IV. Suatu Hal

145 11 0
                                    

Keesokan harinya, anak-anak panti asuhan tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hanjin dan Kyungmin sedang membantu menyiapkan sarapan di dapur, sementara Youngjae yang sudah sembuh dan Jihoon sedang duduk di meja makan. Dohoon dan Shinyu sibuk membersihkan ruang tamu.

Tiba-tiba, suara klakson mobil mewah terdengar dari luar. Anak-anak, Ibu Margaret serta Ibu Evelyn yang sedang melakukan sesuatu reflek menoleh ke arah pintu utama. Sekelompok perwakilan dari PLEDIZ Corp., sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang keilmuwan, datang dengan setelan jas rapi. Mereka memperkenalkan diri dengan sopan dan menjelaskan tujuan kedatangan mereka.

"Selamat pagi," ujar salah satu dari mereka, seorang pria berbadan tegap dengan jas hitam dan dasi merah. "Saya Kwak Aaron dari PLEDIZ Corp. dan kami datang untuk mencari anak-anak panti asuhan yang berpotensi untuk diberikan beasiswa pendidikan dari program tahunan kami. Kami ingin memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan peluang masa depan yang lebih cerah."

Ibu Margaret menyambut mereka dengan ramah. "Selamat datang di panti asuhan kami. Kami sangat menghargai niat baik anda dan senang mendengarnya. Anak-anak di sini sangat berbakat dan penuh potensi."

Kunjungan tersebut berlangsung dengan lancar. Para perwakilan dari PLEDIZ Corp. melakukan wawancara singkat dengan beberapa anak panti, termasuk Shinyu, Dohoon, Youngjae, Jihoon, Hanjin, dan Kyungmin. Mereka juga mengamati aktivitas dari seluruh anak panti dan berbicara dengan Ibu Margaret tentang potensi anak-anak.

Youngjae dipanggil untuk wawancara. Dia berjalan dengan langkah tenang menuju ruang pertemuan, di mana tim dari PLEDIZ Corp. telah menunggu.

"Selamat pagi, Youngjae. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu dengan kami," sapa salah satu dari penguji wawancara, seorang pria berusia menengah dengan wajah yang serius namun ramah. 

"Kami sangat menghargai kesempatan ini untuk mengenal kamu lebih baik."

Youngjae tersenyum, meski masih ada kelelahan yang tersirat di matanya. "Selamat pagi, pak. Terima kasih sudah memberi saya kesempatan."

Wawancara dimulai dengan serangkaian pertanyaan umum tentang latar belakang Youngjae, hobi, dan keahliannya. Youngjae menjawab dengan tenang dan penuh percaya diri. Staf dari PLEDIZ Corp. tampak terkesan dengan jawaban dan pengetahuan yang dimiliki Youngjae.

"Bisa ceritakan sedikit tentang minat kamu dalam bidang tertentu?" tanya wanita yang duduk di ujung.

Youngjae menjelaskan tentang ketertarikan dan bakatnya dalam matematika dan sains, serta bagaimana dia selalu menikmati tantangan dalam memecahkan masalah. Mereka mencatat dengan cepat, mengamati dengan seksama cara Youngjae menjelaskan ide-idenya.

"Impresi pertama kami adalah bahwa kamu memiliki cara berpikir yang sangat logis dan analitis. Kami akan melakukan beberapa tes untuk menilai kemampuanmu ebih lanjut. Apakah kamu siap?"

Youngjae mengangguk. "Tentu, saya siap."

Beberapa tes dan wawancara lebih lanjut dilakukan. Tim dari PLEDIZ Corp. memantau setiap gerakan dan jawaban Youngjae dengan perhatian penuh. Mereka mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam dan melakukan tes IQ untuk mengukur potensi kecerdasan Youngjae. Setelah tigapuluh menit berlalu, tim mengumpulkan hasil dan berdiskusi.

"Dia benar-benar cerdas meski tidak mendapatkan pendidikan formal," kata staf wanita dengan nada terkesan. "Kemampuan analitisnya sangat mengesankan. Saya rasa dia bisa menjadi kandidat yang sangat baik untuk Professor," kemudianya nada bicaranya menjadi berbisik kepada lawan bicaranya.

Staff pria yang lebih tua mengangguk sambil menulis beberapa catatan. "Kita perlu memperhatikannya lebih lanjut. Saya rasa dia bisa menjadi subjek yang sangat menarik, Professor Marcellus pasti akan menyukainya."

Fall +TWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang