5: Family dinner (unless...?)

246 30 8
                                    

Esha baru saja kembali dari kampus. Ia melambaikan tangannya pada Galen yang juga sudah melajukan motornya kembali ke rumah. Sinar senja perlahan menyembunyikan dirinya dengan malu-malu dibalik sinar bulan dan langit hitam yang mulai menutupi.

Esha berjalan memasuki pekarangan rumahnya sambil memperhatikan sebuah mobil yang terparkir manis didepan rumahnya. Gadis itu perlahan membuka pintu utama lalu masuk kemudian menemukan sosok sang ayah yang sudah kembali dari bekerja tengah duduk sambil sibuk dengan laptopnya di ruang tengah.

"Esha, kamu bersih-bersih setelah itu kita makan malam bareng ya." Ucap Mahendra.

Esha melirik kearah dapur yang ada di sisi kiri berbatasan langsung dengan ruang tengah, seperti suara seseorang sedang mengobrol disana. Esha tidak melihat siapa sebenarnya yang ada disana, namun sepertinya dia tahu. Pantas saja ayahnya itu baru saja mengundangnya untuk makan malam 'keluarga'.

Gadis itu pun tidak membalas ucapannya ayahnya dan langsung beranjak pergi ke kamarnya dilantai dua.

Ia melakukan rutinitasnya seperti biasa, setelah membersihkan tubuhnya Esha memutuskan untuk mengerjakan tugasnya yang belum sempat ia selesaikan. Hampir dua puluh menit berlalu Esha masih bergulat dengan laptop miliknya tanpa tahu ternyata orang-orang sudah menunggunya dibawah.

Tidak lama kemudian pintu kamar Esha diketuk pelan. Sang empu kamar pun hanya menatap datar kearah pintu kamarnya dan tanpa perduli tetap melanjutkan aktivitasnya.

"Sa?"

Suara itu memanggil namanya. Esha sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tempatnya.

Pintu kembali diketuk lagi dan Esha tidak menyahuti orang yang memanggilnya dari luar. Sampai akhirnya pintu dibuka oleh seseorang tersebut.

"Esha?" Panggilnya lagi tapi Esha tidak ingin meliriknya bahkan sedikit pun. Saat ketika dia hendak masuk kedalam kamar Esha pun mengeluarkan suaranya.

"Siapa yang ngijinin lo masuk ke kamar gue?" Ketus gadis itu dengan nada yang benar-benar datar. Esha kemudian beranjak dari kasurnya menghampiri seseorang yang kini hanya terdiam didepan kamar.

"Bilang ke mereka gue gak akan ikut makan malam karena gue udah kenyang." Ucap Esha lagi tanpa basa-basi lalu hendak menutup kembali pintu kamarnya namun tidak kalah cepat oleh gadis yang berdiri didepan kamarnya tersebut untuk menahan pintu.

"Sa, tunggu."

Esha hanya memutar matanya. Sungguh, apakah dia tidak bisa untuk tenang sebentar saja saat dirumah?

"Sa, gue tau diantara kita udah nggak ada yang bisa diperbaiki lagi. Tapi setidaknya lo bisa untuk terlihat akrab dengan gue didepan orang tua kita, meskipun lo harus melakukannya dengan terpaksa."

Esha tertawa sarkas mendengar ucapan gadis didepannya itu. Orang tua? Keluarga? Mereka bahkan tidak ada artinya bagi Esha.

"Gue sama sekali gak menganggap kalian keluarga. Jadi sekarang mending lo balik kesana lagi dan silahkan menikmati makan malamnya dengan tenang tanpa gue." Esha kembali akan menutup pintu namun gadis tersebut tampaknya bersikeras.

"Sa, please." Raya kemudian memaksa untuk masuk ke kamar Esha dan dia akhirnya masuk menutup pintu dibelakangnya.

Esha menggertakkan rahangnya menahan emosi. "Gue kira lo gak akan lupa dengan kesepakatan yang udah kita buat dulu? Tapi apa ini? Gue masih berusaha untuk tetap dengan pendirian gue waktu pertemuan kita kemarin, tapi dengan lo muncul kayak gini lo harus tau gue makin benci sama lo, Raya." Esha berucap dengan suara yang bergetar. Dia marah, benar-benar marah dengan situasi yang membuatnya sangat muak. Rasa sesak itu terkadang masih menyiksanya dan Esha sungguh membenci perasaan itu.

Break Up? || gxgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang