Eight : Ayah selama ini berbohong

176 29 2
                                    

"Bunda....." aku dan adik-adikku langsung berlari masuk setelah ayah mengizinkan kami melihat bunda.

Kami semua langsung mengerubungi bunda.

"Bunda baik-baik saja?" tanya Riki.

"Apakah ada yang masih sakit" tanya Kyunghee dan Hyunhee bersamaan.

"Bunda tadi kenapa?" tanyaku.

Bunda tersenyum lemah. Wajahnya pucat sekali, bahkan bunda hampir terlihat seperti mayat hidup. Secara bergantian, bunda mengusap air mata kami.

"Bunda tidak apa-apa, sayang. Bunda sudah lebih baik. Mungkin tadi bunda hanya kelelahan saja" jawab bunda begitu lirih.

Aku sampai tak kuat mendengar suara bunda yang lemah.

Kami berempat langsung memeluk bunda sambil menangis.

"Sudah, sudah, jangan menangis. Bunda baik-baik saja" Bunda meyakinkan kami sekali lagi.

Namun, kami masih tetap menangis.

Kami takut......

Kami khawatir......

"Mau dengar kabar gembira, tidak?"

Pertanyaan bunda sukses memecah tangisan kami.

"Apa itu, bunda?" tanya Riki sambil sesenggukan.

"Nenek dan kakek kalian akan ke sini" kata Bunda.

Tentu saja kabar itu membuat kami semua terkejut senang. Sejenak tangisan kami berhenti.

"Benarkah bunda?" tanyaku memastikan sekali lagi.

Bunda mengangguk yakin. "Meraka akan datang hari ini juga. Lalu mereka akan di sini sampai malam tahun baru nanti"

Kami semakin antusias.

"Siapa yang ingin ikut ayah ke bandara menjemput nenek dan kakek? setengah jam lagi mereka sampai" kata Ayah.

"Aku, aku, aku mau ikut!" seru Hyunhee, Kyunghee, dan Riki.

"Eum...." aku berpikir sejenak."Aku di rumah saja. Aku akan menemani bunda di rumah. Kalau semuanya pergi, nanti bunda sendirian" kataku.

"Bunda tidak apa-apa sendirian, sayang. Lagipula tidak benar-benar sendirian di rumah, kan ada bibi. Kamu ikut saja dengan ayah dan adik-adikmu"

Aku menggeleng. "Tidak, aku akan tetap di rumah menemani bunda saja"

"Sudahlah, jika dipikir ada baiknya Sangwon tetap di rumah menemanimu, sayang. Aku juga tidak ingin kamu sendirian di kamar meski ada bibi. Lagipula bibi juga sibuk bersih-bersih kamar ayah dan ibu untuk dihuni nanti saat mereka sampai"

"Hum..baiklah"

"Ya sudah, aku dan anak-anak berangkat dulu ya" pamit ayah, lalu memberikan kecupan di pipi bunda.

Begitu juga dengan ketiga adikku yang melakukan hal yang sama.

"Kami pergi dulu bunda" kata Riki, melambaikan tangan. Keluar kamar bersama ayah dan si kembar.

Tersisalah kami berdua.

"Kamu sudah makan?" tanya bunda.

"Sudah, tadi ayah memesankan makanan dari luar untuk kami"

Bunda menghela nafas. "Maaf ya, padahal tadi bunda berniat membuatkan sup kesukaan kalian. Tapi bunda malah pingsan" kata bunda mengusap pipiku.

"Bunda bicara apa, kenapa malah menyalahkan diri sendiri. Tidak akan ada yang menyangka kalau bunda akan pingsan. Itukan tidak terduga, bunda" aku menangkup pipi bunda. Menatap matanya dengan sorot mata yang serius.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Ingin Bunda Bahagia [Sangwon feat. HeeHoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang