaut Mulu si kolot," gumam Juna pelan.

Tevin yang memiliki pendengaran tajam, terdengar sayup-sayup bahwa Juna tengah memakinya.

Satu buku paket cukup tebal melayang di atas kepalanya, Tevin memukul Juna menggunakan buku itu cukup keras.

Sorot Mata sinis itu memandang Juna jengkel.

"Lo pikir gue gak denger apa?" Murkanya.

Juna yang melihat raut wajah Tevin kentara marah tidak tau harus apa, apa Tevin mendengar gumaman nya? Waduh gawat! Bisa mati dia!

'mampus Lo Juna' batin Juna.

Juna berusaha mencari alasan agar tidak di makan hidup-hidup oleh Tevin yang tengah di ambang marah ini.

"Lama-lama gue bakar lo idup-idup tayii," geramnya kesal lantas hendak meninggalkan Juna namun cengkalan cukup erat itu mampu membuat pergerakannya terhenti.

"Bang, bukan kayak gitu, itu gue yang bilang buat diri gue sendiri bukan buat lo. Jadi gausah salah paham dulu lah bang," jelas Juna dengan Ekspresi melasnya.

Bahaya jika Tevin kembali marah lagi padanya, yang perkara bolos saja membuat pemuda itu marah apalagi ini hanya terkesan sepele namun tidak untuk Tevin, ia sensitif dengan omongan yang membuat nya tersinggung.

"Bang-"

"Alah, ngomong sama tembok sana." Elaknya, berusaha melepaskan cekalan tangan Juna. Naas, tenaga Juna lebih kuat darinya.

"Bang," panggil Juna dengan sorot mata serius.

Tevin membalas tatapan mata itu yang menatapnya intens dan mampu membuat dirinya cukup kikuk dengan tatapan bak elang itu. netranya seolah terkunci dari tatapan Juna. Ia tak bisa mengalihkan pandangannya.

"Serius, lo marah sama gue?" Juna melangkah mendekat, Tevin sontak melangkah mundur kala setiap langkah Juna semakin mendekat sampai punggung nya bertumpu dengan rak buku di belakang nya.

Hate Or Love? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang