8. siapa dirimu!

224 25 0
                                    

Happy reading

••••••

Malam hari yang sejuk dan indah dengan langit yang bertabur bintang, membuat siapa saja akan merasa nyaman apalagi udara malam ini terasa dingin.


Namun bukannya tertidur sembari membungkus tubuhnya dengan selimut, Felice malah asik berkeliaran di pasar. Dirinya cukup cerdik tentu saja makanya bisa keluar dari area istana.

Di temani dengan Gloria, Felice menyusuri pasar dengan mata yang berbinar. Pasar ini masih ramai di kunjungi rakyat-rakyat.

Atiensi nya menatap penjual sate namun yang di bakar adalah baby gurita yang di lumuri saus, membuat Felice menelan ludahnya kasar.

"Gloria, aku ingin membeli ini." Antusias Felice seperti seorang anak kecil yang meminta sesuatu kepada ibunya.

"Baiklah nona, tunggu lah disini!." Ucap Gloria kemudian pergi membelikan pesanan majikannya.

Felice hanya mengangguk mengerti. Kemudian dirinya duduk kursi yang sudah di sediakan. Matanya sedari tadi tak henti-henti nya menatap ramai nya pasar, hal itu membuatnya Dejavu. Dirinya begitu rindu dengan Wina, sahabat di dunia lama nya.

Biasanya di hari Minggu ia dan Wina akan menghabiskan waktu dengan bermain di pasar malam, lalu membeli makanan bersama.

"Kangen Wina." Lirih Felice.

"PERAMPOK TOLONG ADA PERAMPOK." teriak seorang wanita paruh baya mengejar seorang lelaki yang mengambil tas nya.

Felice dengan refleks memajukan satu kaki nya membuat si pelaku tersungkur mencium tanah yang dingin. Kemudian dengan gesit lelaki itu berdiri. Lelaki itu hendak berlari namun felice lebih dulu menarik tas itu, dan terjadilah tarik-tarikan antara Felice dan si pelaku.

"Heii, tenaga mu kuat juga ya." Lelaki itu menyeringai di balik topeng nya.

Felice tak menjawab ucapan lelaki itu. "Jika ingin merampok lihat dulu siapa yang kau rampok bodoh, bisa-bisa nya kau merampok seorang paruh baya." Kesal Felice kemudian menendang perut lelaki itu, membuat nya tersungkur kembali.

Wanita paruh baya itu datang berserta warga-warga desa yang hendak menghakimi lelaki itu.

"Tunggu pembalasan ku nona." Ucap lelaki itu kemudian berlari pergi menghindari kejaran warga.

Felice tak menghiraukannya ucapannya, kemudian memberikan tas itu kepada pemiliknya.

"Terimakasih nak, jika tak ada kamu mungkin aku tak akan bisa membayar obat suami ku." Lirih nya

Felica memandang sendu wanita itu, kasihan sekali wanita paruh baya ini. Memang hidup di zaman ini masih memandang kasta, dimana yang lebih kaya akan di ulu-ulu kan sedangkan yang miskin akan di olok-olok. Zaman ini pula nyawa masih tak ada harga dirinya.

Kemudian Felice mulai merogoh sakunya memberikan dua keping koin kepada wanita itu.

"N-nona ini sangat banyak." Lirih wanita itu.

"Tak apa, ambilah. bibi bisa membeli yang lainnya." Felice begitu senang membantu orang, hanya begini saja membuat nya kegirangan. Ingat ya walaupun otak mines tapi hati jangan!.

Second LifeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang