part 3

120 10 0
                                    

Chelsea perlahan membuka mata dan mendapati diri nya berada di sebuah taman misterius, terdapat banyak hal menakjubkan dan ajaib yang terlihat begitu indah di sana. 

Chelsea berkedip tak percaya, "Ini surga? gue udah mati? secara konyol?!." 

"Yang mati konyol itu gue, bukan lo". Chelsea menengok ke sumber suara dan mendapati seorang gadis dengan gaun putih yang terkesan sederhana tapi sangat cantik dikenakan nya. 

Chelsea merasa bingung dengan posisi nya sekarang, apakah gadis ini bidadari?. 

"Lo? mati konyol?" Tanya Chelsea ragu dan di angguki oleh Clara. Tepat sekali, jika kalian menebak gadis itu adalah Clara, benar.

Clara mulai menceritakan kisah nya pada Chelsea, dengan mulut melongo Chelsea masih tidak percaya jika dirinya akan ber transmigrasi pada raga gadis ini. Ayolah itu sama sekali tidak masuk akal menurut nya, bahkan sungguh tidak masuk logika sama sekali!.

"Gue juga sama kaya lo, jiwa yang hilang. Tapi, gue bisa kembali ke alam roh. Berarti, gue ngga bakal hidup lagi dan abadi di sana." Jelas Clara membuat Chelsea malah penasaran.

"Kenapa gue bisa hidup di raga lo? kenapa lo ngga kembali ke raga lo kaya semula?" 

Pertanyaan Chelsea msmbuat Clara tersenyum, "Karena kita sebagai jiwa yang hilang, ngga bisa menempati raga yang sama setelah keluar. Dan lo bisa menempati raga gue karena kesamaan waktu dimana kita menghembuskan nafas terakhir." Jawab nya. "Dan, entah kebetulan atau apa. Tanggal dan bulang lahir kita sama, hanya beda tahun saja, lo setahun lebih tua dari gue." 

Chelsea mengangguk meng iya kan daripada harus pusing dengan semua hal yang tidak masuk akal ini. 

"Lo paham kan? gue harus pergi." Kalimat Clara menyadarkan nya dari lamunan. Belum sempat menjawab, ia merasa kepala nya tiba tiba seperti di hantam sebuah batu besar. Rasanya sama seperti saat ia ditabrak oleh bus kala itu.

Mulai detik ini, Chelsea adalah Clara. Jadi kita lupakan panggilan Chelsea dan beralih ke Clara. 




🌟





Ruangan serba putih dengan bau obat obatan menjadi ciri khas tempat itu.

Gadis yang tengah memperjuangkan hidup dengan bantuan berbagai alat medis itu mengerutkan dahi.

Seperti ada sesuatu yang tengah terjadi di alam bawah sadar nya.

Dan beberaoa detik kemudian, gadis itu membuka mata dengan nafas nya yang tidak karuan.

Seolah seperti baru saja melihat ajal di depan mata, tetapi memang begitu lah kenyataan nya. 

Wanita paruh baya yang tengah tertidur di kursi tak jauh dari nya langsung terbangun dan dengan mata berbinar wanita itu langsung memberikan Clara minum. 

Ia sungguh telaten, seolah tahu apa saja yang ia butuh kan sekarang ini. 

Clara yang kagum mengedipkan mata nya beberapa kali, apakah ia sedang di rawat oleh ibu peri?. 

"Yang sakit yang mana Ra? Mama khawatir banget takut kamu kenapa napa! jantung mama hampir copot kemarin!" Suara yang lembut tapi penuh tekanan di akhir dan di tambah mata yang sembab sembari sedikit melotot membuat Clara tersadar. 

Otak nya yang masih setengah bekerja mulai menyaring segala nya, bagaimana bisa ibu peri ini bisa menjadi mama nya?. "Mama?" 

Amy mengerutkan kening nya saat sadar ada yang aneh dari putri nya itu, "Iya, mama. Mama yang ngelahirin kamu, kamu ngga amnesia kan Ra?"

Clara berpikir sejenak, 'Mama? Ra? maksudnya Clara?' Batin nya bertanya tanya apakah sekarang ini ia benar benar menjadi Clara?. 

"Ma, nama aku Clara?." Tanya nya untuk memastikan keadaan yang menurut nya masih tidak masuk akal ini. 

Amy yang awal nya berkaca kaca tidak jadi setelah mendengar pertanyaan konyol putri nya.

"Kepala kamu kayaknya bermasalah Ra, Mama khawatir kalo nanti nilai kamu makin turun." Jawaban Amy membuat Clara melongo.

Seperti nya semua emak emak di bumi sama saja, selalu membawa nilai di setiap masalah, contoh nya sekarang ini. 

Clara tersenyum, "Ngga Mak, Clara masih sehat wal-a-fi-at."

Clara sudah menjelaskan sebelum nya, Mama nya ini ke ibu an tapi bisa di jadikan sebagai teman juga, Chelsea mengerti sekarang.

Tak berselang lama, pria paruh baya masuk sembari menenteng sebuah plastik berwarna hitam.

Pria itu tersenyum lebar ketika mendapati putri nya yang sudah siuman, langsung ia menghampiri dan memeluk nya. 

"Putri Kecil Papa udah bangun ya? ngga ada yang sakit kan? udah manggil dokter belum? apa perlu manggil dokter?". 

Pertanyaan beruntun itu membuat Clara menggeleng pelan. Putri Kecil? ia tidak pernah di panggil seperti itu sebelum nya. Jangan kan di panggil seperti itu, di panggil secara baik dan benar saja tidak pernah, yang ada hanyalah kebencian.

"Yakin?"

Pertanyaan Heru selanjut nya membuat Amy menjawab karena seperti nya ia mengerti jika Clara otak nya agak sedikit bergeser. "Clara baik Pa, tadi aja udah ngobrol sama Mama."

Jawaban dari istri nya itu mampu membuat Heru bernafas dengan lega. Lalu pamit keluar untuk meminta makanan yang boleh Clara makan pada suster. 

"Ra, Mama mau nyusul Papa dulu bentar, kamu Mama tinggal dulu ya?", setelah mendapat anggukan dari Clara, Mama nya itu keluar dari ruangan menyusul Papa nya.

"Gue ngga mimpi kan? ini gue beneran di jiwa lain? ini nggak masuk akal, firasat gue mengatakan kalau hidup gue kedepan nya bakal semakin rumit. Sialan! bener nya gue mati aja aelah!" , Umpat nya di akhir kalimat.





Chelsea Or ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang