(6-2)

485 115 13
                                    

WARNING ⚠️
- BL 🔞
- M-Preg
- Bahasa tidak baku
- Banyak typo
- Banyak Kata-kata kasar
- HOMOPHOBIC SKIP AJA








YANG KOMEN LANJUT SADAR DIRI AJA YA!!!

NGEVOTE KAGAK BISA-BISANYA KOMEN > LANJUT

PFFT

Oke karena Book II Chapter 5 udah 100 vote, lanjut update Chapter 6

Dan akan update minggu depan JIKA VOTE chapter (6-2) ini sudah 100 vote, kalau chapter (6-2) ini gak sampai 100 vote bakalan update sampai mencapai target thanks 🙏

...



Lanjut...

Detik demi detik hanya terlewati dengan keheningan, jam dalam ruangan Kiyoomi sudah menunjukkan pukul dua lewat tiga puluh menit.

Pekerjaannya yang bagaikan Gunung Fuji itu juga sudah hampir selesai, berterimakasih pada Atsumu yang tengah tidur dipangkuannya.

Moodnya yang jelek luar biasa sudah kembali membaik, pekerjaannya bisa selesai dengan cepat. Atsumu yang menyebabkan, Atsumu juga mengobati.

Kiyoomi menggesekkan pipinya di helaian poni kuning Atsumu, mencari kenyamanan. Gerakan Kiyoomi membuat Atsumu terbangun, matanya mengerjab pelan. Hal pertama yang ia lihat adalah leher putih suaminya, ia mengernyit heran. Ia ingin mendongak, tetapi ditahan oleh dagu putih itu.

"Kau terbangun"

"Emm, Omi-san?"

"Ssshhh... Tetaplah seperti ini!"

Tangan kanannya mengusap pinggang Atsumu lembut, memberi kenyamanan pada Atsumu. Err... bukannya merasa nyaman, sebenarnya Atsumu malah merasa aneh dengan perlakuan Kiyoomi.

Meski begitu, Atsumu tetap menurut. Ia membenarkan posisinya di pangkuan Kiyoomi agar lebih nyaman, dan balas memeluk pinggang kokoh suaminya.

Kiyoomi tidak mengalihkan perhatiannya dari dokumen terakhir yang harus ia periksa, ia membaca dengan seksama huruf-huruf kecil yang berderet-deret itu. Setelah yakin dokumennya sesuai harapan, ia menandatanganinya.

Baru saja ia menutup pulpennya, bunyi pintu terbuka keras yang diikuti suara melengking memecahkan keheningan. Jika saja yang dipangkunya itu bukan Atsumu, pasti ia sudah melemparnya kearah si pendobrak pintu.

"KIYOOMI-CHAAAAAAN~"

Atsumu yang kaget mengangkat kepalanya, keningnya berbenturan dengan dagu Kiyoomi. Kiyoomi mendesah lirih, Atsumu merintih kesakitan.

"Ssshhhh. Oii, Shitty-Kawa. Tidak usah berteriak. Bangsat!"

"A-auww, s-sakit~"

"Ehehehe. Gomen-gomen"

Kening Atsumu memerah. Tentu saja, dagunya saja masih nyut-nyutan. Ia yakin dagunya juga memerah saat ini. Ia mengusap lembut kening Atsumu dengan ibu jarinya.

"Kau tidak apa, Tsumu?"

"Un. Maaf, Omi-san. Aku tidak sengaja"

"Hm"

"Hoo... Kalian mesra sekali, aku jadi iri"

Suara khas pria paruh baya yang sedikit serak itu mengalihkan perhatiannya keduanya. Atsumu membelalak, Kiyoomi menatap datar.

"O-OTOU-SAN!"

"Sssshh. Jangan ikut berteriak, Bocah!"

"Ah, gomen"

Destiny [Sakuatsu II - On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang