Bab 13 | Àskara

195 13 0
                                    

Seminggu berlalu semenjak terakhir kali hendra bertemu dengan vio, dia tidak pernah lagi bertemu dan berkomunikasi dengannya. Hendra yang enggan untuk meminta nomor vio kepada temannya, nova; dan mungkin sama halnya dengan vio atau bisa saja vio sebenarnya hanya mengganggap hendra sebagai orang asing yang hadir di kehidupannya. Sabtu malam pukul 19.00 waktu Indonesia bagian barat hendra mengendarai mobilnya membelah keramaian menuju cafe Àskara milik sahabatnya yaitu bagas. 45 menit hendra tempuh untuk tiba di tempat tujuannya, memakan waktu 15 menit lebih lama dari biasanya karena kepadatan jalan ibu kota tiap malam minggu. Dirinya bergegas masuk lantaran 15 menit lagi dia harus sudah berada di panggung kecil yang ada di sana untuk menyumbang suara.

"Artis kita dateng nih." sambut eigar saat hendra datang menghampiri meja nomor 12.

"Welcome artis, noh cewe cewe udah pada nunggu lu." timpal bagas.

"Dih." sahut hendra malas.

"Mau minum apa tis artis, gue pesenin."

"Pesenin apaan, lu berdua tiap malming ke sini gue yg bayar ya anjing." kata bagas setelah mendengar kalimat eigar.

"Weh kita ini penglaris, berkat wajah tampan gue sama hendra tiap malming cafe lu rame. Setuju ga ndra?" ujar eigar penuh percaya diri.

"Engga."

"Mampus endra ga belain lu." ledek bagas diikuti gelak tawanya setelah mendengar jawaban dari hendra.

"Gue mau americano, nanti aja abis gue nyanyi." ucap hendra kemudian meninggalkan bagas dan eigar, dirinya akan bersiap untuk menyumbang suara di cafe milik sahabatnya itu; reguleran di cafe Àksara merupakan kegiatan rutin yang hendra lakukan bukan untuk menambah uang jajannya melainkam hanya untuk mengisi waktu luangnya dan menyalurkan hobi bermuksinya.

Setelah semuanya siap, hendra mulai membuka sesi nyanyinya itu dengan menyapa para pengunjung cafe.

"Selamat malam semua." ucap hendra.

"Malamm."

"Selamat malamm."

"Malam ndraa."

Suara riuh pengunjung cafe saat suara hendra mendistraksi kesibukan mereka.

"Wow semangat banget ya, gimana kabar kalian, sehatt?" lanjut hendra.

"Sehatt."

"Sehat bangett."

"Puji tuhan sehat."

"Alhamdulillah sehat."

Teriakan riuh pengunjung, mayoritas perempuan yang sengaja mendatangi cafe Àksara hanya untuk mendengarkan hendra bernyanyi.

"Setelah 2 minggu gue ga nyanyi di sini, malem ini gue balik nemenin malem minggu kalian lagi. Tapi gue ga bakal lama karena gue cuma bakal nemenin kalian sampe jam 9." ucap hendra.

"Yahhh."

"Ko cuma sejam sih."

"Biasanya sampe jam 10."

"Cepet bangettt."

Protes para pengunjung lantaran mengetahui hendra hanya akan bernyanyi satu jam kedepan, lebih cepat dari biasanya.

"First song, gue bakal bawain lagu dari angga candra. Siapa yang di sini punya pacar dan percaya kalian bakal bareng sampe tua?" ucap hendra sebelum menyanyikan lagu yang dia maksud.

"Guee."

"Gue ga punya pacar."

"Sampe tua sama lu boleh ga."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Part Of Memories [salma × rony]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang