Jangan lupa follow akun terlebih dahulu ya! Di tunggu votmennya Momol.
09.- Pindah rumah.
"Mereka bilang, orang tua adalah support terbaik di saat lelah, tapi bagiku, mereka adalah pemberi luka yang paling berjasa."
-Zaula Zevanya Andela-დ .•*””*• 𝑎 𝑛𝑜𝑣𝑒𝑙 𝑏𝑦 𝑎𝑏𝑦𝑦𝑙𝑎𝑡𝑡𝑒 •*””*•.დ
★ ★ ★
"La, mata lo masih perih?" tanya Okta seraya meletakkan sebungkus roti di atas nakas.
Zaula kini tengah istirahat di UKS. Tadi saat turun dari rooftop, Zaula hampir saja pingsan jika tidak ditolong oleh Okta dan Karina yang kebetulan lewat untuk mengembalikan buku ke perpustakaan karena tidak tega melihat kondisi Zaula.
Luka pada wajahnya, memar yang ada di mana-mana dan baju gadis itu yang kotor terkena debu. Belum lagi rambut yang berantakan serta air mata yang senantiasa membasahi kedua pipinya.
Karina mendekat, lalu menepuk pelan pundak Zaula yang hanya diam dengan tatapan kosong. "La, lo kenapa? Jangan ngelamun gini," ujar Karina mengingatkan.
Zaula menoleh, dan tersenyum tipis. "Kalian balik aja ke kelas, bel masuk udah bunyi."
"Tapi kita nggak tega ninggalin lo sendirian," sahut Okta.
"Zaula nggak papa kok, makasih Okta sama Karina udah banyak nolongin Zaula hari ini," balas Zaula tersenyum manis.
Okta dan Karina terenyuh sejenak menatap senyuman tulus itu. Di saat keadaannya terlihat tidak baik-baik saja, gadis itu masih bisa menunjukkan senyuman manisnya untuk orang lain.
Karina tersenyum, menepuk pelan pundak Zaula menyemangatinya. "Yaudah kita ke kelas, ya. Nanti kita bakal izinin lo. Kalau ada apa-apa guru ada di luar. Maaf kita nggak bisa bantu lo banyak," ujarnya, Zaula mengangguk pelan. Baginya Karina dan Okta sudah banyak membantu Zaula hari ini.
Seperginya Karina dan Okta, Zaula kembali melamun. Tangannya terangkat meraih sebuah kalung yang ia sembunyikan dibalik bajunya. Zaula menggenggam kalung bermotif separuh bulan tersebut.
"Kamu harus memilih Zaula, mau ikut Bunda atau Ayah?"
"KENAPA ANAK PEMBAWA SIAL SEPERTI KAMU HARUS LAHIR DARI GARIS KETURUNAN KELUARGA SAYA?!"
"Dalam keadaan sekarat pun, gue nggak pernah rela buang waktu untuk cewek nyusahin kaya lo."
"Dasar pembawa sial!"
"Saya harap kamu cepat mati menyusul kembaranmu, Zaula!"
"Dasar anak kurang ajar!"
"Lo cewek murahan, anjing!"
"Gue harap lo cepat menghilang dari dunia ini."
"Gue nggak bakal pernah mutusin lo sebelum gue puas bikin hidup lo hancur."
Semua cacian dan ucapan menyakitkan dari orang disekitarnya berputar di otak Zaula. Sakit rasanya mengingat semua perbuatan yang sudah mereka lakukan padanya. Padahal selama ini Zaula sudah belajar untuk menjadi seperti apa yang mereka mau.
Kehilangan kebahagiaan masa kecilnya, dituntut menjadi manusia sempurna dari sudut pandang sang ayah. Menjadi gadis yang selalu terlihat ceria seperti yang Nagara mau saat mereka awal pacaran.
Zaula sudah kehilangan segala kebahagiaannya hanya untuk menuruti kemauan orang-orang yang disayangnya. Namun, kenapa ini semua tetap terjadi padanya? Kapan kebahagiaan itu akan datang? Zaula selalu mencoba mengingat kesalahan apa yang dulu diperbuatnya sehingga orang-orang seakan menganggap dirinya adalah manusia yang menjijikkan dan tidak pantas mendapatkan kebahagiaan di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETAKNYA ASA [ZAUGARA] : (Slow Up!)
Teen Fiction"Di saat aku sudah selesai dengan lukaku, kenapa kalian baru datang memberikan pelukan?" Berdamai dengan trauma itu sulit. Zaula dipaksa kuat, menahan luka mendalam dari keluarga dan orang-orang yang seharusnya memberikan kasih sayang. Dihancurkan o...