part 8

96 9 0
                                    

Pagi hari yang mendung membuat siapapun pasti nya tidak mau untuk meninggalkan tempat tidur, sama seperti Clara sekarang ini. 

Clara yang masih berselimut memelototkan mata ketika tsrsadar bahwa jam sudah menunjukan pukul 06.17.

"SIALL GUE KESIANGAN", Dengan cepat ia segera membersihkan diri nya, dan saat dirasa sudah cantik langsung saja ia turun.

Tidak ada siapapun, jelas saja ia kan kesiangan. "Duh kalo gerbang nya udah di tutup gimana", Panik Clara sembari mengenakan sepatu nya.

Clara di antar oleh supir seperti hari kemarin. Dan seperti nya takdir sedang berbaik hati pada nya, gerbang masih terbuka lebar dan belum tertutup seperti apa yang ia bayangkan.

Clara segera saja turun setelah mengucapkan terimakasih, ia berlari terbirit birit untuk sampai di koridor. 

Siapa sangka, di koridor ia berpapasan degan seorang gadis yang menatap nya begitu sengit, Clara tau betul siapa itu. 

Apalagi saat gadis itu dengan sengaja menyenggol bahu nya, tak segan segan Clara bancal saja kaki nya sehingga gadis itu hampir tersungkur.

"Dia bener bener beda", gumam gadis itu kesal yang masih bisa Clara dengar.

Kamelia Laras dan teman nya Anya Putri, dari cerita Clara asli, mereka sering membully nya secara diam diam.

Yang telah menganggap Clara sebagai tukang bully ia salah, Clara lah korban sebenar nya. Hanya saja di kamuflase seolah olah ia lah sang antagonis.

Clara berjalan dengan santai menuju kelas nya, sepanjang jalan ada beberapa yang menyapa nya.

Ia merasa jika nasib nya sebagai Chelsea tidak semalang Clara asli, tidak punya teman karna cupu dan berpenampilan ondel ondel.

🌟

Clara memasuki ruang kelas yang sudah ramai oleh penghuni nya, Gavin menatap nya dengan tatapan bergidik ngeri dan dibalas sinis oleh Clara.

Clara masih dendam karena harua kelaparan semalam, untung saja masih ada camilan. 

"Tumben telat", belum juga bokong nya mendarat, Lisa sudah memberikan pertanyaan pada nya. 

"Kesiangan", jawab Clara membuat Lisa mengangguk. Dan saat ia akan kembali membuka mulut, Clara menempelkan telunjuk nya di bibir sebagai kode agar diam.

Bel berbunyi dan guru mulai memasuki kelas. Clara sedari tadi hanya menopang dagu menatap guru yang tengah menjelaskan dengan tatapan tidak minat. Ia sebenar nya mengerti apa yang guru itu ajarkan, ini baru kelas sepuluh, kenyataan nya sebagai Chelsea adalah kelas sebelas.

Setelah selesai dengan pelajaran matematika yang membosankan, seisi kelas itu masih saja mengirimi guru yang baru saja mengajar dengan sumpah serapah mereka. 

Clara menarik tangan Lisa agar mengikuti nya menuju kantin, ia sungguh lapar. Gara gara kesiangan ia jadi tak sempat sarapan.

Seperti biasa, Lisa memesan dan Clara mencari tempat untuk mereka duduk.

Clara tidak mau menerima event kesialan untuk kedua kali saat melihat Dina yang seperti nya menatap ke arah nya. Buru buru ia ubah jalur agar tidak berpapasan.

Ia mendaratkan bokong nya setelah menemukan satu meja dengan dua bangku, sungguh pas, tidak akan ada pengganggu di sini. 

Lisa yang datang sembari membawa nampan tersenyum manis pada nya, "Gini kan enak, ga ada perusuh".

Mereka mulai menyantap makanan mereka masing masing, Clara makan dengan lahap seolah ia belum makan tiga hari, paahal baru juga ga sarapan. Bayangkan saja ia sungguh menjadi gelandangan, apa tidak langsung mati kelaparan.

Tanpa Clara sadari, tiba tiba saja Dina seolah menabrak bahu nya dan terjatuh dengan minuman yang tumpah.

"Maaf kak, aku ga sengaja" cicit Dina membuat Clara memutar bola mata nya malas, "Ya" jawab Clara acuh.

"Kenapa jadi lo yanh maaf? kan dia yang salah Din!" Sewot Anya membuat Lisa tidak bisa tinggal diam. "Heh! ga usah playing victim lo" Lisa menunjuk Anya yang tengah menatap sinis Clara.

Di tengah tengah perdebatan sengit Lisa dan AnyaGavin dam Aldo bak pahlawan kesiangan menenangkan Dina yang tengah menunduk. 

"Maaf ya kak ak-", "Gapapa, ga usah drama! pergi lo!" Usir Clara secara terang terang an. Ia sungguh sedang malas unruk meladeni drama ini. 

"Ga tau diri lo, Dina minta maaf baik baik malah lo kasarin", Cibir Gavin pada Clara yang masih santai memakan bakso nya.

"Kan udah gue maaf in, kenapa minta maaf lagi? mau cari muka?", Balas Clara dengan terkekeh sinis.

"Dina ga kaya lo soalnya, udah tau salah ga mau minta maaf", Aldo ikut ikut karna jengkel dengan sifat baru Clara.

"Salah gue di mana ya?" Clara menaikan sebelah alis nya menunggu jawaban dari pihak lain.

"Dina jatuh gara-" , "Gara gara nabrak punggung gue, gue yakin lo ga buta kan? kenapa dia ngambil jalan yang udah ketebak bakal mentok ke gue. Bener nya gue yang sewot karna dia udah mengotori seragam gue dengan cara menabrak nya". Potong Clara membuat yang lain terdiam.

Perkataan nya barusan memang ada benar nya, itu seperti sebuah kesengajaan. Tapi ia tidak peduli, ia hanya ingin makan dengan tenang. 

Untung saja kantin sedang sepi, seolah mendukung pertikaian ini agar mereka tidak jadi tontonan gratis.

"Balik", Suara itu membuat semua atensi kecuali Clara menoleh pada sumber suara, Aldo dan Givran mengacir mengikuti sumber suara di susul oleh Dina dan Anya.

Empat anak monyet saja sudah membuat diri nya nya darah tinggi, untung saja Aditma dan Abang nya tidak tertarik untuk melindungi Dina. Kalau tidak, bisa bisa darah nya akan mendidih setiap detik.

Apakah kehidupan nya tidak bisa tenang sehari saja?, setiap hari nya pasgi si ratu drama akan membuat skenario yang membuat nya naik darah. Jika saja tidak ada undang undang, ingin sekali rasanya Clara mencekek nya hingga sesak nafas, atau mungkin menyiksa nya secara perlahan lebih menarik. Clara mulai memikirkan untuk menjadi psikopat dan tertawa jahat setelah menyelesaikan karya nya dengan pisau. Tapi seperti nya tidak, itu terlalu kejam bagi nya.

Chelsea Or ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang