Jangan lupa follow akun terlebih dahulu ya! Di tunggu votmennya Momol.
04.- Pingsan.
"Setiap manusia punya caranya sendiri untuk menutupi apa yang dia rasakan setiap hari."
-Zaula Zevanya Andela-დ .•*""*• 𝑎 𝑛𝑜𝑣𝑒𝑙 𝑏𝑦 𝑎𝑏𝑦𝑦𝑙𝑎𝑡𝑡𝑒 •*""*•.დ
★ ★ ★
Seorang wanita cantik memasuki ruangan yang mana di dalamnya terdapat seorang pria tengah sibuk mengerjakan beberapa dokumen miliknya.
Menyadari kehadiran seseorang, pria itu menoleh dan tersenyum hangat. Senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapa pun selain dengan wanita tersebut.
"Ini Mas kopinya," ujar wanita itu meletakkan segelas kopi di atas meja. Pria tersebut langsung meminumnya.
Pandangan wanita itu langsung jatuh pada sebuah laptop yang menampilkan kamera CCTV di sebuah kamar. Terlihat seorang gadis dengan tubuh penuh luka dan lebam tengah bersusah payah menyeret tubuhnya menuju kasur.
"Kamu mukulin dia lagi, Mas?" tanya wanita itu tanpa mengalihkan pandangannya dari rekaman CCTV. Sesekali ia meringis seakan merasakan sakit yang dirasakan oleh gadis di sana.
"Aku butuh pelampiasan emosi, Kiara." Suara bass pria tersebut-Dhamar mengalun indah di telinga wanita yang dipanggilnya Kiara.
"Anak sialan itu memang perlu diberi pelajaran agar dia jera," sambungnya kembali menyeruput kopi dan kembali berurusan pada dokumen miliknya.
"Tapi kamu udah kelewatan, Mas," ujar Kiara, namun Dhamar tak mengidahkannya.
"Aku yakin itu pasti sakit," monolog Kiara pelan.
"Kamu mau sampai kapan memperlakukan anak kamu sendiri kaya gitu?" tanya Kiara.
Dhamar seketika menoleh menatap tajam Kiara. Membuat wanita cantik itu menunduk takut tak berani menatap manik hitam calon suaminya. Dhamar yang menyadari Kiara takut langsung mengubah ekspresi wajahnya, yang tadinya menatap tajam, kini berganti dengan tatapan lembut penuh cinta.
"Sampai kapan pun aku nggak akan pernah mengubah cara aku mendidik Zaula. Aku nggak akan membiarkan dia hidup tenang. Karena dia, putri kesayangan aku meninggal. Dia pembunuh, Kiara." Lembut, suara Dhamar terdengar sangat lembut. Namun, kata-kata tajam yang dikeluarkan pria tersebut membuat Kiara memberanikan diri mengangkat pandangannya.
Bohong, kata 'kesayangan' yang diucapkan oleh Dhamar itu tidak sesuai dengan kenyataan yang diperbuatnya. Pada akhirnya jika Zaila-kembaran Zaula berbuat kesalahan seperti Zaula, dia juga akan mendapatkan pukulan dan amukan dari Dhamar. Dhamar hanya menyayangi nilai yang diperoleh oleh kedua putrinya.
"Zaula nggak salah, Mas. Itu semua takdir. Aku yakin Zaula juga sama terpukulnya dengan kamu, dia juga ngerasain sakit kehilangan saudaranya. Seharusnya kamu sebagai Ayah membantu dia bangkit dari keterpurukannya, Mas. Bukan malah menghakimi dia dengan sikap kamu," balas Kiara dengan nada tegas namun tidak ada intonasi membentak di sana. Kiara mencoba memberikan pengertian pada Dhamar.
"Jangan menasehati aku, Kiara. Sampai kapan pun semuanya nggak akan pernah berubah!" imbuh Dhamar.
"Kalau gitu, lampiasin emosi kamu ke aku."
"Jangan asal bicara, kamu calon istri aku," balas Dhamar menatap Kiara datar.
"Kalau ke aku kamu nggak bisa, kenapa harus ke Zaula, Mas? Dia anak kamu, darah daging kamu. Dia cuma remaja yang nggak tahu apa-apa dengan persoalan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
RETAKNYA ASA [ZAUGARA] : (Slow Up!)
Genç Kurgu"Di saat aku sudah selesai dengan lukaku, kenapa kalian baru datang memberikan pelukan?" Berdamai dengan trauma itu sulit. Zaula dipaksa kuat, menahan luka mendalam dari keluarga dan orang-orang yang seharusnya memberikan kasih sayang. Dihancurkan o...