Seminggu berlalu sejak pertama kali kedua insan yang dibalut status Tuan dan Budak itu melakukan persetubuhan pertama mereka.
Dan semenjak sakit di keesokan harinya sampai kini seminggu berlalu pun Hema terus menerus mengalami mimpi yang sama.
"Apasih elaahh! Kok gue mimpiin orang kejam kayak elu terus! Pergi lu pergiiii! " geramnya marah dengan mata setengah terpejam.
Kantuk masih teramat menguasainya karena merasa tidurnya terganggu. Tapi lagi-lagi ia juga dilanda kesal tiada berujung sebab selalu memimpikan orang itu, memimpikan sosok Tuan yang sudah mengambil keperawanannya.
Hema memang kesal sebentar, tapi karena masih mengantuk pun ia kembali tidur menyamping sembari memeluk guling.
Mengabaikan mimpinya yang aneh.
Padahal kalau Hema mau bangun, padahal kalau Hema mau sadar sebentar saja dari kantuknya, ia akan tau kebenaran bahwa semua itu bukanlah mimpi.
Itu nyata.
Nyata bahwa Johan, sosok yang mengklaim dirinya sebagai Tuan-nya Hema, memanglah selalu duduk di sebelah sang budak kala empunya sudah tertidur tepatnya setiap larut malam.
Pria yang jauh lebih dewasa dari Hema itu hanya akan duduk diam sambil memandang wajah Hema yang jujur saja -ekhm- semakin cantik.
Bengkak bekas tamparan tangan kasar Johan sudah hilang, luka robek di sudut bibirnya juga sudah sembuh, bahkan kulit Hema semakin lama semakin halus dan putih.
Tak ada yang tau bahwa sesungguhnya dalam hati Johan, ia merasa terdapat sedikit rasa lega ketika tubuh Hema tidak jadi lebih kurus dibanding sebelumnya.
Hatinya tergerak sendiri untuk memberikan banyak makanan yang budak itu sukai. Jangan tanya dari mana Johan tau, karena selain pekerjaan kantornya yang begitu banyak, ia juga memiliki pekerjaan sampingan yang kali ini tidak digaji yaitu mengamati budaknya melalui pantauan cctv.
Ia ingat, setiap menu proteinnya daging sapi, sosok itu akan tersenyum kegirangan. Buah kesukaannya adalah manggis dan apel, tak suka brokoli tapi suka kimchi. Suka daging ayam, tapi jauh lebih suka daging sapi.
Seminggu terakhir juga Johan tak menampakkan diri di hadapan budaknya ini. Tapi meskipun begitu, seperti yang dikatakan tadi bahwa setiap malamnya saat Hema tidur, Johan selalu datang ke kamarnya.
Tidak ada kegiatan kasar lainnya yang Johan lakukan, melainkan hanya diam memandang si target yang tengah terlelap.
Terkadang tangannya tergerak sendiri tanpa perintah, memberi usapan seringan kapas di pipi maupun kepala Hema. Hal itulah yang kadang membuat tidur Hema sedikit terganggu, berakhir si empunya malah mengira sedang bermimpi.
Dan malam ini, entah kemauan dari mana tapi Johan terdorong untuk bersuara.
"Kamu tidak rindu saya?"
Sejenak Johan hanya diam seolah menunggu jawaban. Hingga kemudian ia mendengus pelan, lucu menyadari tindakan bodohnya sendiri.
Apa yang ia ucapkan?
Bisa-bisanya bertanya seperti itu pada seorang budak yang harusnya tunduk di bawahnya?
Saat Johan hendak berdiri berniat keluar dari kamar itu, suara gumaman kecil ditangkap oleh telinganya membuat kaki jenjangnya berhenti melangkah.
"Gak rindu... cuma...
jeda sesaat sebelum Hema kemudian lanjut menggumam,
pengen liat muka Lo..."
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA || [Johnhyuck]
Fanfiction[Spin-off dari buku Mas Jendral] Padahal Hema disiksa, mentalnya sudah dihancurkan dan tubuhnya sudah terlalu banyak menerima luka, tapi kenapa hatinya malah menginginkan untuk selalu berada di sisi lelaki kejam tersebut? Mungkin ini memang 'Karma'...