10| Confess.

62 11 2
                                    


Seberapa keras pun masalah yang terjadi agar tertutup rapat, nyatanya media dan televisi nasional sedang menyiarkan berita dimana perusahaan cabang Kim Corp di Busan Ter indifikasi soal penggelapan dana beserta aksi masa yang menuntut di depan gedung menjadi perbincangan panas saat ini.

Di kantor pusat juga tak kalah kacau, Beberapa direksi dan petinggi utama bahkan sudah mengkecam sang direktur utama yang tak mampu menangani permasalahan besar seperti ini hingga berita tersebut merembet keluar dan menjadi besar sehingga sebagian besar dari mereka menuntut So Eun agar turun dari jabatannya.

Brak!

“Jaga bicara kalian, So Eun meskipun masih muda namun dia memiliki tekad. Apa kalian sedang menutup mata bagaimana Kim Corp bisa menjadi besar seperti sekarang jika bukan karena kerja keras dari cucu saya.” Tuan besar Kim selaku pemilik sekaligus executive tertinggi menggeram jengkel.

Meskipun sering bertentangan akan perilaku sang cucu Tuan Kim siwan tak menampik jika dirinya akan menjadi garda terdepan saat sang cucu tunggal mengalami kendala, termasuk saat ini. Menentang dan membungkam mulut Para petinggi yang tak tahu diri dan rasa terima kasih.

Apa mereka sudah bosan berdiri disini, dirinya masih terlalu baik untuk membiarkan para penjilat itu menginjakkan kaki di perusahaan miliknya ini.

Apa kerja mereka lebih bagus dari sang cucu, bahkan mereka bisa nya hanya ungkang-ungkang kaki saja, jika ada masalah seperti ini saja baru mereka keluar dari kandangnya yang nyaman. Dan siap mengeluarkan bisa ularnya.

“Tapi memang Direktur Kim So Eun masih belum matang untuk menduduki kursi tertinggi di perusahaan ini Tuan. Dia masih terlalu muda dan belum memiliki banyak pengalaman di lapangan.”

Tuan Kim Siwan berdecak, melemparkan tongkat yang selalu dia bawa ke lantai hingga menimbulkan suara gaduh dan mengagetkan semua orang yang ada didalam ruang rapat.

“Lalu! Tunjukkan padaku siapa yang kau pikir mampu. KAU! KAU ! ATAU KAU?!” Tunjuk sang tuan besar satu persatu pada orang yang berada di ruangan itu yang sejak tadi paling menonjolkan diri beradu argumen dengannya.

Pak Lee selaku sang asisten pribadi pun mendekat,“Tuan, tenangkan diri anda. Semua tak akan mencapai kesepakatan jika anda dalam keadaan marah.” ujarnya berusaha menenangkan.

Pria itu menghela napas, meremat area dada kirinya yang tiba-tiba saja berdenyut,“Lalu dimana wakil direktur Kim Juwan?!” tanya pria tua itu saat tak melihat atensi sang putra kedua.

“Beliau sedang berkunjung ke perusahaan yang ada di New York. Tuan.” jawab salah satu dari orang yang ada di ruangan tersebut.

Sial! Kenapa sang putra kedua justru tak berada di sisinya disaat kacaunya perusahaan seperti sekarang ini.

Pria tua itu memijit pelipisnya, “Cukup sudahi rapat kali ini, bungkam semua awak media yang berusaha menerobos dan mencari informasi, aku yakin cucuku di sana mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.” putusnya lalu beringsut berdiri, namun belum sampai ia menegakkan tubuhnya, dirinya jatuh sambil meremat dada kirinya kuat  dengan sang asisten pribadi sigap menopang tubuh renta nya.

Semua pasang mata disana terbelalak,“Tuan, Tuan besar. Anda baik-baik saja.” sang asisten berujar panik sambil menatap ke semua pasang mata agar sigap menelfon ambulance.



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind The PrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang