Bab 7 : Pilihan Ryu
Para petinggi TAPOPS itu berjalan masuk ke ruangan luas yang menjadi ruangan komandan. Kelima remaja yang ada di ruangan seketika berdiri dan berkumpul. Kelima orang dewasa yang baru datang berjalan melewati para remaja dan berdiri di belakang meja sehingga mereka dan anak-anak terhalang benda persegi panjang itu.
Kokoci berdeham, di balik kacamata hitamnya memandang para petinggi TAPOPS dan salah satu agen mudanya. Lalu mata itu berpindah pada sesosok laki-laki tinggi berambut putih panjang yang diikat dua kali, beriris mata emas, mengenakan kaos hitam dan jaket merah juga celana jeans hitam dengan sobekan di lutut. Menelan ludah, setelah kejadian beberapa menit lalu dia cukup segan untuk menyinggung pria itu. Meski begitu, di depan anggotanya dia harus menjaga martabat. Kokoci membuka suara memandang para agen muda.
"Kalian sudah bertemu, tapi akan kuperkenalkan secara resmi. Dia Ryu. Dia juga anggota TAPOPS."
Geraman terdengar dari pria berambut putih itu. Kokoci mengalihkan pandang, tidak berani menantang mata emas yang galak itu.
Para agen muda, Fang, Boboiboy, Yaya, Ying dan Gopal memandang Ryu. Mereka cukup terkejut melihat pria itu dengan pakaian santai, tidak lagi mengenakan pakaian seperti aktor pendekar pedang Tiongkok di bumi.
"Aku bukan anggota TAPOPS!" Ryu berseru. Kepribadiannya benar-benar seperti anjing yang galak dan suka menyalak.
Kokoci membenarkan kacamata. "Tapi kau pernah tinggal di sini. Kau juga pernah berlatih dengan Laksamana Tarung dan Kapten Kaizo."
"Aku tidak pernah berlatih dengan mereka, Kokoci!" suaranya menggelegar. Hanya suara, tapi cukup untuk membuat para agen muda gemetar.
Melihat mata emas itu berkilat kesal, Kokoci tidak mau memperpanjang basa-basi. Bisa-bisa stasiun mereka hancur kalau pria itu murka.
"Baiklah, intinya, Ryu akan tinggal di sini mulai sekarang. Dia akan melatih kalian—"
"Sepertinya kau salah paham, Kokoci." potong Ryu. "Aku tidak setuju untuk melatih mereka."
"Tapi—" Laksamana Tarung ikut bicara tapi lagi-lagi dengan tidak kenal takut Ryu menyela.
"Aku setuju mengambil murid, tidak berarti aku akan melatih mereka semua. Pelatihanku tidak bisa didapat semudah itu."
Kokoci menghela napas mendengar nada angkuh itu. Ia tahu tidak mungkin menang melawan si keras kepala yang disebut sebagai pembuat onar seantero galaksi apalagi dengan memaksa. Setidaknya, Ryu mau tinggal untuk membantu mereka meningkatkan kekuatan, itu sudah bantuan besar.
"Baiklah. Kalau begitu, Boboiboy, majulah." ucap Kokoci. Boboiboy lah yang saat ini paling membutuhkan bantuan untuk mengontrol kekuatannya jadi sepertinya bagus menyerahkan anak itu untuk belajar dari salah satu legenda galaksi.
Boboiboy yang dipanggil berjalan maju ragu-ragu. Dia menatap teman-temannya. Anak itu masih ingat dengan serangan yang dia terima, bahkan perban masih terpasang di balik pakaiannya. Kaizo dan Tok Kasa sedari tadi hanya diam menonton. Dan diantara mereka semua, ada sepasang tangan yang mengepal erat diam-diam, tidak peduli rasa sakit menyerang karena meremas lukanya sendiri.
Ryu, dengan ekspresi yang selalu kesal—kening mengernyit, alis tertaut, sorot mata tajam dan rahang kencang—menatap deretan 5 anak remaja itu. Tangan masuk ke saku celana, dia melangkah maju.
Setelah berjalan 5 langkah, kini dia berhadapan dengan Boboiboy yang berusaha mengukir senyum meski canggung. Baru Boboiboy akan bersuara untuk menyapa, nada sengit Ryu lebih dulu meluncur.
"Minggir!"
Boboiboy refleks langsung menyingkir. Ryu melanjutkan langkah mendekati remaja yang berdiri di pinggir, sedikit terpisah dari anak yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sua Parte [Fang]
FanfictionTidak ada lagi semangat membara. Tidak ada lagi rasa persaingan intens dengan sahabatnya. Tidak ada lagi kebencian melihat kakaknya lebih menyukai sang sahabat dibanding dirinya. Anak kecil itu sudah berubah, sama sekali berbeda dengan anak yang beb...