Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, kendaraan yang mengangkut keenam remaja tersebut akhirnya berhenti di depan fasilitas pusat komando PLEDIZ Corp. Tempat itu tampak seperti sebuah kompleks yang megah dikelilingi oleh pagar tinggi dan lampu sorot yang menerangi area sekitar. Pintu gerbang besar terbuka secara otomatis saat kendaraan mendekat, dan suasana semakin mencekam saat mereka memasuki area tersebut.
Ketika kendaraan berhenti, para petugas PLEDIZ Corp. yang berdiri siap menyambut mereka segera mulai memindahkan mereka. Para petugas menarik keenam remaja itu keluar dari kendaraan satu per satu dengan kasar. Hanjin dan Kyungmin dibawa keluar terlebih dahulu, diikuti oleh Youngjae, Jihoon, Dohoon, dan Shinyu.
Kyungmin masih terisak, sementara Hanjin berusaha untuk menenangkannya meski dirinya juga merasa takut dengan situasi sekarang. Mereka dipaksa berjalan melalui lorong-lorong gelap menuju fasilitas utama yang terlihat seperti laboratorium luas.
Berbagai macam alat dan benda-benda laboratorium yang mereka lewati semakin menambahkan kesan mencekam fasilitas tersebut. Youngjae membayangkan minatnya dalam sains dan bekerja dalam laboratorium tidak pernah semengerikan sekarang. Ia dan saudara-saudaranya hampir saja mati, demi semua ini.
Lenguhan kesakitan terdengar lirih dari Jihoon, Youngjae mempererat rangkulannya pada tubuh Jihoon yang bahkan untuk berjalan butuh dituntun. Youngjae tidak tega, ia merasa bersalah pada sang adik karena dirinya lah Jihoon bisa berakhir seperti itu.
"Jihoon bertahanlah," bisik Youngjae.
Jihoon hanya bisa mengangguk lemah, wajahnya pucat dan darah masih menetes dari luka-lukanya. Dohoon yang terluka di bagian perut merasa sangat kesakitan dan tidak mampu bergerak dengan bebas. Shinyu terus mendampingi adiknya, berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan Dohoon, meskipun dirinya sendiri terlihat sangat kelelahan.
Setibanya mereka di dalam ruang utama pusat komando, anak-anak dikelilingi oleh para ilmuwan dan petugas yang berdiri. Ruang tersebut dipenuhi dengan peralatan canggih dan berbagai perangkat yang tampak menakutkan. Beberapa perangkat menyala dengan cahaya merah dan biru yang memancarkan aura dingin dan mengintimidasi.
Seorang ilmuwan senior, Professor Marcellus, yang menjadi kepala dari proyek ini, memeriksa setiap anak dengan cermat. Dia mengenakan jas lab putih dan kacamata yang besar, dengan tatapan mata yang tajam dan penuh ambisi. Dia mulai berbicara dengan nada dingin dan angkuh.
"Selamat datang di pusat komando PLEDIZ Corp. Disini kami akan memoles kemampuan unik kalian itu, dan membuatnya bisa berguna untuk kebaikan bersama."
"Ah, tapi sayangnya kalian sudah kehabisan banyak tenaga dan terluka parah," tatapan mata Professor Marcellus tertuju pada Jihoon yang pucat pasi.
"Khusus Jihoon, Dohoon dan Hanjin kalian baru memulai tes ketika sudah dalam keadaan sehat. Aku tidak ingin kehilangan permataku dengan cepat." Professor Marcellus tersenyum lebar mengerikan sambil menatap keenam anak remaja tersebut.
Shinyu dengan rasa frustrasi dan kemarahan yang mendalam, memandang Professor Marcellus penuh kebencian. "Kalian tidak akan bisa mengubah kami. Kalian para bedebah!"
Professor Marcellus hanya tertawa melihat perlawanan verbal Shinyu yang seolah tidak berarti apa-apa baginya. "Kita lihat saja nanti. Saat ini, tugas kami adalah mempersiapkan kalian untuk eksperimen yang akan membuka potensi sejati kalian."
Anak-anak yang sudah sangat lemah dan terluka akan dipindahkan ke ruang-ruang yang berbeda secara paksa oleh petugas yang ada. Ketika petugas mencoba memisahkan mereka, Youngjae memeluk Jihoon lebih erat, dengan air mata mengalir di wajahnya.
"Tolong, biarkan kami tetap bersama. Kami tidak bisa terpisah," mohon Youngjae dengan suara serak. Ia sudah lelah menangis tetapi keadaan yang berat ini membuat air matanya seolah tak pernah habis untuk dikeluarkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/374116356-288-k596564.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall +TWS
FanfictionMereka berjuang untuk bertahan hidup, mengandalkan kenangan dan janji satu sama lain untuk terus berjuang demi kebebasan. Keberanian, harapan, dan cinta di tengah penderitaan, yang menjadi sumber kekuatan mereka dalam menghadapi kegelapan. TWS sci-f...