chapter twelve.

429 47 13
                                    

Berbekal secarik kartu nama di tangan kanannya, Audrine melirik ragu ke arah bangunan tinggi yang ada di depan matanya. Tulisan berkapital besar "TERA GROUP" di depan pintu masuk sudah menjadi tanda yang sangat jelas bahwa dirinya berada di alamat yang benar. Hanya saja, dirinya yang masih ragu bahwa pilihannya untuk datang sendiri ke bangunan tinggi itu merupakan keputusan yang tepat.

Ia masih mengingat jelas ucapan Aldrick di depan rumahnya dua hari yang lalu, menginstruksikannya untuk datang ke perusahaan TERA dua hari setelah pertemuan makan malam karena ada keperluan penting. Awalnya, Audrine tidak paham maksud dari permintaan lelaki itu. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban jelas bahkan ketika mempertanyakan kepentingan apa yang mengharuskan dirinya datang sendiri ke perusahaan TERA.

"Time to make advantage of the deal, Kitten," jelas Aldrick dengan senyuman kecil, "saya sudah datang ke acara keluargamu sebagai tunangan yang sepadan, sepantasnya kamu membalas kebaikan itu dan bermain peran tunangan yang baik juga, bukan?"

Mau tidak mau, Audrine harus merelakan jam istirahat kantornya dan datang ke alamat yang tertera di kartu nama Aldrick. Wanita itu menghela napas pasrah, entah kejadian apa yang menantinya setelah ini? Bahkan ia tidak diberi bayangan apa pun dan disuruh langsung datang saja.

Memberanikan diri untuk masuk lewat pintu kaca otomatis, penglihatannya memandang ke arah lautan manusia yang ada di depannya. Audrine mengernyit bingung, mempertanyakan acara apa yang membuat segerombolan orang kini mengantri tepat di depan meja resepsionis.

Hal pertama yang Audrine sadari adalah kelompok orang tersebut hanya beranggota perempuan. Selain itu, mereka semua berpakaian dan berdandan cukup rapi layaknya ada acara penting. Audrine juga menyadari bahwa tidak ada satu pun di antara mereka yang mengenakan nametag perusahaan, mengartikan sekelompok perempuan yang ia lihat bukanlah karyawan dari perusahaan TERA.

Audrine meraih ponselnya hendak menghubungi Aldrick bahwa dirinya sudah di bawah. Tepat setelah menekan tombol 'SEND' di aplikasi iMessage-nya, ia mendengar suara lantang di antara kerumunan perempuan di depannya yang cukup tinggi.

"Apa maksudnya Aldrick Hawthorne gak bisa ditemuin lagi?!"

Sang resepsionis mengulas senyuman ramah, wajahnya sedikit resah, "Mohon maaf sebelumnya, jika ada permasalahan dengan produk kami, maka kalian bisa kami alihkan ke arah customer service atau tim teknologi yang bersangkutan-"

"Kita gak mau ketemu sama bawahan-bawahan itu, kita mau kirim keluhan langsung ke pemilik perusahaannya. Paham?!" Salah satu wanita di kerumunan itu kembali menjawab dengan tegas.

"Kamu gak tau ya lagi bicara sama siapa? Client penting kalian nemuin masalah di produk yang dia beli. Di antara kita ada putri dari Pak Cornellius Ottman, pemilik perusahaan minyak OLDEN dan salah satu keluarga terkaya di negara ini! Permasalahan besar gini masih berani-beraninya cuma disuruh ketemu dengan karyawan biasa?!"

Mendengar nama yang tidak asing tersebut, Audrine langsung tersentak. Atensinya berpusat pada perempuan yang ditunjuk, matanya melotot tidak percaya. Benar saja, di depannya adalah ...

"Seorang Valentia Ottman disuruh bicara dengan sekedar customer service? Jangan bercanda!"

Valentia Ottman.

Namanya yang sangat dikenalnya. Terlalu kenal sampai tubuhnya menegang.

Ada rumor kecil di kalangan dunia elit yang sebenarnya sudah cukup lama beredar, tapi tidak ada yang berani membahasnya lebih dalam. Bisikan informasi bahwa Valentia Ottman menunjukkan afeksi terang-terangan, namun belum dibalas oleh Aldrick Hawthorne. Bahkan ada beberapa dugaan bahwa wanita itu sering mengintai Aldrick sampai ke kehidupan pribadi lelaki itu.

Dengan kekuasaan dan pengaruh keluarga Ottman yang cukup besar di dunia minyak, tidak ada yang berani mempermasalahkan lebih lanjut atau mempertanyakan obsesi anak perempuan Cornellius yang sedang jatuh cinta bertepuk sebelah tangan. Apalagi, ayahnya terlihat cukup mendukung relasi antara keduanya, sebab berhubungan dengan Aldrick Hawthorne tentunya akan sangat membantu bisnis keluarga mereka juga.

GH Media sempat ingin mendalami gosip yang beredar panas dan meliput kasus ini, tetapi niat itu dikurung setelah melihat reaksi keduanya yang cukup pasif. Lebih baik tidak mencari masalah dan menggali terlalu dalam kasus yang masih belum pasti. Resiko yang dialami terlalu beaar hanya demi mengumpulkan bukti. Alhasil, jika ternyata rumor tersebut memang hanyalah gosip tak berdasar, media yang menguliti kasus tersebut bisa terjerat kasus pencemaran nama baik dan merusak relasi dengan salah satu pebisnis terbesar di dunia.

Walau GH Media tidak sempat mencari tahu kenyataan kasus itu, sepertinya sekarang tidak perlu diragukan lagi bahwa rumor tersebut terbukti benar. Melihat Valentia berada di segerombolan perempuan yang bersusah payah mencari kesempatan untuk bertemu Aldrick, sampai membuat kerusuhan di depan perusahaan lelaki itu demi bisa berbicara dengannya. Bahkan tampaknya, Valentia sendiri yang menjadi ketua dari kelompok tersebut.

Jantung Audrine berdebar kencang, mukanya memucat. Gawat. Posisinya saat ini sebagai tunangan Aldrick pasti sudah terdengar sampai ke telinga Valentia. Walau tidak bisa dihindari, tapi ia tidak ingin menciptakan pertengkaran dengan salah satu keluarga berpengaruh di negara ini.

Audrine hanya bisa berharap Valentia belum menyadari keberadaannya di gedung itu. Dengan keringat dingin yang sudah mulai mengalir dari pelipisnya, ia berpikir keras dan merencanakan rute untuk melarikan diri. Baru saja ia hendak pergi menjauh dari lobby pintu masuk, tiba-tiba niatnya terhambat ketika merasakan sebuah lengan kekar yang melingkari pinggungnya. Audrine menoleh ke belakang, melihat senyuman miring yang menjadi khas pria yang satu kepala lebih tinggi darinya itu. Aldrick, tunangannya kini tengah menatapnya dengan penuh antisipasi, sebelum menyapanya hangat,

"Saya harap saya tidak membuatmu menunggu lama di bawah, Kitten."

Tubuh Audrine menegang, terlebih ketika ia melihat atensi segerombolan wanita yang tadinya masih berbicara dengan resepsionis, kini sudah berpusat ke arahnya.

Sangat bagus.

Audrine bisa merasakan tatapan kerumunan tersebut yang kini bagai ingin menusuk tubuhnya dengan pisau tajam. Jika tatapan mata bisa membunuh, Audrine yakin ia sudah tidak bernyawa. Memaksakan senyuman kecil untuk membalas keramahan tunangannya, Audrine pun menjawab dengan pelan,

"Aldrick, kamu sengaja ngerencanain ini semua, ya?"

"Apa maksudmu?"

"Timing permintaan bertemu kamu di gedung perusahaan TERA. Dengan masalah di depan mata saat ini, terlalu banyak peristiwa yang pas-pasan terjadi untuk dibilang kebetulan. Are you trying to use me to chase away your fangirls, Aldrick?"

Aldrick tidak langsung menjawab, senyumannya melebar mendengar pertanyaan itu.

"As expected, kamu cerdas dan cepat memahami situasi. Saya tidak salah memilih calon istri."

Rasanya, Audrine ingin menembak Aldrick tepat di kepala. A little warning would be nice.

-💵-

(Author's Note)
uda mulai muncul karakter baruu hehe

gimana sejauh ini? bagian apa yang kalian tunggu-tunggu di cerita ini? 😍

target 35 votes dan 10 komen untuk next chapter 💞 ayo semangattt

DREAMBITION [Billionaire CEO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang