chapter three.

909 50 0
                                    

"Lu nampar Aldrick Hawthorne

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu nampar Aldrick Hawthorne. Sang Aldrick Hawthorne." Cana mengulang dengan penuh penekanan, kedua tangannya melipat di dada sambil memandang penuh pertimbangan, "Tindakan yang cukup bodoh sih sis, kalau menurut gua."

Audrine tidak seharusnya meminum dua gelas vodka sebelum menceritakan kronologi kejadian siang ini kepada temannya. Mengenal Cana, perempuan itu tidak akan melewatkan rincian sekecil apa pun jika sudah membahas sebuah gosip.

"... Dia duluan yang mulai," Audrine berusaha meluruskan sebelum dipojokkan lebih dalam oleh Cana, "sebagai seorang pebisnis, gua justru lebih heran kenapa dia bisa berhasil sejauh ini dengan personalitas yang sampah."

Cana berdecak tidak setuju, "Hati-hati. Walaupun gua gak kenal orangnya langsung, tapi banyak langganan di sini yang bakal penggal kepala lu kalau tau lu ngomongin Aldrick dengan konotasi jelek kayak gitu."

Audrine mendengus tidak peduli. Ia tidak merasa dirinya mengucapkan sepatah kata pun yang salah di sini.

"Lu harus inget, mau gimana pun, posisi Aldrick di sini sebagai potensial klien lu. Klien dengan posisi dan power yang cukup besar," tekan Cana. "Gua sepenuhnya ngerti kenapa Chris memutuskan buat ngalah dan menanggung beban kesalahan kasus ini. GH Media bisa dapetin profit jauh lebih banyak kalau bisa dapet dukungan Aldrick dalam bisnisnya."

Audrine bukannya tidak memahami hal itu. Sebagai lulusan sarjana bisnis, jelas dirinya pun tahu bahwa network merupakan salah satu faktor paling penting dalam dunia bisnis. Hanya saja ...

"Gua gak ngerasa Aldrick bakal memihak ke GH Media," jelas Audrine. "Dari cara dia ngejelasin kalau media-media lain ngomongin kita, berarti dia pun juga punya koneksi dengan kompetitor-kompetitor lain. Terlebih dia pun setuju dengan apa yang diomongin mereka."

Dari awal kerja sama kolaborasi artikel dilaksanakan antara GH Media dan TERA Group, Audrine sudah mempunyai firasat buruk. Tak disangka dugaannya benar, impresi CEO TERA Group sudah jauh dari kata baik, bahkan sebelum mereka bertemu dan mengenal eksistensi satu sama lain.

"Hm, gua gak ngeliat Aldrick Hawthorne kayak tipe yang akan semudah itu memihak ke media mana pun, sih."

"Kita gak pernah tau," hardik Audrine. "Dan dengan situasi GH Media saat ini, lebih baik mengantisipasi daripada terlanjur terjebak ke perangkap musuh."

Cana menaikkan satu alis bingung, "Situasi saat ini?"

Ia tidak dalam suasana hati yang ingin membahas hal berat. Memilih untuk tidak menjawab, Audrine mengangkat tangannya untuk memesan satu gelas alkohol lagi.

 Memilih untuk tidak menjawab, Audrine mengangkat tangannya untuk memesan satu gelas alkohol lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Empat puluh menit berlalu dan Audrine jauh dari kata sadar. Satu gelas vodka pesanannya berujung menjadi dua tambahan gelas lagi karena ulah Cana yang berniat membuatnya melepas penat hari ini. Sungguh, apa yang bisa diharapkan dari Cana?

Dengan langkah yang kurang lurus, Audrine melewati lorong panjang hendak pergi ke toilet. Ia menaikkan satu alis kebingungan, ia sudah beberapa kali menghabiskan waktu di bar ini karena temannya yang merekomendasikan tempat ini, tapi apakah arah ke toilet biasanya sepanjang ini?

Mungkin efek dari alkohol membuatnya sedikit berhalusinasi, Audrine pun berusaha untuk mengingat kembali lokasi kamar mandi. Seingatnya, ia hanya harus belok kiri dan membuka pintu terletak di paling ujung ...

 Seingatnya, ia hanya harus belok kiri dan membuka pintu terletak di paling ujung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penglihatannya disapa dengan meja bar kecil yang berisi berbagai tipe alkohol. Audrine mengernyit bingung, tempat ini tidak terlihat seperti kamar mandi sama sekali.

Selain televisi dan lukisan, ada juga beberapa hiasan mewah yang membuat Audrine menyadari bahwa dirinya baru saja masuk ke private room salah satu tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain televisi dan lukisan, ada juga beberapa hiasan mewah yang membuat Audrine menyadari bahwa dirinya baru saja masuk ke private room salah satu tamu. Di tengah ruangan, terdapat meja hias, coffee table, dan sofa yang cukup panjang.

Melihat ada sosok pria yang duduk di salah satu sofa ruangan, Audrine hendak meminta maaf kepada pemilik ruangan sebelum keluar dari tempat tersebut. Sampai suara rendah pria itu terlebih dulu menyapa pendengarannya,

"Udah balik lu, Den?"

Tubuh Audrine menegang.

Suara itu, ia sangat amat mengenalnya ...

"... Aldrick?"

DREAMBITION [Billionaire CEO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang