Bab 6 : Ryu
2 hari kemudian, sebuah portal muncul di depan stasiun TAPOPS. Sebuah kapal angkasa keluar. Setelah 2 hari melewati dua pertiga jarak, Ochobot menggunakan teleportasinya hingga menghemat satu hari perjalanan.
Kapal angkasa itu mendarat di hangar. Para alien mop yang berlalu-lalang berhenti dan menatap kapal. Pintu terbuka, tangga terpasang dan para penumpangnya melangkah turun. Di paling depan ada remaja tambun dan pria dewasa berjenggot yang langsung lari menuju kantin. Lalu seorang pemuda berjaket oranye yang mengulas senyum manis, sebuah bola kuning tergendong di tangannya, di belakangnya adalah dua orang gadis yang mengobrol ceria lalu ada seorang pria dewasa muda berambut putih dengan pakaian aneh yang tidak pernah mereka lihat. Baru di paling belakang ada remaja tampan berkulit putih dengan kacamata biru dan blazer tanpa lengan.
Para alien mop yang berbisik-bisik karena melihat satu bebatan perban putih di leher pemuda oranye hingga tertutup di balik kaos, dibuat kaget bukan main melihat keadaan alien yang berjalan di paling belakang itu. Bagaimana tidak terkejut? Memang tidak terlihat adanya darah segar, tapi seluruh tubuhnya penuh luka. Wajah tampannya tertempel plester ungu di atas alis, pipi dan dagu, belum lagi belasan bekas sayatan di hidung, bawah mata, pipi, dagu yang darahnya telah mengering. Di leher, melingkar perban hingga ke balik kaos. Kedua lengannya yang terekspos dibebat perban sepanjang bahu hingga pergelangan, yang kanan terbungkus perban hingga ke telapak tangan, ibu jari dan setengah panjang empat jari lainnya, sedangkan yang kiri tidak tertutup sarung tangan sehingga menampakkan sekitar lima goresan. Bagian dada dan perutnya memang tidak terlihat, tapi kakinya berjalan tidak seimbang, sedikit pincang. Tapi seolah tidak terluka, anak yang baru 16 tahun itu berjalan tenang, wajahnya datar mengabaikan semua bisik dan tatap.
Di tengah bisik-bisik dan gumaman, derap langkah terdengar. Orang-orang di hangar mendongak, di atas sana, lantai yang menghubungkan ke lorong-lorong bangunan TAPOPS, berdiri alien hijau berkepala kotak dan berkacamata. Senyumnya yang lebar meluntur saat melihat ke arah agennya yang telah bergabung paling lama dengan TAPOPS dibandingkan semua agen yang tergabung di misi kali ini.
Tanpa mengatakan apapun, Kokoci berbalik begitu saja. Anak-anak bingung, mereka berhasil mengerjakan misi tapi komandan mereka tidak nampak senang. Sang leader di belakang, dia tidak tahu apa ekspresi yang ditampilkan komandannya di balik kacamata hitam tapi dia melihat bagaimana sudut bibir itu melengkung ke bawah.
Di tengah keheranan, jam kekuatan mereka berbunyi. Ada pesan masuk dari komandan, menyuruh mereka mengantar Ryu ke sebuah ruangan, ada juga peta yang menunjukkan dimana ruangan itu.
Berbeda dengan para agen muda yang kebingungan kenapa Kokoci tidak menyapa mereka sama sekali dan malah pilih mengirim pesan, Ryu memandang tidak suka ke tempat Kokoci tadi berada. "Keparat itu..."
Mengabaikan umpatan Ryu, anak-anak membimbing pria itu menuju ruangan yang diperintahkan. Tidak butuh waktu lama, mereka sampai. Itu adalah sebuah kamar luas dengan satu kasur yang cukup besar menempel di dinding dengan jendela besar yang menampilkan langit galaksi, nakas, meja, dua rak buku penuh, lemari besar dan satu pintu menuju kamar mandi juga beberapa barang lain.
Di dalam kamar itu sudah ada sang komandan TAPOPS, Laksamana Tarung, Kaizo dan Tok Kasa. Saat anak-anak memberi hormat, para petinggi justru salah fokus menatap perban di tubuh dua anak laki-laki. Tidak ada komentar apapun untuk luka itu seolah mereka sudah menduganya.
Apa yang mengganggu hati Fang adalah bagaimana para atasannya menatapnya dari atas ke bawah seperti memindai apa saja bagian tubuhnya yang terluka, tapi saat berpindah ke Boboiboy mereka seolah benar-benar mencari luka dengan cermat, penuh perasaan peduli dan khawatir.
Terjadi keheningan beberapa saat hingga Kokoci buka suara.
"Kerja bagus. Sekarang pergilah untuk istirahat sebentar. Kami akan memanggil kalian lagi nanti." anak-anak mengangguk. Kokoci menatap tangan kanan Fang terang-terangan. "Fang, karena tanganmu terluka, biarkan Yaya atau Ying saja yang menulis laporan. Kau tidak perlu, kau bantu saja mereka kalau ada yang tidak mereka pahami. Kalian berdua, kirimkan padaku saat sudah selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sua Parte [Fang]
FanfictionTidak ada lagi semangat membara. Tidak ada lagi rasa persaingan intens dengan sahabatnya. Tidak ada lagi kebencian melihat kakaknya lebih menyukai sang sahabat dibanding dirinya. Anak kecil itu sudah berubah, sama sekali berbeda dengan anak yang beb...