Kaki jenjang milik vio terus melangkah hingga memasuki cafe dengan nuansa homey dan minimalis. Ia berhenti tepat di depan kasir dan memesan minuman favoritenya.
"2 oreo frappuccino sama red velvet cake 1 ya kak"
"Baik ada lagi kak?" Ucap sang kasir.
"Itu aja, pembayaran pake qris ya kak"
"Baik mohon tunggu sebentar" sahut sang kasir.
Setelah menyelesaikan pembayaran, kini matanya mulai menyapu seluruh sudut cafe untuk melihat tempat mana yang akan dia singgahi. Vio memutuskan untuk singgah di cafe sepulang sekolah lantara jika ia langsung pulang ke rumahnya maka dapat dipastikan tugas-tugas yang deadlinenya berdekatan ini tidak akan tersentuh sedikitpun. Setelah cukup lama menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruang di cafe tersebut vio memutuskan untuk duduk di meja paling pojong di bawah pendingin ruangan, alasannya agar otak dia tetap dingin saat ia memerangi beberapa tugas yang akan ia kerjakan nanti.
Vio membuka laptopnya dan jemari lentiknya mulai menari-nari di atasnya mengetikkan kalimat demi kalimat dengan runtut. Vio memutuskan untuk mengerjakan tugas bahasa inggris terlebih dahulu karena menurutnya tugas ini cukup mudah ia hanya perlu mengetik mengenai text procedure. Disela dia mengetikkan sesuatu pada laptopnya 2 gelas oreo frappuccino dan 1 red velvet cake diantar oleh sang pelayan.
"2 oreo frappucino dan 1 red velvet cake ya kak, selamat menikmati"
"Iya, terimakasih" sahut vio sembari ternsenyum manis.
Vio melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat terhenti dan sesekali ia menyesap oreo frappuccino miliknya untuk membasahi kerongkongannya yang kering. 30 menit berlalu dan vio berhasil menyelesaikan tugas pertamanya. Ia merayakan keberhasilannya dalam menyelesaikan tugas bahasa inggris dengan menyuapkan sepotong red velvet cake ke dalam mulutnya.
"Wah enak" ucapnya sembari bertepuk tangan.
Vio bergegas menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas, kemudian mengeluarkan folio bergaris serta alat tulisnya. Kali ini vio akan bertempur dengan tugas matematika yang harus ia tulis dengan tangan. Vio menghela nafasnya saat hendak memulai pertempurannya.
"Ayo semangat pi, besok weekend kita selfreward" ucap vio menyemangati dirinya sendiri.
Vio memulai perangnya menghadapi berbagai soal terkait materi trigonometri. Vio tergolong siswa yang cukup cerdas hanya saja terkadang ia malas, sehingga ia tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas matematika. Menurutnya soal pada tugas yang diberikan masih tergolong manusiawi sehingga ia masih lihai menyelesaikannya.
Tanpa sadar sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya, orang itu lebih suka memperhatikan vio daripada menyahuti obrolan teman-temannya.
"Besok warung mami kuy" ajak bagas.
"Gue ga bisa, besok gue mau ke malang sepupu ada yang wedding" jawab eigar.
"Ga asik lu gar, lu gimana ndra? Masa ga skuy ngapelin mami, ga kangen si tari anak mami yang ngefans banget sama lu?" Sahut bagas. Yang ditanyai hanya diam, bahkan sepertinya hendra tidak mendengarkan ucapan bagas.
"Si anjing malah diem aja" kesal bagas.
"Woi ndra liatin apa sih" tanya eigar sembari memalingkan pandangannya mengikuti arah pandangan hendra.
"Ternyata lagi liatin cewek cakep" ucap eigar setelah tau apa yang membuat sahabatnya ini tak mendengarkan obrolannya.
"Biarin aja biarin, sawan baru tau rasa lu" kata bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of Memories [salma × rony]
Novela JuvenilViona Azzahra gadis muda yang akrab dipanggil Vio ini keluar dari SMA Merdeka seusai ia mengikuti outbound PMR dengan dalih untuk mempererat rasa kekeluargaan para anggotanya. Ia merupakan gadis cerewet, supel dan putri bungsu keluarga Raharja. Nahe...