(9-2)

416 112 3
                                    

WARNING ⚠️
- BL 🔞
- M-Preg
- Bahasa tidak baku
- Banyak typo
- Banyak Kata-kata kasar
- HOMOPHOBIC SKIP AJA






YANG KOMEN LANJUT SADAR DIRI AJA YA!!!

NGEVOTE KAGAK BISA-BISANYA KOMEN > LANJUT






PFFT






Oke karena Book II Chapter 8 udah 100 vote, lanjut update Chapter 9

Dan akan update minggu JIKA VOTE chapter (9-2) ini sudah 100 vote, kalau chapter (9-2) ini gak sampai 100 vote bakalan update sampai mencapai target thanks 🙏

...










"Uwaahhh... Indah sekali~. Omi-san, lihat ini. Bagaimana?"

Yang dipanggil menoleh tanpa minat, manik hitamnya mengarah ke benda-benda bulat beraneka warna yang sedang dipegang Atsumu. Ia hanya mengangguk acuh.

Atsumu merenggut kesal melihat tanggapan yang diberikan Kiyoomi, ia tidak puas dengan hanya jawaban anggukan ogah-ogahan itu. Atsumu itu butuh kepastian, lelah kalau di beri harapan palsu terus. Eh.

"Omi-san, dari tadi ditanya cuma ngangguk mulu. Aku kan tanya pendapat Omi-san"

"Sesukamu saja, Bocah. Terserah kau mau yang mana" Jawabnya datar

"Gezzz... Kalau Omi-san emang gak niat nemenin, kenapa tadi ngotot mau nemenin! Tau gini aku pergi dengan Kenma saja tadi" Bibir mungil itu mulai menggerutu sebal

"Aku niat, Bocah. Sudah cepat pilih mana yang ingin kau mau beli, lalu pulang. Ck, aku benci keramaian"

"Itu namanya tidak niat. Grrr, Omi-san~. Aku serius"

"Oke, apa mau mu? Lagipula kau ini bodoh atau apa? Kenapa kau mengiyakan keinginan Pak Tua itu, merepotkan saja!!!"

"Omi-san, apa salahnya merayakan natal bersama orangtua. Omi-san juga sudah 3 tahun lebih tidak merayakan natal dengan keluarga kan!"

Kemarin Akemi menelpon anak angkat sekaligus menantunya itu, ia dengan seenak dengkul bilang ingin merayakan natal bersama di apartement mereka. Tentu saja tanpa pikir panjang Atsumu langsung mengiyakannya, ia bahkan tidak bertanya dulu pada Kiyoomi.

Kiyoomi marah, tentu saja. Salahkan tatapan melas ala bocahnya yang membuatnya terpaksa mengiyakan, tentu lengkap dengan kalimat kutukan untuk si Tua Bangka tidak tau diri itu dalam hati.

[Gezz... Sejak kapan aku jadi lembek begini] Batin Kiyoomi kesal

Atsumu yang terlalu bersemangat pun dengan seenaknya bilang ingin menyiapkan sendiri, tentu saja tidak lepas dari campur tangan Kiyoomi. Mana tega dia melihat istrinya kesusahan sendiri, hal itulah yang membuat pria bersurai legam itu dongkol setengah mati saat ini.

Ia saat ini sedang berburu pernak-pernik natal dengan Atsumu, ia terpaksa ikut diseret kesana kemari hanya untuk mencari pernak-pernik natal. Memang dirinya sendiri juga memaksa ikut. Hell, dia tidak akan ikhlas membiarkan Atsumu pergi dengan orang lain. No! Tidak ridho!

Apalagi ini sudah hampir mendekati natal, pembelinya membludak seperti ikan berebut makan. Kiyoomi yang dasarnya benci keramaian hanya bisa menatap benci kearah sekitar.

Setidaknya, pemandangan dimana Atsumu yang berlari kesana kemari dengan wajah sumringah itu sedikit mengobati matanya yang iritasi karena keramaian.

Err, pemandangan tadi maksudnya karena sekarang senyum sumringah itu sudah terganti dengan wajah kesal yang cukup manis sebenarnya.

[Hoo.. Tidak buruk] Batin Kiyoomi

"Aku sibuk, Bocah. Kau tau sendiri bagaimana pekerjaanku"

"Sesibuk apapun seharusnya masih bisa mengeluarkan waktu untuk keluarga, kan cuma sehari juga. Omi-san harusnya bersyukur masih punya Ayah, tidak sepertiku. Jika aku rindu orangtuaku, aku hanya bisa memeluk foto dan batu nisannya saja"

Manik kuning keemasannya menyendu, ia merindukan orangtuanya. Sebentar lagi natal, ini tahun ke limanya ia merayakan natal tanpa orangtuanya.

Ia merindukan saat dimana bisa merayakan natal bersama Papa Aizen dan Bunda Aiko tercinta, orangtuanya yang sudah bahagia di surga sana.

Kiyoomi terdiam melihat wajah Atsumu yang kini berubah sedih, ia menghela nafas lirih. Menjulurkan tangannya, meraih kepala Atsumu dan mengusak surai kuning itu pelan.

"Terserah mu lah. Jangan sedih, Bocah. Lebih baik kita segera selesaikan acara berburu ini dan segera kembali ke rumah"

Atsumu hanya mengangguk kecil, ia mengikuti dibelakang Kiyoomi yang sudah berjalan duluan. Kiyoomi tiba-tiba berhenti, Atsumu yang melihatnya ikut berhenti.

Pria bersurai legam itu menatap Atsumu tanpa membalikkan badannya, "Atsumu, suatu hari nanti bawa aku bertemu orangtuamu. Jika kau tidak keberatan"

Atsumu terdiam, tidak menyangka kalau suaminya itu akan berkata begitu. Tidak lama, senyum yang tadi lenyap telah kembali, bahkan lebih lebar.

"Tentu saja, Omi-san. Aku tidak keberatan, aku akan mengajak Omi-san bertemu dengan mereka nanti"

"Aku juga ingin kau bertemu dengan ibuku-" Sebagai istriku. Lanjutnya dalam hati

"Ehh, boleh? Yoshh~ aku menantikannya, Omi-san"

Semangatnya sudah kembali, manik kuning keemasannya yang tadi menyendu sudah kembali berapi-api. Kiyoomi mendengus geli melihatnya, ia menyukai tatapan bersemangat istrinya itu.

Atsumu dengan semangatnya yang sudah kembali terisi langsung menghampiri Kiyoomi, menggandeng lengan suaminya. Kembali menyeret Kiyoomi kesana kemari, menyeret dalam artian sebenarnya.

"Ayo kita lanjutkan berburunya, Omi-san"

"Oii, tenang nak. Jangan terlalu bersemangat!"

"Ehehehe. Ayo kesana Omi-san!"

Kiyoomi pasrah, ia ikut saja kemana pun istrinya itu pergi. Meski sekilas, senyum kecil menghiasi wajah yang biasa datar itu. Atsumu benar-benar membawa perubahan besar terhadapnya.

[Setidaknya ia sudah kembali bersemangat lagi]

Entah karena Atsumu yang terlalu polos atau tidak peka, ia tidak menyadari kalau kalimat Kiyoomi tadi menandakan kalau Kiyoomi menerima hubungan mereka, berniat meneruskannya malah. Biar waktu yang memberitahu otak bodoh dan lemot Atsumu yang sudah kelewatan.

Tbc


Maaf pendek tapi kalau minggu votenya 100 di lanjut hari minggu ❤

Destiny [Sakuatsu II - On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang