Jangan lupa follow akun ya! Ditunggu votmennya Momol!
11.- Olimpiade matematika.
"Setiap orang mempunyai cara menemukan kebahagiaan mereka masing-masing, namun mereka tidak tahu cara yang tepatnya bagaimana."
-Zaula Zevanya Andela-დ .•*""*• 𝑎 𝑛𝑜𝑣𝑒𝑙 𝑏𝑦 𝑎𝑏𝑦𝑦𝑙𝑎𝑡𝑡𝑒 •*""*•.დ
★ ★ ★
Seminggu telah berlalu sejak rencana pernikahan Amara dan Derwangga yang telah direncanakan sejak awal sudah terlaksana kemarin. Saat ini, Derwangga sudah sah menjadi ayah tiri Zaula dan sudah tinggal bersama di rumah ini.
Zaula, yang sudah berpakaian seragam dengan lengkap, berdiri di depan lemari yang pintu bagian depannya di penuhi oleh kaca besar. Zaula memperhatikan pantulan dirinya sendiri dengan seksama.
Di depan cermin, Zaula terdiam sejenak sebelum menarik kedua sudut bibir mungilnya hingga membentuk senyuman manis.
"Apa pun yang terjadi, Zaula harus tersenyum," gumam Zaula menyemangati dirinya.
"Udah seminggu nggak ketemu Ayah, Kira-kira Ayah kangen nggak ya sama Zaula? Apa nanti Zaula main ke rumah Ayah?" gumam Zaula. Tiba-tiba, pikirannya melayang pada Dhamar, entah itu rindu atau apa, namun Zaula ingin menemui ayahnya itu.
Zaula mengambil tas ranselnya yang tergantung di belakang pintu. Setelah itu ia keluar kamar, tidak lupa mengunci pintu kembali.
Seperti biasa, saat turun ke bawah, Zaula disambut oleh senyuman hangat dari Derwangga. Berbeda dengan Amara yang selalu menyambut dirinya dengan wajah datar tak suka. Tidak masalah, Zaula sudah terbiasa.
"Selamat pagi, Ayah, Bunda," sapa Zaula tersenyum manis.
"Pagi, Zaula. Gimana tidurnya, nyenyak, Nak?" tanya Derwangga sambil memberikan roti bakar berselai nanas pada Zaula yang sudah duduk di depannya.
Zaula terdiam, ini pertama kali ada yang bertanya padanya. Gadis itu mengangguk lalu tersenyum. "Iya, Ayah."
Tidak ada percakapan yang berlanjut, anggota keluarga itu sibuk dengan sarapannya masing-masing.
Selesai menghabiskan roti, Zaula berdiri. "Ayah, Bunda, Zaula berangkat sekolah dulu, ya."
"Berangkat ya tinggal berangkat, Zaula!" sentak Amara yang sedari tadi hanya diam.
"Amara, kamu kenapa? Zaula hanya pamit, tidak seharusnya kamu membentak dia." Derwangga menatap Amara dingin yang hanya dibalas dengan tatapan malas.
"Ayah, Bunda jangan berantem, Zaula nggak papa. Kalau gitu Zaula berangkat dulu, assalamu'alaikum."
Zaula menyalami tangan Derwangga dan Amara yang terlihat terpaksa. Lalu berjalan menuju pintu seraya terus menatap Amara. Baru saja keluar dari gerbang rumahnya, kepala Zaula sudah di dorong oleh jari seseorang membuat gadis itu oleng dan hampir terjatuh.
"Lama banget sih lo?!"
Zaula tersentak kaget. Ternyata seseorang yang mendorong kepalanya tadi adalah Zoe Camilia. Masih ingat siapa Zoe?
"Zoe? Zoe ngapain di sini?"
"Bacot! Naik cepat lo!" Zoe menarik tas Zaula hingga gadis itu terseret mengikutinya ke depan sebuah mobil. Walaupun Zaula diam, ia bingung harus naik atau tidak. Apa yang akan Zoe lakukan padanya kali ini?
"Zoe, Zaula bisa jalan aja kok," tolak Zaula halus.
"Naik atau gue patahin kaki lo?" ancam Zoe. Tak ada pilihan, Zaula langsung masuk dan duduk di samping Zoe yang sudah masuk lebih dulu. Bagi Zaula, ancaman Zoe tidak pernah main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETAKNYA ASA [ZAUGARA] : (Slow Up!)
Roman pour Adolescents"Di saat aku sudah selesai dengan lukaku, kenapa kalian baru datang memberikan pelukan?" Berdamai dengan trauma itu sulit. Zaula dipaksa kuat, menahan luka mendalam dari keluarga dan orang-orang yang seharusnya memberikan kasih sayang. Dihancurkan o...