"Aduh perih, Ca." Keluh Galen saat Esha mencoba mengoleskan salep ke tangannya yang melepuh karena terkena minyak panas.
"Jangan gerak-gerak, Len."
"Perih Ca, sumpah."
Esha masih berusaha untuk mengoleskan salep ke tangannya, bahkan dia meminta Bima yang juga ada disana untuk menahan tubuh Galen. "Sebentar aja, tahan."
Zey memutar matanya. "Lagian ngide banget mau ikutan masak, nyentuh wajan aja gak pernah lo."
"AAAA!! JANGAN SENTUH GUE, TOLONNGG!!" Galen dengan dramatis menepis tangan Bima yang menahan lengannya.
"Lama, anjing." Joanna yang sudah jengah melihat laki-laki itu pun merampas salep dari tangan Esha lalu mengoleskannya cepat ke luka Galen.
"AAAA!! PERIHH!! JOANNA PELAN-PELAN BANGSAT!"
"Diem gak lo, Galen. Sialan! Alay banget."
Esha yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat perilaku teman-temannya itu. Selain Joanna, Galen juga manusia paling dramatis yang Esha kenal.
Saat ini kelima remaja itu tengah berada dirumah Joanna. Itu ide Galen yang mengajak mereka untuk datang 'menjarahnya'. Menjarah dalam artian mereka hanya bosan.
Dan saat ini mereka mengusulkan ide untuk memasak, sebenarnya ide Azeya tapi yang lainnya malah ikut merusuh juga didapur Joanna.
"Mending lo berdua nunggu diluar aja deh, lo juga Ca, biar gue sama Zey yang masak." Usul Joanna pada akhirnya. Kalau lama-lama begini bisa-bisa dapurnya hanya akan berakhir kacau.
"Gue juga bantu." Balas Esha.
Akhirnya Galen dan Bima pun memilih untuk menunggu di ruang tengah saja. Bima menggelengkan kepalanya lalu meninju pelan lengan temannya itu.
"Ini sampe dimana tadi?"
Esha terkikik kecil melihat kekacauan yang terjadi. Ia pun melanjutkan aktivitas memotong-motong wortel dan kentang yang sempat tertunda. Setelah selesai ia pun memberikannya pada Zey.
"Zey ini udah, apa lagi?"
"Taruh disitu aja, Ca. Udah lo cuci kan?"
Esha mengangguk.
"Terus gue minta tolong lanjutin adonan yang diatas meja yaa."
"Okeyy."
Esha pun melanjutkan membuat adonan untuk masakan mereka. Zey tadi sempat mengajarkannya lalu Esha melakukannya kembali. Joanna datang setelah menyiapkan alat panggangan dihalaman belakang. Ia melihat Esha yang sedang mengaduk adonan lalu mendekat kearah gadis itu sebelum akhirnya membantu menggulungkan lengan baju milik Esha.
Esha tersenyum. "Thanks, Jo." Ucap Esha sambil melanjutkan pekerjaannya.
Setelah semuanya siap, mereka pun berkumpul dihalaman belakang rumah Joanna. Hari sudah mulai petang, langit senja berubah menjadi gelap dihiasi sang bulan dan bintang.
Galen dan Bima yang bertugas dipemanggangan. Zey, Esha, dan Joanna menyiapkan makanan yang lainnya di mini bar yang ada disebelah kolam renang. Fyi, Joanna tinggal sendirian dirumah ini. Kedua orang tuanya berada di Los Angeles namun sejak awal masuk perkuliahan Joanna menolak untuk ikut tinggal disana dan lebih memilih menetap di ibukota. Orang tuanya juga mengerti Joanna tidak ingin meninggalkan teman-temannya disini, namun tetap saja gadis itu masih harus tetap menentukan keputusannya sebagai penerus keluarga ada saatnya dia akan mengambil alih dan akan meninggalkan semuanya disini.
"Awas tangan lo kebakar lagi, Len!" Celetuk Esha membuat mereka tertawa saat Galen membalas gadis itu dengan cibiran sinis.
"Taii!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Up? || gxg
Teen Fiction"So, we end up here?" "Terima kasih atas waktu kamu. Meski aku tahu waktu kita telah banyak terbuang sia-sia, tapi aku senang kita pernah punya waktu bersama yang indah. Dengan kamu aku bahagia." "Lantas kenapa kita harus berakhir?" "Aku gak akan...