07.00 [RETAKNYA ASA]

164 32 215
                                    

Jangan lupa follow akun terlebih dahulu ya! Di tunggu votmennya Momol.

07.- Amarah Nagara.

"Untuk kesekian kalinya, aku patah karena kata-kata mereka."
-Zaula Zevanya Andela-

დ .•*””*• 𝑎 𝑛𝑜𝑣𝑒𝑙 𝑏𝑦 𝑎𝑏𝑦𝑦𝑙𝑎𝑡𝑡𝑒 •*””*•.დ

★ ★ ★

"I-ila, Z-zaila ... ARGHHH ZAILA!"

Zaula terbangun dengan napas yang tak beraturan. Kedua pipinya sudah basah dengan air mata. Tubuhnya bergetar dengan segala ketakutan, mimpi itu kembali datang menghantui dirinya.

Zaula menatap kedua tangannya. "Nggak, Zaula bukan pembunuh, Zaula bukan pembunuh," lirih Zaula seraya memeluk kedua lututnya, menenggelamkan wajah di sana.

Sejenak menangis dan mengeluarkan segala rasa takutnya, Zaula menoleh menatap pantulan dirinya dicermin kecil depan sana. Zaula menyentuh permukaan matanya yang terdapat luka akibat pukulan ikat pinggang Dhamar semalam.

Ceklek

Zaula dikejutkan dengan suara pintu kamarnya yang terbuka.

Yang membuka pintu adalah Bi Inah, asisten rumah tangga di rumah Zaula yang kembali setelah diliburkan beberapa hari karena anaknya yang di kampung menikah.

"Zaula ... Ya Allah, astagfirullah, Zaula ...." Bi Inah mendekati Zaula. Hatinya sakit melihat kondisi Zaula saat ini. Jauh lebih buruk dari yang terakhir kali Bi Inah lihat.

Kedua mata Zaula berembun mengetahui Bi Inah kini ada di hadapannya. Tanpa mengucapkan apa pun, Zaula berhamburan ke dalam pelukan Bi inah. Menyalurkan rasa rindu yang teramat kepada wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya.

Bi Inah membalas pelukan Zaula yang rapuh, ia menangis. Seakan merasakan rasa sakit yang Zaula pendam selama ini. "Zaula kenapa, sayang? Cerita sama Bibi, ya?" ujar Bi Inah mengurai pelukan, menggenggam kedua tangan Zaula lembut menyalurkan kekuatan untuk gadis malang itu.

"A-apa Bibi sayang sama Zaula?" tanya Zaula secara tiba-tiba.

"Kenapa kamu nanya kaya gitu, Zaula? Tentu aja Bibi sayang kamu, Bibi udah anggap kamu kaya anak Bibi sendiri, sayang."

"Kalau Bibi bisa sayang Zaula, kenapa Bunda dan Ayah nggak sayang sama Zaula? Apa Zaula anak yang nggak berguna? Zaula bodoh ya, Bi? Apa Zaula harus mati untuk dapatin kasih sayang mereka?"

"Zaula benalu ya untuk semua orang? Tapi Zaula juga nggak minta dilahirkan di dunia ini," lirih Zaula terisak pelan.

Bi Inah menggeleng, mengusap bekas air mata dan luka lebam yang menghiasi wajah cantik Zaula, begitu pula dengan memar pada matanya. "Nggak boleh ngomong gitu, cantiknya Bibi. Bibi sayang sama Zaula, sayang banget. Jadi Zaula nggak boleh anggap diri Zaula sebagai benalu, ada banyak di dunia ini yang sayang sama Zaula."

Zaula semakin terisak, kembali memeluk Bi Inah dengan erat. Bi Inah membalas pelukan Zaula seraya mengusap lembut rambut gadis itu.

"Sekarang mending Zaula siap-siap, ya. Jangan sampai telat berangkat sekolahnya."

Zaula mengangguk, Bi Inah tersenyum lalu melangkah keluar dari kamar.

Setelah membersihkan tubuhnya dan menggunakan seragam yang lengkap, Zaula duduk di pinggir kasur sembari mengobati luka-lukanya

"Shh ... akhh ...." Zaula berteriak kesakitan saat kapas yang sudah ditetesi oleh alkohol itu menyentuh permukaan matanya. Selanjutnya gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat menahan rasa perih yang teramat saat kapas itu terolesi pada luka Zaula.

RETAKNYA ASA [ZAUGARA] : (Slow Up!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang