Bisakah?

33 8 0
                                    

Pagi ini Haikal dan yang lain masuk sekolah seperti biasa. Mereka sudah sepakat untuk bekerjasama memecahkan kasus kematian Rama dan Cleo yang merupakan kejadian satu tahun lalu. Haikal yang baru masuk melihat teman sekelasnya sudah banyak yang datang, dia menuju kursinya dan duduk dengan tenang. Tidak lama disusul dengan Wilona yang ternyata datang bersama dengan Yemi.

"Pagi Kal" sapa Yemi. "Pagi Yemi" balasnya. Sedangkan Wilona tersenyum memandang Haikal. Setelah meletakkan tas dimejanya, Wilonapun beranjak duduk disamping meja Haikal yang saat ini kosong.

"Haikallll" kata Wilona memanggil. "Heemmm" jawab Haikal sambil menoleh ke Wilona. Dipandangnya gadis yang sekarang duduk disebelahnya ini.

Sedangkan Wilona tersenyum sumringah dan mengatakan, " siang ini aku sama Yemi mau istirahat diluar boleh? Kata Yemi ada tempat makan disebrang sekolah hehe"

"Emang disana jual apa? Kamu mau makan apa disana hmm?" Tanya Haikal dengan lembut, masih pagi batinnya jangan sampai adu mulut dengan Wilona.

"Indomieeeeeeee" jawab Wilona dengan semangat membuat beberapa teman yang lain ikut memperhatikannya.

Astagaa batin Haikal. "Kan bisa bikin dirumah nanti, makan nasi ya"

Wilona menggeleng. "Mau ituuu yaaa pweesss" sambil mengedipkan mata Wilona berusaha membujuk Haikal. Sedangkan Yemi yang melihatnya tertawa.

"Satu aja ya, minumnya jangan yang aneh aneh" kata Haikal menyerah

"Aye aye kapten" jawab Wilona semangat. Sedangkan disisi lain Kataryn menertawakan Haikal dalam hatinya, Aden aden mana bisa ngelawan Ily yang mode manja gitu hahahaha batinnya.

Jam istirahat sudah tiba dengan cepat Wilona menarik Yemi untuk pergi sebelum Haikal berubah pikirnya. Sedangkan Haikal yang ditinggalpun menggelengkan kepalanya.

Disisi lain Reno sudah beranjak pergi menemui Calvin untuk memastikan sesuatu. Haikalpun pergi menuju kantin. Lagi lagi berasa duda batinnya. Kali ini dia ingin makan dengan tenang, berakhirlah dia duduk bersama anak beasiswa kelas lain.

Di waktu yang sama Wilona bersama Yemi sedang duduk didepan kedai seberang sekolahnya. Menunggu pesanan indomie goreng kesukaannya sambil memakan gorengan, ah ini enak sekali batinnya. Dari tempat duduknya dia bisa melihat lokasi dimana Rama jatuh.

"Disana, tempat terakhir gue liat Rama" katanya membuka percakapan dengan Yemi. Sedangkan Yemi yang diajak bicara menoleh ke arah lokasi yang dimaksud.

"Seandainya lo lebih cepat nyatain perasaan ke Rama, apa dia masih bareng kita ya Yem? dia gak mungkin kan bunuh diri kalau ada pacar" kata Wilona sambil tertawa kecil.

Yemi yang mendengarnya menjawab "mungkin, tapi mungkin juga tetap terjadi, lagi pula kita gak tau kebenarannya, bisa jadi dia bukan bunuh diri kan"

"Kenapa lo mikir dia gak bunuh diri Yem?" tanya Wilona penasaran

"Lo liat sendiri dirumah Rama kemaren, Ibunya bilang sudah dapat kerjaan dan adeknya bisa sekolah lagi, ibunya bilang Rama terlihat bahagia sebelum meninggal, aneh kalau dia bunuh diri disaat seperti itu kan?" jawab Yemi

"Kalau gak bunuh diri lantas siapa dan kenapa?" tanya Wilona lagi

"Entahlah, Rama pernah bilang kalau ada yang nerror dia, mungkin mereka" kata Yemi

"Siapa?"

Sembari menggelengkan kepala Yemi menjawab "Rama cuma bilang, mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas kejadian setahun yang lalu" "Gue juga gak paham apa hubungannya"

"Apa sesulit itu kehidupan Rama? gue ngerasa banyak sekali yang disembunyiin Rama Yem"

Lagi lagi Yemi hanya menggeleng "Dia gak seharusnya diposisi itu" "Harusnya mereka yang bertanggung jawab"

Wilona yang mendengarnya mengerutkan keningnya.

"Apa kekuasaan diatas segalanya ya Wil?" kata Yemi lagi "Kenapa kalau yang salah mereka yang berkuasa bisa menutupi kesalahannya dan lepas tanggung jawab begitu aja, sedangkan yang jadi korban hanya bisa diam."

"Yem, you okey?" tanya Wilona yang melihat Yemi berkaca kaca. Sedangkan Yemi mendengarnya hanya tertawa kecil "I am okey Wil, gue cuma nyesel kenapa gue gak bisa bantu siapa siapa"

"Lo bisa kok bantu Yem, gue yakin, gue gak tau masalah lo apa, tapi gue yakin gak ada masalah yang gak punya jalan keluar kan. Tugas kita lanjutin hidup dan cari jalan keluarnya"

Yemi menganggukkan kepalanya, tidak lama pesanan merekapun datang. Mereka segera memakannya dan kembali ke sekolah.

Ditempat lain Haikal yang kembali dari kantin tersenyum senang, ternyata tidak buruk bergabung dengan anak beasiswa dari kelas lainnya.

Malam harinya sesuai janji mereka berdelapan kembali berkumpul diruangan untuk membahas detail tiap kasus.

"Karena udah kumpul semua, kita mulai bahas dari kasus Rama terlebih dahulu." kata Hayden membuka.

THE TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang