"Tujuan awal kita cari kebenaran kasus pembulyan dan kejadian satu tahun lalu" calvin membuka pembicaraan mereka.
"Sejauh ini ada beberapa poin yang gue buat dari hasil penyelidikan kita selama hampir satu bulan ini, pertama pembulyan benar benar ada dan anjingnya adalah setiap kelas selalu ada anak beasiswa yang jadi korban, yang terparah di kelas kalian bertiga, kenapa? Karena ada Leo disana, saat ini entah gimana caranya dia yang jadi pemimpin" Calvin menahan nafas sejenak, dia benar benar menyaksikan pembulyan itu terjadi disetiap kelas, karena secara bergantian dia mencari info dan mendatangi semua kelas yang ada.
"Kedua, satu tahun lalu ada satu anak beasiswa, namanya Cleo, dia ditemukan meninggal di pagi hari, pihak sekolah menutup rapat kasus ini, dan diumumkan kalau kejadian itu karena bunuh diri"
"ketiga, Rama juga ditemukan meninggal di jam istirahat dengan kondisi jatuh dari rooftop, kasusnya juga ditutup rapat, seperti halnya kejadian satu tahun lalu disimpulkan bunuh diri"
"Itu tiga poin utama kita, menurut kalian gimana? perlu kita bahas satu persatu atau gimana?" tanya Calvin setelah menyampaikan inti poin kejadian saat ini.
"Ubah tujuan dulu" kata Hayden "untuk kasus pembulyan udah banyak bukti yang kita punya jadi bukan fokus utama lagi. Tujuan dan fokus utama sekarang kasus satu tahun lalu dan kasus Rama"
"oke" catat Calvin "Ada tambahan? kalau gak ada kita lanjut"
"Tujuan udah diubah selanjutnya apa den?" tanya Kataryn
"Sebelum dilanjut, kita identifikasi dua kasus ini, menurut kalian gimana?" tanya Hayden
"Dua-duanya bukan kasus bunuh diri" jawab Lily, ketiga lainnya menganggukkan kepala tanda setuju
"Gue rasa kita semua yang disini punya pikiran yang sama, kalau gitu kita bagi tugas, dan yang terpenting kita perlu tambahan team, terlalu lama kalau cuma kita berempat, kita perlu orang yang lebih lama disini buat bantu kita" kata Hayden
"Kita harus cari tau siapa yang dimaksud Rama disuratnya?" tanya Calvin
"Menurut gue gak perlu, karena kalau dari surat Rama, orang itu yang bakal datangin kita." kata Lily
"Gue punya usul, Jeremy dan Jevan menurut gue bisa bantu kita" kata Kataryn, Hayden yang mendengarnya seakan bertanya kenapa. "Mereka berdua diam diam mencari tau kejadian satu tahun lalu." tambah Kataryn
"oke, gue yang bakal pastiin." kata Hayden
"Sejujurnya gue punya kecurigaan ke beberapa orang terkait siapa yang neror Rama" kata Calvin "Tapi gue perlu waktu buat yakinin kecurigaan gue bener apa gak dan gue perlu bantuan lo Ly" tambahnya.
"oke kita bagi tugas, gue dan Aryn mastiin info terbaru dari paman Abdi dan kontak ke Jeremy Jevan, Avin dan Ily pastiin siapa yang neror Rama" Hayden membagi tugas mereka berempat. Sedangkan yang lainnya menganggukkan kepala.
"Sepetinya cukup dulu buat malam ini." tambah Hayden. "Jujur gue capek, baca surat Rama itu nguras tenaga" sambil terkekeh ringan Hayden mulai peregangan tubuh.
"Iya, ternyata nangis juga capek" Lily menghela nafas, sedangkan yang lainnya tertawa mendengarnya.
Keesokan harinya mereka sekolah seperti biasa. Bunyi bel istirahat terdengar, kali ini Yemi pergi terlebih dahulu karena ada urusan dengan teman kelas lain. Sedangkan Wilona entah pergi kemana. Tinggallah Haikal sendiri.
"Kenapa gue jadi sendirian ya, berasa duda ditinggal kedua istrinya" keluh Haikal sambil terkekeh. Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kantin. Sesampainya dikantin tiba tiba terbesit sebuah ide. Diapun memesan makanan dan mendatangi meja Kataryn serta teman temannya.
"Hai, gue boleh gabung gak, gue sendirian nih hehe" kata Haikal meminta pada Kataryn dan yang lain. Mendengar perkataan Haikal, Reno pun sedikit bergeser memberikan tempat pada Haikal.
"Duduk aja Kal" terdengar suara Jevan menyambutnya. "thanks ya" kata Haikal. Akhirnya Haikal duduk dan mereka sibuk memakan makanan mereka masing masing.
"Si Wilona sama Yemi kemana Kal?" Kataryn membuka percakapan setelah keheningan mereka.
"Ada urusan masing masing mereka, gak tau deh, berasa jomblo gue" jawab Haikal. Yang lain mendengarnya tertawa.
"Omongan lo berasa duda istri dua njir" sahut Reno
"Faktanya begitu wkwk" jawab Haikal
Mereka saling bercanda satu sama lain, sampai ada suara yang menginterupsi mereka. Leo dan tiga temannya salah satunya Farid, mendatangi meja mereka dan bersiap menarik Haikal.
"Lo gue biarin lama lama ngelunjak ya" Kata Leo tiba tiba, sedangkan Haikal hanya memandangnya jengah.
Leo yang tidak terima ditatap begitu menarik kerah Haikal dan mendorongnya hingga jatuh. Brakkk, suara Haikal menabrak kursi meja dibelakangnya.
"Jangan mentang mentang lo bisa mukul gue kemaren, sekarang lo berani duduk bareng anak anak kasta diatas lo ya" kata Leo dengan nada emosi, sambil menunjuk meja belakang dia menambahkan "tempat lo disana bukan disini"
Haikal yang diperlakukan seperti itu terdiam ditempatnya, Reno yang melihatnya ingin beranjak tapi di tahan oleh Gea. Reno menatap Gea dan Gea menggelengkan kepala. Sedangkan Kataryn yang melihatnya berdecih kemudian beranjak untuk membantu Haikal. Disaat Kataryn menghampiri Haikal tangannya ditahan oleh Lia, tapi Kataryn seakan tidak peduli dengan pandangan Lia yang melarangnya.
Pengecut sekali teman temannya ini batin Kataryn. Dia membantu Haikal berdiri, pergerakannya tidak luput dari pandangan Jeremy dengan yang lain.
"Wow mentang mentang lo kasta satu, terus lo bantuin si bangsat ini ya" kata Leo sembari menunjuk Kataryn.
Haikal yang mendengarnya memberikan kode pada Kataryn untuk tidak ikut campur. Kataryn yang mendapatkan kode tersebut menghela nafas.
"Sorry gue tadi sendiri dan meja belakang juga full, gue udah selesai. Gue pergi dulu" kata Haikal. Mendengar kalimat Haikal, Leo hanya tersenyum sini dan berkata "Lo ikut gue" sembari mendorong Haikal hingga terhuyung kedepan dan hampir terjatuh.
"Jangan ada yang sok pahlawan" Kata Farid kepada mereka yang tadi duduk bersama Haikal, kemudian berlalu mengikuti Leo dan lainnya. Mereka membawa Haikal entah kemana.
"Mau kemana Ryn?" tanya Lia melihat Kataryn yang berdiri setelah Leo dkk meninggalkan mereka.
"Mau nolongin Haikal." Jawab Kataryn singkat. Tetapi tangannya ditahan oleh Lia. "Jangan Ryn, lo nanti kena imbasnya kalau nolongin Haikal, Leo dan teman temannya gak bakal peduli lo siapa, apalagi lo cewek."
"Sorry gue bukan pengecut, lagi pula yakin mereka gak peduli siapa gue?" Jawab Kataryn sambil memandang Lia. "Gak usah keras kepala Ryn, lo cewek, bisa apa lo hadapin mereka semua. Biarin aja Haikal sama mereka." Kata Gea tajam sambil melihat Kataryn
"Lo sama mereka sama ya? sama sama gak punya perasaan" Jawab Kataryn kesal. "Lo gak tau apa yang bisa mereka lakuin, bisa aja lo atau Haikal yang jadi korban selanjutnya." Jawab Gea tak kalah kesal.
"Korban apa maksud lo?" tanya Kataryn. "Ya korban bullyan Ryn, lo bisa kehilangan" seketika Gea menghentikan kalimatnya. Mereka yang disana mengernyitkan kening mendengar kalimat Gea.
"Kehilangan apa?" kali ini Jevan yang bertanya. "Eh itu kehilangan kebebasan iya kebebasan, kan kalau udah dibully sama mereka pasti bakal diincar kan." Jawab Gea gugup. Sedangkan Lia disebelahnya sudah meremat rok yang dia pakai.
"Gue bukan pengecut" Kata Kataryn final. Selanjutnya beranjak pergi. Jeremy dan Jevan saling memberikan kode. Mereka berduapun ikut pergi dari kantin.
Sedangkan dari kejauhan terlihat dua orang yang saling tos. "dua pulau terlampaui" salah satu dari mereka mengatakannya dengan santai. "Peribahasa apa itu" kata salah satunya lagi sambil menggeleng lelah. Selanjutnya mereka berdua pergi meninggalkan kantin sambil membawa makanan dan memilih mengikuti mereka yang sudah dipantau sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH
FanfictionBangkai tetaplah bangkai, mau ditutupi seperti apapun akan tercium juga. Disinilah Wilona dan Haikal berada, dua penerima beasiswa tahun kedua yang baru. Bisakah mereka mengungkapkan kebenaran kejadian satu tahun lalu? Apakah mereka yang berujung di...